Kolom Boen Syafi’i: MENJILAT CENDANA

Herman dengan sikap beberapa keturunan ngarab dan pribumi pesek berdaster yang saat ini getol menjilati pantat klan Cendana, dengan rajin menyerang pemerintah. Apalagi di saat melihat video viralnya si Babe yang berkata:

“Dulu di Jaman Suharto tidak ada orang yang misqueen.”

Ah tidak usah herman apalagi heru yang berlebihan, bray. Woles wae. Wajar, jika mereka menjilati pantat klan Cendana, wong Cendana punya uang banyak kok. Rugi dong 32 tahun berkuasa kalau cuma ngumpulin remukan rengginang.

Padahal jika manusia otaknya tidak korslet, gak mengsle, apalagi keseleo, pasti tidak akan sudi berbicara seperti si Babe itu.

Wong kalau di jelentrehkan dan ditulis, bisa-bisa ketebalan buku tentang kebejatan Suharto ini mengalahkan tebalnya tembok China. Tembok China saja kalah, apalagi novel ah uh karangan Enny Arrow.

Akan tetapi, kenapa si Babe nekat berkomentar seperti itu?Ya, kembali lagi, karena Cendana akeh duite.

Dan lagi di dalam politik ada istilah “tidak ada makan siang gratis”. Gratis wae tidak ada, apalagi kasbon.

“Tolong, para kasboner’s menutup rapat-rapat harapan agar bisa kasbon saat makan siang hari ini, ya.” ?

Jadi, sekali lagi ya, jangan herman jika statemen dari mereka ini beraroma nyinyir menjurus ke fitnahan yang berbungkus agama terhadap pemerintah yang sah. Wong pekerjaannya ya memang begitu itu alias bigiti iti.

Saya sih tidak herman heru apalagi hendrik dengan hal tersebut. Memangnya mereka dapat rumah yang megah dan juga kendaraan mewah buatan tapir itu dari mana?Jualan cilok?

Ini cuma masalah duit saja, bray. Nothing else. Sekarang bandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan Buya Syafii Maarif. Wih bagaikan langit dan bumi saja, toh?

Buya rumahnya sederhana. Jika ke mana mana beliau cuma ngontel. Mereka? Padahal secara keilmuan, dan kebijaksanaan maka mereka-mereka ini sangat jauh levelnya jika dibandingkan dengan tokoh besar Muhammadiyah ini.

Tetapi, kenapa kekayaan Buya kalah jauh? Karena Buya mengikuti kata hatinya. Nuraninya tidak mati, dan rasa kemanusiaan yang dimiliki sangatlah tinggi.

Jadi manusia manusia seperti si Babe, Alfian, si Tengkujul, Riziek, Smith dan lain sebagainya itu levelnya cuma pion kecil saja. Percuma menangkapi gerombolan ngarab si biang onar karena yang harus dihabisi adalah pendananya. Jika si pendana sudah klepek-klepek, maka klepek-klepek pula para gerombolan yang dulu cuma berdagang minyak wangi ini.

Namun, kenapa hingga saat ini, si pendana tidak ditangkap dan masih dibiarkan bebas berkeliaran? Ya balik lagi, ini masalah politik. Tapi percayalah, Jokowi sudah merancang hal tersebut dengan jalan memutar, safety, namun akan sangat mematikan.

Dia wong Solo, orang Jawa, bertindak tanpa grusa-grusu adalah cirinya.

“Tapi muternya jangan kejauhan dong Cak.”

Emang kenapa, Di, Paidi?

“Lha mosok, tujuannya ke Surabaya eh muternya malah di Nganjuk? Itu muter apa kebablasan?”

Weladalah ……

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.