Rani Jong (Panen Jagung) di Tigabinanga

DARUL KAMAL LINGGA GAYO. TIGABINANGA — Naiknya harga jagung di tingkat petani, dari sebelumnya Rp 3.000/Kg menjadi Rp 4.000/Kg, tentu memberi angin segar bagi petani jagung. Keuntungan yang semakin besar sangat menjanjikan. Bukan hanya bagi petani, pekerja (buruh) tani juga ikut kecipratan. Upahnya mengalami kenaikan menjadi Rp 8.000 – 9.000 per goni (karung).

Biasanya yang dipakai goni bekas karung pupuk berukuran 50 Kg.

Satu goni bisa memuat sekitar 40 Kg jagung bertongkol, atau setelah dipilpil (bulir jagung dilepas/dirontokkan dari tongkolnya) menjadi sekitar 37 Kg dalam satu goni.

Untungnya, kenaikan upah kerja belum diikuti oleh naiknya ongkos angkutan dari kebun menuju gudang penampungan jagung, masih di kisaran Rp 100.000 sampai Rp 150.000 per trip (jemput ke ladang dan antar ke gudang), dengan muatan per trip 35 goni, atau sekitar 1,5 ton. Sehingga pengeluaran petani tidak bertambah.

Untuk pengeluaran harian dari pihak penyedia jasa transportasi sendiri, berkisar Rp 820.000, dengan rincian: upah supir Rp 30.000 per trip, kernet Rp 15.000 per trip (biasanya minimal 2 kernet, jadi 2 x Rp. 15.000 = Rp. 30.000), biaya makan dan minum Rp 70.000 per hari, dan BBM (Solar) Rp 150.000 per hari. Jadi, Rp. 600.000 (Rp. 60.000 x 10) + Rp. 70.000 + Rp. 150.000 = Rp. 820.000.

Dalam satu harinya, perhartop-hartop (sebutan untuk jasa pengangkutan, karena mayoritas kendaraan yang dipakai berjenis Toyota Hardtop, sebelum era 90-an menggunakan armada Jeep Willys) bisa melakukan perjalanan hingga 10 trip. Dengan demikian, dalam sehari, penyedia jasa transportasi bisa meraup keuntungan berkisar Rp 680.000 per hari; dengan asumsi 10 trip/ hari dikalikan Rp 150.000 = Rp 1.500.000 dikurangi dengan Rp 820.000 biaya oprasional harian.

Mungkin, jika hitung-hitung nilai rupiahnya, penghasilan Rp 650.000/hari jumlah yang cukup besar. Namun, itu belum dihitung dengan biaya perawatan rutin dan kebutuhan tak terduga kendaraan. Apalagi kondisi jalan menuju lahan-lahan petani yang buruk, tentu ini rentan pada semakin meningkatnya kerusakan pada kendaraan dan tentu berimbas pada biaya perawatan/perbaikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.