Kolom Edi Sembiring: PARA PETANI KARO BERJALAN TERUS MENUJU ISTANA

Orasi kakek Wagiran Atmadja (76 tahun). Tuntutan bulang Jasa Surbakti (70 tahun) dan nini Sura br Sembiring (63 tahun). 2.000 Km lebih berjalan kaki menuntut keadilan.

Di hari ke-13, dari Kota Pinang, Labuhan Batu Selatan (SUMUT), 170 petani terus berjalan kaki menuju Jakarta. Koordinator aksi jalan kaki, Sulaiman Sembiring, mengatakan mereka berjalan kaki dari Medan menuju Jakarta dengan tujuan ingin bertemu dengan Presiden Joko Widodo untuk menuntut keadilan.

170 petani ini tergabung dalam Serikat Petani Simalingkar Bersatu (SPSB) dan Serikat Tani Mencirim Bersatu (STMB). Mereka telah sekian lama memperjuangkan tanah yang mereka tempati, yang telah digusur paksa oleh korporasi PTPN 2.

Dewan Pembina Serikat Petani Simalingkar dan Mencirim Bersatu (Aris Wiyono) mengatakan, aksi itu sebagai bentuk protes terhadap pemerintah karena areal lahan dan tempat yang mereka tempati sejak 1951 telah digusur paksa oleh korporasi PTPN 2.

Simak orasi lengkap Kakek Wagiran Atmadja (76 tahun), tuntutan Jasa Surbakti (70 tahun) dan Sura br Sembiring (63 tahun) pada video berikut ini. Mereka telah tua, namun ikut berjalan berhari-hari untuk memperjuangkan haknya. Dan berharap tiba di Istana Presiden, Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 2020.

Jangan lupa simak isi video hingga akhir. Maka akan paham mereka kebanyakan adalah petani dari mana.

Aksi mengubur diri yang dilakukan beberapa tahun lalu oleh petani Karo di Simalingkar (Kecamatan Pancurbatu, Deliserdang)

Bila pada masa Kolonial Belanda, setelah Sultan Deli memberikan konsensi-konsensi pada perkebunan milik penguasa Eropah, maka di tanah-tanah ulayat masyarakat berdiri plang-plang bertuliskan :

La Bantji Koe Bas. Artikel 551″.

Dilarang masuk, begitu bunyinya. Dilarang masuk ke tanah ulayat mereka sendiri. Hingga akhirnya perlawanan muncul 23 tahun lamanya atau yang dikenal dengan nama Perang Sunggal (1872-1895).

Namun kini, di atas tanah mereka sendiri telah berdiri plang berisikan informasi Hak Guna Usaha yang dimiliki perusahaan besar milik negara. Dan rumah mereka telah rata dengan tanah. Tanaman-tanaman mereka dihancurkan.

Dan ketika mereka melawan, mereka berhadapan dengan senjata dan penangkapan. Teman-teman mereka ditahan dan dikriminalisasi.

Banjir besar bisa merubah semuanya : Namo bisa jadi Aras. Aras bisa jadi Namo.

Kemarin kalah. Besok pasti MENANG!!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.