Kolom Sri Nanti: PERANG MARKETING GAYA BARU

Kita harus bisa membedakan mana orang-orang yg membawa syi’ar agama dan mana yang hanya promosi produk budaya. Baik budaya yang berkaitan dengan pangan, sandang, papan dan gaya hidup. Dunia sedang dicekam ketakutan pada kebangkrutan ekonomi global, dan fanatisme beragama adalah target market potensial untuk menjual apapun yang laku dijual.

Lucunya, ada sebagian dari kita yang justru bangga menjadi agen promosi produk negara lain.

Sambil berteriak-teriak menjelekkan produk negaranya sendiri dan terus berasumsi negaranya terancam bangkrut. Lebih sadis lagi, promosinya sambil melabeli produk budaya lokal hasil olah cipta, rasa dan karsa nenek moyangnya sendiri sebagai produk haram, sesat, bid’ah, dan seterusnya.??

Wahai sesama bakul yang dicintai oleh Mark Zuckerberg. Kalau mau jualan ya jualan sajalah. Pakai kaidah marketing yang bagus. Lagipula tanpa harus menghina produk lokal, apapun yang berasal dari sana sudah sangat laku kok di sini.

Bahkan kalau produk sini dikasih nama berbahasa sana juga pasti dianggap produk yang akan mengantar kita ke surga, walaupun akhirnya banyak yang berujung tertipu.

Jadi pede ajalah, nggak usah takut nggak laku.

Catatan Mengenai Foto Cover

Kenapa ragam jajanan ini lahir di Bumi Nusantara? Karena Tuhan YME telah berkenan menganugerahkan bahan baku yang berlimpah ruah untuk kita. Akal budi yang sehat sehingga mampu mengolahnya menjadi indah dipandang dan nikmat disantap.

Ini anugerah Tuhan YME untuk kita. Iya… kita… orang-orang terpilih yang ditakdirkan lahir dan besar di tanah surga ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.