Kolom Eko Kuntadhi: APAKAH ANDA BERSEDIA MUNDUR DARI KURSI GUBERNUR?

Kemarin itu cukup mengejutkan. Kapolri mencopot 2 Kapolda di wilayah utama, Kapolda Metro dan Kapolda Jawa Barat. Bukan hanya itu, Polri juga mencopot Kapolres Jakarta Pusat dan Bogor. Masalahnya simpel. Para petinggi itu dianggap tidak becus menegakkan UU Karantina Kesehatan yang saat ini masih diberlakukan di Indonesia.

Ini akibat ulah Rizieq. Rizieq menggelar acara resepsi pernikahan anaknya.

Undangannya bejibun. Ia sampai menutup akses jalan di Petamburan. Kegiatan yang melibatkan banyak orang itu jelas melanggar protokol kesehatan.

Sehari sebelumnya, Rizieq juga menggelar acara di Bogor. Bikin macet jalanan. Orang berkumpul seperti cendol. Droplet merajalela.

Sayangnya di berbagai acara itu aparat terkesan agak wagu. Mereka tidak berani bertindak.

Yang menarik, malam saat kepulangan Rizieq, Anies Baswedan menghadap Imam Besar, di Petamburan. Orang yang habis bepergian dari luar negeri mestinya menjalankan karantina mandiri 14 hari. Eh, belum juga sehari. Anies sudah ngajak kongkow.

Padahal Anies sendiri yang mejeng di TV menyampaikan soal PSBB. Bibirnya bergetar. Tapi, itu cuma sandiwara. Ia sendiri yang melanggarnya.

Kalau yang melanggar pengusaha restoran, warung kecil, mall atau tempat usaha. Anies terkesan galak. Pokoknya kalau buat penghidupan dan ekonomi, gak boleh.

Tapi saat menyangkut Rizieq, Anies malah terkesan memberi angin. Kedatangannya malam itu menjelaskan sikapnya.

Aparat gedeg juga melihat tingkahnya yang tidak berbuat apapun untuk menghalau pelanggaran terang-terangan itu.

Sejak kemarin beredar kabar, aparat tidak akan tinggal diam melihat tingkah Anies. Anies juga mendengar kabar ini. Makanya anak buah Anies, Walkot Jakarta Pusat, melayangkan surat imbauan untuk acara Rizieq itu.

Lurah Petamburan juga mengeluarkan statemen. Bahkan kabarnya Rizieq didenda Rp 50 juta. Kesannya Pemda DKI sudah berusaha melarang acara tersebut.

Kesan yang didapat publik Gubernur, ini hanyalah langkah panik karena polisi gak mau dipermainkan oleh Gubernur yang suka ‘nabrak-nabrak’ ini.

Padahal, ketika acara di Tebet, Wakil Gubernur DKI malah hadir di keramaian. Sebelumnya tersiar kabar, Anies akan menjadi saksi pernikahan. Meski akhirnya ia gak datang.

Prilaku petinggi Pemda DKI itu jelas aneh. Wong Gubernurnya sendiri sowan pada malam sebelumnya. Gak ada tuh, teguran untuk membatalkan acara keesokan harinya.

Terbukti polisi akhirnya memanggil Anies untuk klarifikasi. Anies ngeles. Ia bilang bahwa pihaknya sudah berusaha menegakkan aturan. Tapi Rizieq dan gerombolannya emang bandel. Lho, yang sowan malam itu kan, dia. Mau ngeles apalagi?

Penerapan UU Karantina Kesehatan merupakan problem serius. Apalagi jumlah positif Covid-19 terus bertambah. Jakarta adalah penyumbang pasien terbesar. Kalau prilaku kepala daerahnya konyol, ya konyol juga dampaknya.

Anies mungkin mencoba memanfaatkan euforia pendukung Rizieq untuk insentif politiknya. Tapi, ingat. Ini bukan soal politik. Ini soal keamanan warga. Masalah kesehatan warga Jakarta.

Betapa memuakkan politisi yang lebih mendahuluan insentif politik untuknya dengan mengabaikan resiko kesehatan rakyat. Prilaku politisi seperti itu akan menjerumuskan kita dalam bahaya.

Kalau ia berani melanggar aturan yang dibuatnya sendiri. Ia teriak PSBB. Tapi kepada Rizieq, boro-boro jaga jarak. Boro-boro karantina mandiri. Pemda seperti membiarkan semua pelanggaran itu secara telanjang. Jangan kaget jika dalam surat panggilan kepada Anies ada kata menghalangi penegakkan aturan karantina kesehatan.

