Kolom Nisa Alwis: MUSLIMAT DAN KB

Organisasi di tubuh NU yang berisi kaum ibu ini ternyata tidak berkegiatan seputar majlis taklim belaka. Program pemberdayaan di berbagai bidang juga banyak dilakukan. Muslimat, kini pun berpartisipasi mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs). Sebuah tujuan pembangunan berkelanjutan yang terukur, dengan standar kesepakatan PBB sebagai agenda dunia, untuk kemaslahatan manusia dan planet yang dihuninya.

Program SDGs tersebut antara lain mencakup pemasyarakatan standar hidup sehat.

Sistem pembuangan jamban dan saluran pembuangan rumah tangga, misalnya. Di cabang-cabang Muslimat, ada pula layanan bantuan pembuatan akta kelahiran anak, laskar Anti Narkoba, laskar Peduli Tuberculosis, juga sosialisasi kepesertaan BPJS. Ada pula pembinaan PAUD, serta program literasi untuk wawasan perempuan di era kekinian. Pancen oye, ya.

Yang sangat menarik menurut saya adalah program Ayoo Ber-KB Muslimat NU. Mengapa, sebab saat ini sebagian orang perlu diingatkan bahwa ‘keluarga berencana’ sangat penting menuju kesejahteraan keluarga. Pada generasi Ibu saya melahirkan 6-8 anak memang biasa, bahkan ada yang selusin lebih.

Mengapa di Era Orba gencar sosialisasi KB, karena pemerintah tahu sesuai analisis teori pembangunan, lebih banyak anak akan lebih banyak beban. DUA ANAK CUKUP, itu dulu sangat populer jadi slogan.

Pada masa itu, suara penolakan ada. Keras juga. Terutama sebagian agamawan yang menyatakan KB hukumnya haram. Tetapi, gerakan tetap jalan, dan cukup berhasil. Sampai saat ini, yang seperti itu masih tetap ada. Meski ada pula yang tak menolak KB, hanya tak mau saja karena alasan tertentu.

Namun, jika dibawa realistisnya, setiap kehamilan perlu pertimbangan. Lahir batin kita akan curahkan untuk membesarkan setiap kelahiran. Para ibu yang pada umumnya jago berhitung tentu dapat mengkalkulasi seperti apa biaya merawat dan mendidik setiap buah hati. Bapak-bapak perlu diberi tahu jauh-jauh hari. Jika anak sudah 2, lalu nanti akan jadi 3, 4, 5 dst? Jangan cuma rajin produksi, pikirkan konsekuensi.

“Banyak anak banyak rejeki,” itu adalah slogan motivasi untuk yang terlanjur punya anak banyak, tanggung jawab banyak.

Kini, dengan secara ilmiah, angka kelahiran ternyata dapat dikendalikan. Memanfaatkan temuan itu sesungguhnya arah yang melegakan. Termasuk menekan risiko kematian ibu dan bayi yang dahulu sangat rawan, akibat rapatnya kelahiran. Jangka panjangnya tentu saja berdampak pada upaya peningkatan kesejahteraan keluarga. Teliti deh, ukiran di koin 5 perakan.

*foto: Muslimat NU, awal tahun 80an.

#DirgahayuMuslimatNU #MembumikanRahmatanLilalamin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.