Kolom Boen Syafi’i: NEGERI PEMABUK DZURIAT — Dan Impotennya Pemerintah

Anda geram, marah dan geregetan setelah melihat sikap pemerintah kali ini? Sabar, sabar, sabar …. Wong sabar silite lebar. Saya, anda, kita semua yang muak melihat ketidakadilan ini sama saja. Geram melihat plin plannya pemerintah. Muak melihat tebang pilihnya para stakeholder di dalam penegakan aturan Protokol Covid-19 yang dibuat.

Rakyat kecil mau berusaha, cari duit buat keluarga di rumah di razia. Sedang Rizieq?

Ah, cucu nabi mah bebas. Siapa yang berani menegur dirinya?Berani menegur apalagi menyakiti manuk’e eh hatinya, bakal auto neraka level pedas gila yang jadi hukumannya.

Rumusnya, cucu nabi selalu benar, meskipun mereka kenthu sama gedebok pisang sekalipun tetap dijamin syuur gah. Fahum ngantim? Eh fahim ngantum? Ya, gara-gara doktrin kenthir seperti inilah, Bangsa Indonesia rela menjadi babu di negeri sendiri. Rela menggadaikan harga dirinya sendiri, hanya untuk mendapatkan surga yang masih berupa fatamorgana.

Uniknya, jika ada pribumi yang bersuara jujur seperti itu malah dikata-katain. Bahkan diancam penggal kepala oleh pribumi lainnya, yang otaknya sudah keracunan dogma. Jan semongko tenan, toh?

Ini pun turut didukung pula oleh sikap pemerintah yang terkesan acuh, dengan makin maraknya para pemabuk dzuriat di dalam negeri ini. Hingga pada akhirnya, raiblah otak, hati dan akal orang orang seperti ini. Menurut sugesti mereka, mabuk dzuriat bisa mengantarkan ke surga, meski video tentang surga tidak pernah sekalipun diupload di YouTube.

Yang penting ngikut cucu nabi, meskipun cucunya bejad adanya.

Tenang Jokowi lagi main catur? Ah bodo amat dengan catur, domino, apalagi kyu-kyu. Nyatanya Jokowi sama sekali tidak lagi punya wibawa di hadapan para preman bertitel cucunya nabi. Marwah negara hilang, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia musnah, karena ulah si pemain catur yang kebanyakan mikir.

Membangun bangsa namun bersikap kompromistis dengan para begundal yang berkedok agama adalah kesalahan fatal, bagi negara manapun di dunia. Tidak ada satupun negara di dunia ini yang maju pesat dengan merangkul begundal agama ke dalam pemerintahannya.

Lebih-lebih, mengistimewakan kedudukan mereka daripada rakyat yang lainya. Preettt, gombal mukiyo.. Ahsudahlah..

“Maaf, saya sudah tidak lagi bersama Jokowi, Cak.”

Yo jangan gitu toh Di Paidi, justru kita sayang dengan beliau, makannya kita kritik.”

Terserah, Cak. Pokoknya saya tidak lagi bersama Jokowi. Lagian, kalau Jokowi sama saya, terus mau dikemanakan itu Ibu Iriana? Maaf Cak, saya bukan pelakor.

“Weladalah.”

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.