Yang jadi pertanyaan sekarang. Kira-kira, dengan pelanggaran yang mentang-mentang dan terang benderang ini. Apakah nanti acara Mata Najwa akan memghadirkan Anies Baswedan sebagai nara sumber?

Kalau Anies menolak datang. Najwa bisa wawancara dengan kursi kosong. Pertanyaanya simpel. “Kalau terbukti melanggar UU Karantina Kesehatan, apakah Anda bersedia mundur sebagai Gubernur DKI?”

“Emang Najwa berani, mas?” tanya Abu Kumkum.

Ya, gak bakalan sih…

One thought on “Kolom Eko Kuntadhi: APAKAH ANDA BERSEDIA MUNDUR DARI KURSI GUBERNUR?

  1. Mencegah Radikalisme Rizieq

    Radikalisme dan terorisme bisa dicegah dengan Pengetahuan, artinya dengan lebih mengkedepankan aspek PENGETAHUAN.
    Kelihatannya inilah cara terbaik. Untuk itu pertama dan terpenting ialah PENGETAHUAN soal terorisme itu sendiri. Tanpa Pengetahuan dan Informasi soal terorisme, agaknya orang Inonesia akan tertipu terus seumur hidupnya. Dan memang sudah waktunya untuk berpikir dan mempelajari sendiri seluk-beluk terorisme dan radikalisme. Jangan mau lagi dibohongi, pemerintahannya maupun politikusnya. Bacalah dan pelajarilah dari ahli-ahli dunia yang sudah banyak meneliti terorisme dan radikalisme, yang pakai dalih agama islam ataupun yang tidak.

    Terorisme datang dari radikalisme, dan radikalisme maupun terorisme dilahirkan di AS ketika era Obama dan sebelumnya, artinya ketika era orang-orang globalis di pemerintahan AS. Siapa orang globalis dan yang bukan globalis, tentu semua sudah bisa tahu, yang belum tahu patut dikasihani dan diberikan pencerahan. Tidak bisa mencegah terorisme kalau tidak tahu asal usul terorisme dan siapa dibelakangnya. Di era Internet, soal ini semua bukan lagi rahasia seperti di era abad lalu, dimana rahasia kaum globalis itu masih tertutup ketat. Sekarang rahasia itu sudah tertulis semua di internet, sudah tertelanjangi betul.

    “Terrorism made in USA, and the war on terrorism is a fabrication, a big lie” (prof Chossudovsky, Ottawa University). Ini sesuai juga dengan apa yang dikatakan dan dipastikan oleh Trump dari pengalaman konkret yang dia sudah saksikan sendiri ketika masih berada didalam klub globalis itu:
    “But, the central base of world political power is right here in America, and it is our corrupt political establishment that is the greatest power behind the efforts at radical globalization and the disenfranchisement of working people. Their financial resources are virtually unlimited, their political resources are unlimited, their media resources are unmatched, and most importantly, the depths of their immorality is absolutely unlimited.” (pidato Trump di West Palm Beach Florida 13 Oktober 2016).
    Cobalah perhatikan dan bandingkan apa yang ditulis oleh prof Chossudovsky dan yang dikatakan oleh Trump, soal terorisme dan radikalisme itu, tidak beda. Apakah itu kebetulan? Saya kira bukan kebetulan. Karena kesimpulan teori prof Chossudovsky adalah hasil penyelidikannya lebih dari 10 tahun. Dan kesimpulan Trump adalah hasil penglihatannya sendiri ketika dia masih jadi anggota klub kaum globalis.

    ‘Terrorisme made in USA”, dan kata Trump Penciptanya di AS ialah ‘the corrupt establishment’ atau The Global Power Structure, yang kemudian disebut juga Deep State atau NWO. Saya seorang nasionalis anti globalist kata Trump sudah sering. Jadi jelaslah siapa yang globalis dan siapa yang nasionalis. Pertengkarannya ialah antara globalis dan nasionalis. Dan ini kemudian terkenal dengan POLARISASI, sudah terjadi di AS secara sempurna, artinya tidak ada lagi yang berdiri ditengah. Nationalist atau Globalist. Dan juga sudah melebar keseluruh dunia, digambarkan oleh bangkitnya partai-partai populis/konservatif yang sebenarnya adalah kaum nasionalis bangsa-bangsa dunia, contohnya Brexit.

    Polarisasi internasional ini tergambar dalam KONTRADIKSI UTAMA DUNIA abad 21, yaitu Perjuangan kepentingan nasional bangsa-bangsa KONTRA kepentingan global kaum globalis itu dalam usahanya menguasai seluruh nation-nation dunia. Dan sudah lebih dari 240 tahun perjuangan kaum globalis ini yang sejak semula dipersenjatai dengan divide et impera, terorisme dan perang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.