Kolom M.U. Ginting: PEMILIHAN DAERAH, NASIONAL, DAN INTERNASIONAL

Menarik memang baca-baca soal pemilihan sekarang ini. Apalagi kalau sedikit dikait-kaitkan dengan situasi internasional, mengamati perkembangan terakhir soal demokrasi dan pemilihan. Paling menarik tentu kalau dikaitkan dengan Pilpres AS sekarang ini, antara perwakilan nasionalis (Trump) kontra boneka deep state (Biden).

“82 persen calon kepala daerah yang ikut Pilkada dibiayai oleh cukong,” dikatakan oleh Menkopolhukam Mahfud MD di Padang, Sumbar [Kamis 17/9].

Apakah Pilkada di Tangsel juga ‘dibiayai oleh cukong’ (?), susahlah untuk menilainya, karena di sini adalah ‘perang penggede’. Bisa diartikan kira-kira lebih gede dari cukong, atau kemungkinan ‘tidak dibiayai oleh cukong’, walaupun cukong pasti ada di mana-mana.

Cukong dan para koruptor nasional bisa dikatakan adalah perwakilan utama dari ‘the ruler’ NWO ‘deep state’ atau ‘rezim global’ di tiap negara nasional dunia.

Akan tetapi, nasib ‘the ruler’ ini sekarang sudah seperti telur di ujung tanduk, berkat hampir 4 tahun kekuasaan Trump di AS. Dengan segala jalan Trump akan dikalahkan pada Pilpres November ini. Hidup mati ‘the ruler’ ini tergantung di situ. Nasib para koruptor dan cukong di seluruh dunia juga tergantung dari menang kalahnya Trump.

Atau tepatnya berhasil tidaknya Presiden Trump disingkirkan dari Gedung Putih dengan cara mencurangi Pilpres.

“We’re saving the world from a radical left philosophy that will destroy this country and, when this country is gone, the rest of the world will follow,” dikatakan oleh Trump, ketika ada White House press briefing, 19 Augustus 2020.

Ditinjau dari KONTRADIKSI UTAMA DUNIA itu, memang pastilah akan memperpanjang perjuangan nasional dunia kalau Trump terusir dari Gedung Putih dan kekuasaan kembali ke tangan NWO dan boneka-bonekanya seperti Biden.

Bisa dirasakan kebenaran kata-kata Trump itu. Terutama terlihat dari pengaruh kekuasaannya di AS selama hampir 4 tahun ini, memang terlihat jelas pengaruhnya ke seluruh dunia. Terorisme Islam lenyap, karena ‘terrorism made in USA dan the war on terrorism is a fabrication, a big lie’ (Prof Chossudovsky).

Pusat terorism Islam yang ‘made in USA’ itu sudah hizrah dari USA, tidak tahu entah ke mana. Selama ini The Global Power Structure (Deep State) ini pakai negara adidaya AS untuk melaksanakan semua tindakan brutalnya mengacau dan memecah belah negara lain, merampok SDAnya, termasuk jadi fabrik terorisme itu.

Sekarang fabrik terornya tak bisa lagi jalan, kecuali kalau Trump berhasil disingkirkan November nanti. Karena itu, menurut Trump the deep state akan mencurangi Pilpres dengan segala jalan, terutama karena bisa memanfaatkan Covid-19.

Tetapi Trump sudah siap, dan akan bertahan dengan segala jalan, dia tidak akan meninggalkan Gedung Putih dengan sukarela karena hasil pemalsuan Pilpres. Trump akan bertahan termasuk dengan kekuatan militer (perang dan revolusi). ‘The Storm’ (revolusi The QAnon) menuju the ‘day of reckoning’, menangkap dan menghukum semua pelaku kejahatan kemanusiaan di AS dan dunia.

Juga di Indonesia tentunya (kejahatan 1965) dan koruptor-koruptor era sekarang, elemen peninggalan Orba. Di Indonesia juga harus ada pembersihan atas kekuatan ini yang disebut ‘the ruler’ oleh Dr Paryanto dari Cokroaminoto University Yogyakarta. ‘The ruler’ + sisa Orba memimpin semua kejahatan di Indonesia.

Terorisme/ radikalisme Islam, korupsi/ cukong, child sex trafficking, narkoba, pedofil net, kawin-mawin homo/ lesbi dst.

Proses Pilkada Tangsel dengan semua permainan duit, koruptor,  cukong/ penggedenya pasti jugalah akan menuju titik terang setelah kekalahan deep state ‘rezim globalis’ dengan berhasilnya Trump dan revolusi QAnon-nya di AS. Biden, Obama, Clinton hanyalah boneka-boneka dari deep state.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.