Kolom Boen Syafi’i: NEGERI PARA JONGOS

Menurut sejarahnya, dahulu kerajaan Majapahit memperlakukan bangsa asing sebagai warga negara kelas dua. Dulu, kebijakan itu dipakai sewaktu tampuk kerajaan masih dipegang oleh Prabu Wijaya, Bre Kertabumi sampai dengan seorang perempuan yang tersukses di masanya, yakni Ratu Tribuana Tungga Dewi. Namun, kebijakan setengah rasis itu akhirnya dirubah oleh Raja Brawijaya dengan penyemarataan hak dan kewajiban bagi semua penduduk kerajaan. Positif?

Tentu saja positif jika penduduk keturunan itu cerdas- cerdas seperti saat ini.

Kemudian kebijakan itu menjadi sangat negatif, takala Prabu Brawijaya diserang oleh Raden Patah yang tak lain adalah anak kandungnya sendiri. Kenapa Raden Patah tega menyerang Bapaknya sendiri? Ya karena pembiaran gerakan radikal wahabi selama berpuluh-puluh tahun lamanya, karena dianggap mereka ini punya hak dan kewajiban yang sama.

Celakanya, Raden Patah terinfeksi faham sesat dan keras ini, hingga dia tega menyerang Bapaknya sendiri. Setelah Majapahit hancur lebur, kemudian munculah kerajaan yang bercorak Islam di Bumi NUsantara, yang masih memakai kebijakan dari Prabu Brawijaya dengan politik sama ratanya.

Waktu pun berlalu, kemudian datanglah wong bakulan dari Belanda, yang ternyata bisa merubah tatanan bangsa Indonesia hingga saat ini. Ya, para kompeni tersebut malah membuat kebijakan yang sangat merugikan orang pribumi itu sendiri, dengan penempatan pribumi sebagai kasta terbawah, setelah Arab dan Cina.

Jadi, meskipun sama-sama rasis, namun rasisnya Majapahit sangat bertolak belakang dengan rasisnya bangsa kompeni.

500 tahun lebih kemudian, munculah Jokowi dengan misi revolusi mentalnya. Missi yang sebenarnya bertujuan untuk mengembalikan mental Rakyat Indonesia, yang dulu sangat takjub begitu melihat orang asing. Menjadi mental yang bisa memandang bahwa semua manusia itu sejatinya sama rasa dan sama rata.

Namun, revolusi mental itu ternyata belum terbukti ampuh. Buktinya, Ahok malah diserang oleh Anies si keturunan Arab dengan slogan pribuminya. Kenthir, sejak kapan Arab itu jadi bagian dari pribumi?

Inilah cerminan bangsa kita saat ini. Begitu melihat orang bule, dengan bangganya malah diajak foto bersama. Begitu melihat orang Arab, eh dicium tangannya. Padahal, orang Arab itu cuma penjual minyak wangi saja.

Apa gak mental jongos ini namanya?

Maka sudah saatnya pribumi bangkit, dan memandang bahwa setiap ciptaan Tuhan itu sama, tiada yang berbeda. Sedangkan yang membedakan itu hanyalah perilaku serta status.

“Jomblonya saja”

Sabar Yo, Mblo..???

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.