Peringatan Hari Sumpah Pemuda di Medan

NATALIE SEMBIRING. MEDAN. Walikota Medan (Drs HT Dzulmi Eldin S MSi) memimpin upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke 89 Tahun, di Kantor Walikota Medan [Sabtu 28/10].

Upacara ini dihadiri oleh Wakil Walikota Medan (Ir. H. Akhyar Nasution MSi), Sekda Kota Medan (Ir. Syaiful Bahri), para pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Camat beserta Lurah sekota Medan, dan seluruh ASN di lingkungan Pemko Medan.

Selain itu hadir pula unsur organisasi kepemudaan diantaranya Ketua DPD KNPI Kota Medan (El AdriansyahSE) beserta pengurus KNPI Kota Medan, dan Pengurus Organisasi Pemuda Pancasila (PP).

Upacara diawali dengan pengibaran bendera merah putih oleh Paskibraka Kota Medan, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan teks Pancasila oleh Walikota Medan yang di ikuti oleh seluruh peserta upacara, setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan Pembukaan UUD 1945 dan Ikrar Pemuda yang dibaca oleh Pemuda KNPI Kota Medan.




Walikota Medan saat membacakan pidato Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia mengatakan delapan Puluh Sembilan tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928, sebanyak 71 pemuda dari seluruh penjuru tanah air, berkumpul di sebuah gedung di Jalan Kramat Raya, daerah Kwitang Jakarta. Mereka mengikrarkan diri sebagai satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa yaitu Indonesia. Sungguh, sebuah ikrar yang sangat monumental bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Ikrar ini nantinya, 17 tahun kemudian melahirkan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945.

Pada saat itu, lanjut Walikota, Sumpah pemuda dibacakan di arena kongres Pemuda ke-2, dihadiri oleh pemuda lintas suku, agama dan daerah. Jika membaca dokumen sejarah Kongres Pemuda ke-2, maka akan menemukan daftar panitia dan peserta kongres yang berasal dari pulau-pulau terjauh Indonesia.

Menurut walikota, secara imaginatif sulit rasanya membayangkan mereka dapat bertemu dengan mudah dari belahan Barat Indonesia, teradat nama Mohammad Yamin. Seorang pemuda kelahiran Sawah Lunto Sumatera Barat yang mewakili organisasi pemuda Sumatera, Jong Sumatranen Bond. Dari belahan Timur Indonesia, kita menemukan pemuda bernama Johannes Leimena, kelahiran kota Ambon Maluku, mewakili organisasi pemuda Jong Ambon. Ada juga Katjasungkana dari Madura, ada juga Cornelis Lefran Senduk, mewakili Organisasi pemuda Sulawesi, dan Jong Celebes.

“Pernahkah kita bayangkan mereka bertemu, berdiskusi, dan bertukar pikiran mematangkan gagasan hingga akhirnya bersepakat mengikatkan diri dalam komitmen ke-indonesiaan?” tanya Walikota tanpa menantikan jawaban dari parapendengarnya.

Atas dasar ini, Walikota Medan mengajak seluruh peserta upacara untuk bersyukur atas sumbangsih para pemuda Indonesia yang sudah melahirkan sumpah pemuda.

“Sudah seharusnya kita meneladani langkah-langkah dan keberanian mereka hingga mampu menorehkan sejarah emas untuk bangsanya,” kata Walikota Medan.




Bila dibandingkan dengan era sekarang, lanjut Walikota kembali, sarana transportasi umum sangat mudah, untuk menjangkau ujung timur dan barat Indonesia hanya dibutuhkan waktu beberapa jam saja. Bahkan, untuk dapat berkomunikasi dengan pemuda di pelosok negeri ini, cukup dengan menggunakan alat komunikasi, interaksi sosial dapat dilakukan 24 jam, kapanpun dan dimanapun.

Namun, anehnya, justru dengan berbagai macam kemudahan yang dimiliki saat ini, kita lebih sering berselisih paham. Mudah sekali memvonis orang, mudah sekali terpecah belah, saling menebar fitnah dan kebencian. Seharusnya dengan kemudahan teknologi dan sarana transportasi yang ada saat ini, seharusnya lebih mempermudah buat para pemuda untuk berkumpul, bersilaturahmi dan berinteraksi sosial.

“Seharusnya tidak ada lagi ruang bagi kita untuk salah paham apalagi saling membenci, karena semua hal dapat kita konfirmasi dan kita klarifikasi hanya dalam hitungan detik,” kata Walikota.

Selanjutnya dalam sebuah kesempatan, jelas Walikota, Presiden Republik Indonesia yang pertama, bung karno pernah menyampaikan “jangan mewarisi abu sumpah pemuda, tapi warisilah api sumpah pemuda. Kalau sekedar mewarisi abu, saudara-suadara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah satu bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air. Tapi ini bukan tujuan akhir.” Pesan yang disampaikan oleh bung karno ini, sangat mendalam khususnya bagi generasi muda Indonesia.

“Api sumpah pemuda harus kita ambil dan terus kita nyalakan. Kita harus berani melawan segala bentuk upaya yang ingin memcah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Kita juga harus berani melawan ego kesukuan, keagamaan dan kedaearahan kita. Ego ini yang kadang kala mengemuka dan menggerus persaudaraan kita sesama anak bangsa. Kita harus berani mengatakan bahwa persatuan Indonesia adalah segala-galanya, jauh diatas persatuan keagamaan, kesukuan, kedaerahan apalagi golongan,” jelas Walikota.

Untuk itulah, Walikota mengajak seluruh peserta upacara untuk mencukupkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Stop segala bentuk perdebatan yang mengarah pada perpecahan bangsa.




“Kita seharusnya malu dengan para pemuda 1928 dan juga kepada bung karno, karena masih harus berkutat di soal-soal ini, sudah saat nya kita melangkah ketujuan yang lebih besar, yaitu mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”jelas Walikota kembali.

Selain itu dalam kesempatan tersebut, ungkapan rasa syukur dan terima kasih juga disampaikan kepada bapak presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo yang selama ini memberikan perhatian terhadap pembangunan kepemudaan Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan ditandatanganinya Perpres no 66 tahun 2017 tentang koordinasi stragegis lintas sektor penyelenggaraan pelayanan kepemudaan. sebab melalui Perpres ini, peta jalan kebangkitan pemuda Indonesia terus digelorakan.

“Bersama pemerintah daerah, organisasi kepemudaan dan sektor swasta, kita bergandengan tangan, bergotong royong melanjutkan api semangat sumpah pemuda 1928,” ajak Walikota










Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.