Kolom Eko Kuntadhi: PESAN JERMAN SECARA TERANG-TERANGAN

Sebuah foto, wanita bule memasuki kantor FPI. Ia turun dari mobil berplat nomor Kedutaan Besar Jerman. Kita tahu akhirnya, ia adalah seorang staf kedutaan. Entah apa tujuannya memasuki kantor Ormas yang dikategorikan teroris lokal itu. Di Indonesia saat ini FPI sedang menjadi incaran kepolisian. Tokoh-tokohnya dicokok karena pelanggaran hukum terang-terangan.

Munarman, pentolan FPI, seperti bersorak gembira dengan kehadiran staf kedutaan asing itu.

Ia senang apabila pihak asing mendukung aksi mereka. Ia senang jika negaranya diobok-obok kepentingan negeri lain. Kedutaan Jerman sendiri buru-buru memgklarifikasi kedatangan stafnya ke markas FPI.

Mereka berdalih, staf itu datang atas inisiatif peibadinya bermaksud menanyakan jadwal demo. Oala, nanya jadwal demo. Emangnya mereka minta jatah nasi bungkus juga? Alasan mengada-ada itu saja bikin kita mual.

Sebuah kedutaan asing, memasuki isu dalam negeri, pasti bukan menunjukan etika hubungan internasional yang baik. Itu menunjukan kepongahannya Jerman, sok mengatur-atur negeri ini.

Kita tidak tahu cerita sebenarnya di balik aksi staf Kedubes Jerman itu. Kita hanya tahu, bahwa persoalan kekerasan atas nama agama memang sering menjadi senjata negara-negara AS dan Eropa untuk menekan negeri yang diincarnya.

Syuriah jadi pelajaran. Saat gerombolan kekerasan melanda negeri itu, para teroris punya hubungan dengan negara di luar. Perancis membiayai sekelompok teroris di Syuriah. Turki dan Saudi juga ikut mendukung kelompok teroris yang lain. AS, Israel dan Jerman juga ikut cawe-cawe.

Mereka menjadikan Syuriah ladang pembantaian dengan mensupport habis-habisan para pengacau. Masalahnya hanya satu. Kepentingan mereka atas jalur pipa gas, yang akan menentukan masa depan energi di Eropa.

Kebetulan Presiden Syuriah Basar Asaad lebih suka membuka dirinya dengan Rusia, ketimbang melayani kepentingan Eropa, yang seringkali serakah dan curang. Negeri Eropa marah saat Asaad punya kecenderungan berdekatan dengan Iran dan Rusia.

Kalau mereka membangun jalur pipa gas ke Rusia, Eropa akan kerepotan. Maka Eropa menekan Syuriah dengan membiayai para teroris. Iran dan Rusia juga berkepentingan. Mereka akhirnya turun gunung memerangi begundal teroris yang dibayai Eropa, Saudi, Turki, Qatar dan AS.

Jadilah Syuriah lokasi perang proxi. Semua kepentingan dunia melebur di sana. Adu kekuatan.

Sebetulnya sama seperti Indonesia. Kebijakan Presiden Jokowi untuk melarang ekspor nikel mentah, membuat Eropa marah. Kita tahu, nikel adalah masa depan energi dunia. Saat dunia otomotif beralih dari bensin ke listrik, semua butuh nikel sebagai bahan dasar baterai.

Jika Eropa tidak bisa memperoleh nikel, industri otomotif mereka akan bergantung kepada Indonesia. Itulah yang mereka gak mau. Jepang sebetulnya juga deg-degan dengan larangan ekspor nikel mentah itu. AS juga. Pokoknya semua negara yang punya industri otomotif menekan Indonesia agar mau menjual nikelnya mentah-mentah.

Masalahnya kalau kita menjual nikel mentah, pendapatan kita cuma secuil. Mereka yang akan diuntungkan dengan menjual mobil listrik. Sama seperti kita menjual pisang, lalu mereka menjual kripik pisang pada Indonesia dengan harga jauh lebih mahal.

Akan lain soalnya jika kita membangun industri baterai di sini. Nikel diolah dulu. Soal mereka mau membeli baterai kita, ya silakan. Yang penting harganya masuk. Tapi itulah kapitalisme dunia. Mereka mau dapat bahan baku murah, lalu diproses, untuk dijual sebagai barang jadi dengan harga berkali lipat.

