Kolom M.U. Ginting: NEOLIBERAL GLOBAL

M.U. GINTING 3“Dari kecil anak sudah dididik belajar keras, biar kelak setelah besar mampu menciptakan alat-alat yang membawa kemajuan/ kebaikan buat dunia ini. Jadi adu pintar lah,” kata Fernanta Bangun di mailing list tanahkaro.

Saya sering mengatakan sifat jujur dan tulus orang Karo, dan memang begitu keyakinan saya, tak ada maksud apa-apa di belakang ’pujian’ ini. Ini juga menjadi salah satu alasan penting bagi banyak argumentasi saya mengapa juga Karo dan Kulturnya kompatibel dengan perubahan dan perkembangan dunia. Saya yakin bahwa dunia akan menjadi dunia yang ada dalam ideal Karo itu.

Kalimat Fernanta Bangun di atas adalah salah satu contohnya pikiran Karo itu.  

”Komentar Revisi UU dimaksud mungkin ada benarnya, walaupun tidak semuanya, neoliberalisme 4saya pikir perlu dikaji lebih dalam,” kata Daud S. Sitepu dalam mengomentari perubahan UU terorisme di mailing list yang sama.

Kedua kalimat di atas, dari Fernanta Bangun maupun Daud S. Sitepu, muncul adalah karena adanya ’teroris’. Teror ini semua membuka mata kita dan berpikir serta mendalami letak akar permasalahan terorisme ini. Satu hal yang jelas ialah bahwa terrorisme tahun 1970-an berlainan dengan terorisme sekarang. Dulu kita bilang teror anak-anak muda itu bermaksud menghantam semua yang tidak adil. Mereka memusuhi pemerintah dan alat-alatnya, kedutaan-keduataan juga ikut diserbu.

Bedanya dengan sekarang ialah teroris kerjanya menembaki orang dan membunuhi orang sebanyak mungkin. Sepintas kita pikir, ini lagak lagu orang gila saja; membomi dan meledakkan sebanyak mungkin terbunuh. Jelas sekali bukan untuk keadilan orang banyak.

Dari pikiran ini boleh dikatakan ada positifnya atas adanya teroris ini. Mereka membuka mata kita semua.

Pertama, latar belakang teroris yang dulu adalah perjuangan untuk keadilan, tetapi yang sekarang adalah ’war-based economy’ atau ’terror-based industry’ ciptaan neoliberal global (di internet bisa didapatkan keterangan ilmiah dua soal ini dari berbagai ahli/ akademisi perguruan tinggi dunia).




Jadi jelas bagi kita tambah mendalam pengetahuannya. Dimilis kita bilang juga tradisi dalam mengubah yang negatif jadi positif.

Di milis Karo sekarang berjalan diskusi soal neoliberalisme. Diskusi berjalan bagus sekali, karena berterus terang dan secara jujur (sifat Karo itu). Dan semakin menarik karena bisa jadi bahan pelajaran juga. Soal liberalisme klasik (kapitalisme ’klasik’) contoh yang dikemukakan oleh Adven Tambun, dimana “a democratic ‘complete competition’ between many small enterprises enjoying the freedom of the market”.

Tetapi, dalam neoliberalisme sekarang telah digantikan oleh “the big corporations win. In turn, they create new market oligopolies and monopolies of previously unknown dimensions.”.

Kutipan ini saya ambil dari artikel yang diikutkan oleh Kristian Ginting soal neoliberalisme berjudul sbb:Neoliberal Globalization: Is There an Alternative to Plundering the Earth?” (tulisan Prof Claudia von Werlhof). 

neoliberalisme 5Menarik isinya dari sudut penilaian saya, terlepas dari titik tolaknya dari segi ‘kiri’ klasik abad lalu. Banyak yang baru dan menakjubkan dia kemukakan.

Sudah jelas sekarang bagi kita (’kita’ di sini masih sangat minoritas seluruh dunia) terrorisme adalah ’fear mongering’, alat penting bagi ’war-based economy’ dan ’terror-based industry’ ciptaan neoliberal global. Semua penulis akademis ini menginginkan dan menganjurkan tulisan/ bukunya disebarluaskan, tetapi seluruh dunia masih bisa dihitung dengan jari berapa orang yang mengerti soal dasar ini. 

Ilmu yang sebagus apapun kalau hanya segelintir yang mengetahuinya bisa dikatakan hampir tak ada gunanya, berguna kalau dikuasai orang banyak. ITULAH PERSOALANNYA. Mampukah ’kita’ membantu penyelesaian PERSOALAN ini?

 




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.