Kolom Juara R. Ginting: UNTUK PDIP — Pilkada Karo 2020 Adalah Mata Rantai Politik Nasional (1)

Turunnya beberapa tokoh nasional dari PDIP menjadi Juru Kampanye (Jurkam) Paslon Nomor 3 (Ide Bukti) di Pilkada Karo memunculkan dualisme pemikiran Karo. Pendukung para pesaing Paslon Nomor 3 menuding itu sebagai wujud ketidakpercayaan pada kekuatan lokal.

Sedangkan pendukung Paslon Nomor 3 menyambutnya dengan antusias.

Apalagi di dalam tim Jurkam dari Jakarta itu ada ujung tombak termahal di bursa politik nasional maupun internasional, yaitu Basuki Tjahja. Poernama alias Ahok.

Hanya saja, komentar-komentar di media sosial Karo masih, menurut hemat saya, menempatkan perdebatannya terbatas di konteks Pilkada Karo 2020 doang. Belum ada yang menempatkannya di konteks lebih luas, semisal Sumatera Utara.

Kedatangan tim dari Jakarta itu, menurut analisis saya, bukan semata-mata untuk memenangkan Paslon Iwan Depari–Budianto Surbakti, tapi juga untuk memenangkan Boby Nasution–Aulia Rachman di Pilkada Medan 2020.

Selama ini, kampanye Pilkada Karo hanya menurunkan Megawati dan nantinya hanya Puan Maharani ke Pilkada Karo. Kali ini, PDIP menurunkan pemain-pemain terkuatnya.

Bila kita tinjau satu per satu pemain tim nasional yang turun ini, kita menemukan hanya Bob Andika Mamana Sitepu, Junimart Girsang, dan Djarot Syaiful Hidayat yang mewakili Dapil Karo. Itupun, hanya Bob Andika yang betul-betul mewakili Karo sebagai sebuah suku, sedangkan Djunimart hanya kalimbubuna Suku Karo (dianya Suku Simalungun), sedangkan Djarot bukan Karo sama sekali (dianya Suku Jawa dari Jawa Timur).

Mari kita intip nama-nama Mindo Sianipar, Eriko Sotarduga, Maruarar Sirait, dan Adian Napitupulu. Menurut saya, nama-nama ini lebih diarahkan untuk Pilkada Medan, meskipun akan sangat relevan untuk Pilkada Karo. Mereka ini adalah orang-orang yang mengurusi organisasinya PDIP dan menjadi jembatan para pemain daerah memperjuangkan sesuatu di Pusat.

Adian dan Maruarar, misalnya, sangat dekat dengan para pengurus PDIP Kabupaten Karo. Dari segi organisasi, mereka bisa menambah antusiasme para pengurus ranting dan anggota partai itu di seluruh Kabupaten Karo.

Selain itu, sepertinya belum ada Paslon yang betul-betul meyakinkan bisa menggarap suara penduduk Suku Batak di Kabupaten Karo, meskipun kiprah Matondang almarhum di masa lalu sepertinya akan mengalir ke Paslon tertentu.

Tapi, dengan turunnya Maruarar, Adian dan lain-lain, kiprah Matondang kemungkinan hanya sebatas Lau Baleng dimana istrinya Remita beru Sembiring masih cukup kuat menguasai suara Suku Batak di Lau Baleng.

Ilustrasi: Bayak Pa Mangkok

Junimart diharapkan mengalirkan suara Suku Simalungun ke kandidat PDIP, terutama di daerah Sipitu Kuta (khususnya Kecamatan Merek) serta Kabanjahe.

Namun begitu, turunnya nama-nama itu adalah juga terkait pemenangan Boby–Aulia di Medan. Dipilihnya Boby dan bukannya Achyar untuk diusung oleh PDIP di Pilkada Medan 2020 adalah juga terkait dengan masa depan PDIP dan Indonesia sebagai sebuah state yang akan saya bahas lebih luas di bagian lain.

BERSAMBUNG

VIDEO: Kembalinya Banteng-banteng ke Pangkuan Ibu Pertiwi. Video ini dapat juga dilihat di SINI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.