JEBTA SITEPU & RENNY F. GINTING. Beberapa hari ini terjadi keriuhan dan diskusi yang cukup panjang mengenai mitos ataupun legenda Putri Hijau di media sosial facebook. Banyak yang beranggapan bahwa Putri Hijau berasal dari Dataran Tinggi Karo. Namun, ada juga yang membantahnya dengan mengatakan Putri Hijau berasal dan bersemayam di Delitua Kuta (Kecamatan Namorambe). Banyak yang mengaku jika mereka memiliki jinujung (junjungan) Putri Hijau.
Memang, diceritakan bahwa Putri Hijau dahulu adalah 3 orang bersaudara, yaitu Meriam, Naga dan Putri Hijau. Meriam terpecah menjadi 2 bagian, satu bagian terpental ke desa Sukanalu (Kecamatan Barusjahe) dan satu lagi ke Istana Maimoon. Naga dikabarkan merampas Putri Hijau dari tawanan Raja Aceh dan menempatkan Putri Hijau di dasar lautan.
Bekas peninggalan Putri Hijau pun ada di beberapa lokasi, yaitu di Desa Seberaya (Kabupaten Karo), Desa Delitua (Kecamatan Namorambe), dekat Pasar 10 (Kecamatan Kutalimbaru), dan Hamparan Perak (semuanya di Kabupaten Deliserang).
Tim Sora Sirulo pun menyempatkan waktu untuk berkunjung ke salah satu tempat yang dikatakan adalah peninggalan Putri Hijau. Nama tempat tersebut adalah Pemandian Pancur Gading Putri Hijau. Tempat ini terletak di Desa Delitua lama (Kecamatan Namorambe). Sebagian besar dari lokasi ini yang disebut juga Benteng Putri Hijau sekarang telah menjadi Perumnas Taman Putri Deli.
Dari simpang jalan masuk perumahan ini kita memerlukan waktu sekitar 15 menit dengan sepeda motor melalui jalan yang cukup baik. Setelah 15 menit perjalanan, tim Sora Sirulo pun sampai di tujuan.
Kondisi pemandian ini cukup terawat, dengan akses cat dan keramik berwarna hijau. Beberapa orang terlihat sedang mandi bunga di pancuran air ini. Menurut salah seorang pengunjung yang tidak mau dikorankan namanya, ia datang ke tempat ini untuk membersihkan diri.
“Sekedar mandi bunga dan berdoa saja untuk membersihkan diri,” katanya.
Bagaimana pun versi cerita yang berbeda, Putri Hijau tetaplah sebuah cerita legenda atau mitos yang dipercayai oleh orang Karo.