Kolom Acha Wahyudi: PELAJARAN AGAMA DI SEKOLAH

Pak Nadiem yang terhormat… Perkenankan saya bertanya, sebenarnya Diknas punya anggaran berapa sih? Begini lho pak… Apabila pelajaran agama akan tetap dimasukkan ke dalam Kurikulum Pendidikan Nasional, maka:1. Demi menegakkan hak asasi manusia, negara wajib mengakui seluruh agama yang ada di dunia dan menyediakan guru sesuai semua agama yang dianut Rakyat Indonesia.

Karena, pada kenyataannya, ada warga negara Indonesia yang beragama Yahudi, Hindu Hare Khresna, Mormon, etc. Belum lagi ratusan agama asli yang ada di Indonesia.

2. Apabila negara bersikukuh bahwa wajib menyediakan guru sesuai 6 agama yang diakui oleh negara, maka setidaknya negara wajib menyediakan guru agama sesuai ratusan sekte dari agama yang diakui. Contoh: Kristen mempunyai banyak aliran berbeda.

Tidak semua sekte Kristen mengakui Yesus sebagai Tuhan. Kesaksian Yehova, adalah Kristen tanpa Natal dan salib. Kristen Mormon berbeda dengan kebanyakan Kristen lainnya, sama dengan kaum Muslim, mereka diharamkan memakan Babi.

Advent hampir mirip dengan aturan Kosher Yahudi. Lebih banyak lagi pantangan makanannya. Selain Babi mereka diharamkan memakan sapi, domba, binatang berkuku empat, alkohol dan minuman tinggi kafein seperti kopi dan teh.

Banyak lagi sekte yang dikategorikan ke dalam cabang Agama Kristen yang memiliki tata cara dan aturan liturgi yang berbeda.

Hindu Bali jauh berbeda dengan Hindu Hare Krishna. Kitab Suci Hindu Bali itu Veda, dengan Tuhan Ida SangHyang Widhi Wasa. Sementara kitab suci Hare Khresna adalah Bhagawad Gita yang mengagungkan Khresna dan Saibaba.

Pada kenyataannya, ada sekolah yang menyediakan guru Hindu beraliran Hare Khresna bagi murid beragama Hindu Bali. Inipun sekolah swasta, entah berapa banyak sekolah negeri yang bisa menyediakan guru selain Islam dan Kristen?

Jangan lupakan berapa banyak sekte dalam Islam, dimana saling ingin bunuh-bunuhan. Sunni itu berbeda dengan Syi’ah, berbeda dengan Ahmadiyah, dst.

3. Karena negara memberikan kebebasan untuk beragama, maka negara wajib memberikan kebebasan bagi warganya untuk memilih agama penyembah pohon, agama penyembah sains, ataupun agama penyembah kumis kucing sekalipun.

Indonesia itu ibarat penderita diabetes; minum obat, tapi tetep makan semur jengkol pakai nasi sebaskom.

Salam sehat dan bahagia Pak Nadiem…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.