Pencurian Lembu Marak di Karo Gunung

Laporan wartawan Sora Sirulo

rikwan sinulingga

RIKWAN SINULINGGA (Berastagi)

 

Pencurian lembu ternak selama bulan Juli 2016 ini marak terjadi di Karo Gunung. Pada tanggal 3/7 telah terjadi pencurian ternak di Desa Nangbelawan tepatnya di perladangan Juma Paku perbatasan antara Desa Nangbelawan (Kecamatan Simpang Empat) dengan Desa Kacaribu (Kecamatan Kabanjahe). Korbannya, 4 ekor lembu (2 jantan 2 betina) dengan taksasi nilai kerugian sekitar Rp 60 juta.

Kejadian ini diakui oleh Pak Sinulingga sebagai pemilik telah dilaporkan ke Polsek Simpang Empat dengan nomor pelaporan STPL/542/VII/2016. Namun, sampai saat ini, belum ada informasi apa-apa dari pihak Polsek.

Berdasarkan tinjauan tim Sora Sirulo di lapangan, saat kejadian, modus yang dilakukan kelompok pencuri lembu ini sebelumnya memata-matai calon korban. Ini dibuktikan dengan sisa makanan nasi bungkus yang ditinggalkan sekitar 100 m dari lokasi kandang lembu tersebut. Demikian juga para komplotan pencuri lembu ini sempat tidur-tiduran di pondokan (sapo) ladang tetangga pemilik lembu, dibuktikan dengan ditemukannya goni, terpal dan pakaian (baju ganti) di pondokan (sapo) ladang tetangga itu berserakan dijadikan sebagai alas tidur sebelum beraksi.

“Pada hari kejadian, seperti biasanya, kami tetap berjaga di kandang sampai jam 2 pagi. Karena masih puasa, kami berencana pulang ke rumah sejenak untuk sahur dan Lembu 7istirahat. Kebetulan ada siaran tv sepak bola Liga Eropa, maka kami pulang ke rumah dan singgah ke warung kopi untuk nonton bola sambil menunggu sahur. Jam 6 pagi kami kembali ke ladang dan melihat kandang sudah kosong dari 5 ekor lembu yang ada hanya tinggal 1 ekor yang tersisa,” tutur Pak Sinulingga kepada Sora Sirulo.

Setelah menelusuri jejak yang ada, lembu-lembu itu ternyata dibawa melalui 5 arah berbeda, namun ke satu titik pengumpulan sementara yang sama. Bahkan pagar kawat berduri ditembus dengan menggunting kawat pagar. Dalam waktu singkat, mobil pengangkutan yang awalnya diprediksi menggunakan Pickup L300 berdasarkan jejaknya dinyatakan mobil truck Engkel oleh pihak kepolisian.

Dari jejak kaki diperkirakan pelaku komplotan ini sekitar 6 sampai 8 orang. Anehnya dari jejak kaki ini, ada jejak kaki anak-anak yang diperkirakan umur 12-15 tahun. Di samping itu, untuk menghilangkan jejak, maling ini kerap sengaja meninggalkan jejak berupa baju, celana, pisau, parang atau kampak yang terakhir diketahui adalah milik ladang tetangga sekitarnya.

Seperti kejadian di Nangbelawan ini, pencuri meninggalkan baju batik di dekat kandang yang dibawa oleh pihak kepolisian sebagai barang bukti yang ternyata adalah milik ladang tetangga yang sering dipakai saat bekerja di ladang (baju ganti).

Belum lagi kasus ini tuntas, 4 hari lalu [Kamis 21/7], Sora Sirulo menerima informasi adanya pencurian lembu di Desa Lingga (Kecamatan Simpang Empat), tepatnya di perladangan Juma Nangka. Lembu sebanyak 5 ekor digiring melalui Lau Kembiri (lereng sawah). Dari 5 ekor lembu yang dicuri, 1 ekor terlepas karena belum dicucuk-hidung (kena kiling) sehingga komplotan pencuri kesulitan mengendalikannya dan terlepas begitu saja.




Belum lagi keresahan ini menghilang, kemarin dulu [Minggu 25/7] terjadi pencurian kerbau di Desa Kacaribu (Kecamatan Kabanjahe), tepatnya di persawahan Lau Siangin, sekitar 1 km dari kejadian pencurian lembu di Desa Nangbelawan (Juma Paku).

Menurut informasi yang diterima oleh Sora sirulo, ada 3 ekor kerbau yang diangonkan di persawahan Lau Siangin (Kacaribu) di tempat yang tidak saling berjauhan. Saat pagi hari, kerbau-kerbau itu diantarkan ke sawah untuk diangonkan. Namun, seperti biasanya, sore hari kebau-kerbau ini kembali digiring ke kandang yang berdekatan dengan rumah pemiliknya. Pada hari kejadian, pemilik begitu kagetnya ketika sore hari sekitar 18.00 Wib (sore) hendak menggiring kembali kerbaunya ke kandang ternyata sudah tidak ada lagi di tempat.

Padahal, sebagaimana diamati oleh tim Sora Sirulo, jalan keluar dari sawah tersebut merupakan jalan umum dan di lokasi itu setiap hari Minggu ada perlombaan memancing lele jumbo yang biasanya dihadiri oleh ratusan pengunjung. Begitupun, kiranya, komplotan maling ini tetap nekat beraksi meskipun hari masih terang benderang. Menurut dugaan warga setempat, kerbau-kerbau tersebut digiring melalui jalan tembus lain sampai ke jalan raya dan, dari situ, kemudian diangkut dengan truk.




Keresahan para petani yang memiliki ternak terutama lembu/ kerbau semakin tinggi. Kadang hal inilah yang menjadi pemicu warga mengurungkan niat mengembangkan ternak lembu/ sapi meskipun masih memungkinkan. Sepertinya ini menjadi tugas berat bagi pihak keamanan terutama merubah sistem perijinan (surat jalan) yang biasanya wajib dibawa saat kendaraan mengangkut lembu/ kerbau melintasi pos-pos polisi.

Apakah hanya sebatas persyararan saja tanpa ada pemeriksaan rutin secara jelas asal dan tujuan pengangkutan ternak tersebut?

Sampai saat ini, warga yang kehilangan ternak lembu/ kerbau di Kabupaten Karo masih negatif dengan kinerja pihak kepolisian, mengingat masih jarang sekali ketika ternak hilang diketemukan kembali. Termasuk untuk mencegah kejadian ini terulang kembali, seluruh masyarakat harus saling koordinasi menjaga keamanan.

Mengingat dalam 1 bulan sudah 3 kali terjadi dengan modus yang sama, bukan tidak mungkin ada pihak-pihk tertentu yang ikut membantu sebagai pemberi informasi “mata-mata” di sekitar desa-desa tersebut. Mata-mata ini sangat mengetahui lokasi dan kebiasaan/ rutinitas dari pemilik ternak sehingga proses eksekusi pencurian tepat waktu. Dari jejaknya ketika pemilik kembali melihat ternaknya, komplotan ini juga diperkirakan baru saja berangkat. Berarti mereka sudah sangat mengetahui kebiasaan pemilik ternak saat pagi, siang maupun sore harinya.

Foto model: Lionel I.R. Sinulingga




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.