Kolom Eko Kuntadhi: NOBAR FILM DI BULAN SEPTEMBER

Nonton film G30S/ PKI itu sama kayak nonton film Ada Apa Dengan Cinta. Yang mau nonton, silakan. Yang males nonton, ya, sudah gak apa-apa. Kedua film itu gak dilarang. Gak juga dianjurkan. Kalau ada yang ributin nonton film G30S/PKI seolah hukumnya wajib, ini termasuk lucu Level 9.

Lagian, masa pemerintah mewajibkan rakyatnya nonton film? Ada-ada aja.

Gue pernah monton film itu. Dan bagi kebanyakan orang, nonton film ya, cukup sekali. Ceritanya sudah tahu. Setelah itu, kita nonton film lain. Masih banyak kok, film lain yang bagus.

Kecuali Gus Dur yang suka nonton film yang sama berkali-kali.

Film G30S/PKI juga gak bagus-bagus amat. Ingat gak, di film itu digambarkan Gerwani joget-joget sambil menyilet para jenderal. Masa sih, sampai segitunya.

Kayak sinetron Indonesia banget. Orang jahat tertawa terbahak-bahak ketika melakukan kejahatan.

Realitanya ya, gak gitu. Dalam kehidupan sehari-hari gak ada orang yang kayak tuan Takur. Tolak pinggang ketika berbuat jahat. Lagian data forensik yang merekam mayat para jenderal yang terbunuh, gak ada juga bekas luka sayatan. Kesemuanya wafat karena ditembak. Tanpa banyak bekas luka penganiayaan.

Lu mau nonton film G30S/PKI berkali-kali, ya silakan. Kalau itu hobi lu. Lu mau gila PKI, juga monggo. Setiap September yang diributin PKI terus. Lu mau ketakutan dengan hantu PKI juga urusan lu.

Yang jadi persoalan, lu gak usah maksa orang lain untuk nonton apa yang mau lu tonton. Gak usah juga ngurusin orang yang menggunakan otaknya, dan dia ngerti bahwa isu kebangkitan PKI cuma hayalan belaka.

Wong, PKInya udah bubar. Komunis udah bangkrut. Perang dingin sudah berlaku. Uni Sovyet bubar. Tembok Berlin runtuh. Masa kita kudu percaya pada kebangkitan sesuatu yang sudah almarhum lama.

Apa untungnya sih, membangkitkan PKI lagi? Apa manfaatnya sih, menghidupkan komunis lagi? Bahkan orang yang dulu amat yakin dengan komunis saja, sekarang pasti sudah sadar bahwa komunisme hanya mimpi. Gak bisa lagi dijadiin dasar gerakan.

Jadi, cuma orang dungu yang ingin membangkitkan komunis. Juga cuma orang dungu yang beranggapan komunisme bangkit di Indonesia. Tanda-tandanya aja gak ada sama sekali. Kok, bisa berkesimpulan kayak gitu?

Keterangan Foto: LAGI NUNGGUIN BERITA

Petinggi KAMI (Gatot Nurmantyo) mengkritik keras mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang mengatakan, isu komunis dan tenaga kerja asing sengaja dihembuskan untuk adu domba dan pecah belah bangsa. Pasti Seruuuu ….

(Dikutip dari dinding FB Boen Syafi’i oleh redaksi)

Tapi, mantan Panglima Gatot Nurmantyo percaya PKI bakal bangkit. Itu Gatot yang sudah pensiun. Saat jadi panglima dulu, justru Gatot sendiri yang bilang, isu kebangkitan PKI dihembuskan untuk memecahbelah bangsa. Jadi, Gatot saat panglima berbeda jauh dengan Gatot saat pensiun.

Gatot saat Panglima adalah Gatot yang rasional. Gatot yang berkewajiban menjaga Indonesia. Sedangkan Gatot saat pensiun adalah lelaki yang menderita post power syndrom. Orang yang berharap dapat celah untuk kembali ke lingkaran politik.

Herannya, jalan yang diambil Gatot cuma ngurusin film. Cuma satu film doang lagi.

Padahal, kalau saja dia juga menyerukan seluruh rakyat Indonesia nonton bareng Ada Apa Dengan Cinta. Rasanya akan jauh lebih baik.

“Terus kalau orang gak percaya ada kebangkitan PKI, jadi salah gue? Salah teman-teman gue?”

Apa yang kamu lakukan, jahat Rangga…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.