Kalau kita menolak permintaan itu, ancaman mereka sama: Obok-obok negerinya. Kekuatan untuk mengobok-obok, ya gunakan gerombolan berjubah agama untuk beraksi. Dukung mereka. Beri bantuan dan amunisi. Sampai pemerintah menyerah lalu menyerahkan sumber daya alam kepada mereka secara murah.

Indonesia punya pengalaman buruk. Dulu Presiren Soekarno juga menolak kepentingan Eropa dan AS terhadap sumber alam kita. Selain perang ideologi saat itu juga masih berkobar. Akhirnya Soekarno jatuh. Sumber alam kita dibagi-bagi seperti bancakan.

AS berpesta. Eropa menari. Dan Indonesia hanya ditinggal kerak gak bersisa.

Kita tidak tahu apa tujuan seorang staf Kedutaan Jerman ke markas FPI sesungguhnya. Yang kita tahu, apapun alasannya, mereka telah melewati garis demarkasi hubungan internasional secara terang-terangan.

Bagi kita, itu sangat melecehkan. Jika FPI bersorak gembira karena merasa disupport staf kedutaan besar asing, karena memang mereka sebetulnya gak peduli dengan Indonesia. Mereka senang saja ketika kepentingan asing mengobok-obok negeri ini.

Mereka menyangka sedang membela agama. Padahal mereka hanyalah menjual bangsanya secara murah. Kita perlu lebih hati-hati dengan fenomena ini. Saat Jerman terang-terangan memasuki persoalan dalam negeri kita.

Saya yakin, kedatangan staf Kedubes Jerman itu bukan bermaksud diam-diam. Itu memang disengaja agar publik tahu.

Seperti sebuah pesan pada pemerintah kita bahwa jika agenda dan kepentingan mereka gak didengar, mereka bisa berbuat apapun untuk mengoyak-ngoyak Indonesia. Itulah yang kita hadapi sekarang.

Tapi, yang kita herankan, kenapa sampai sekarang Menhan Prabowo gak pernah berkomentar ya?”

Makanya mas, jadi orang jangan diam aja. Nanti dikira Menhan, lho,” ujar Abu Kumkum.

Get Started Today

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt
ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation
ullamco laboris nisi ut aliquip

One thought on “Kolom Eko Kuntadhi: PESAN JERMAN SECARA TERANG-TERANGAN

  1. SOS Presiden
    Ketika Soekarno menasionalisasi perusahaan asing yang ada di Indonesia, dan karena ini menyangkut duit besar dan untung besar . . . maka persoalan ini menimbulkan kemarahan besar bagi kekuatan kapital/imperialis dunia dan usaha menyingkirkan Soekarno 1965 mulai berjalan sangat cepat dan tidak ada lagi kekuatan yang bisa menghalanginya!
    Analog 2021: Ketika presiden Jokowi mau menghentikan export biji nikel yang akan menimbulkan kerugian sangat besar bagi industri baja UE/AS. Protes tidak perlu tunggu lama dari UE dan juga WTO langsung datang bertubi-tubi. Kalau soal ini diteruskan sampai ke titik puncaknya seperti Soekarno hadapi 1965 . . . penyingkiran Jokowi sebagai presiden bisa dibayangkan sebagai analogi 1965 Soekarno, adalah PASTI. Dan tanda-tanda yang sangat menyolok sudah dimulai. Campur tangan terang-terangan dari pihak kedutaan asing melawat ke pusat FPI, dan juga campur tangan asing (Belanda) soal Ravio Patra.
    Uang dan Keuntungan besar selalu lebih berharga dari nyawa atau jabatan presiden suatu negara yang kaya SDAnya. Ini mungkin presiden Jokowi memahami secara pasti. Tetapi apalah artinya memahami kalau dia sendirian seperti Soekarno pada zamannya. Sekarang yang paling penting ialah agar Jokowi TIDAK SENDIRIAN. Artinya semua rakyat seluruh negeri harus mendukungnya dengan segenap hati dan seluruh kekuatannya. Hanya itulah satu satunya yang bisa menyelamatkan presiden nasionalis Jokowi dan negara nasionalis Indonesia NKRI.
    Ayo rakyat Indonesia siaplah semua dibelakang presiden Jokowi. Pertinggi KEWASPADAAN dan siap menghadapi semua KEMUNGKINAN. Imperialis NWO punya keuangan tidak terbatas dan paling penting ialah punya kebejatan (moral) juga tidak terbatas (Trump).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.