Kolom Boen Syafi’i: PKI DAN LUKA BATIN SI ALGOJO BESERTA KORBANNYA

Borok luka bangsa tentang perang saudara yang dulu menganga parah, kini diungkit-ungkit kembali. Ya, borok itu bernama G30S/ PKI. Entah versi siapa yang benar tentang sejarah kelam ini. Pastinya, luka batin dari para saksi hidup masih meninggalkan trauma yang teramat dalam; baik itu korban maupun yang jadi pemburunya.

Banyak kisah yang menceritakan dulu ada seorang laki-laki gagah perkasa.

Dia adalah pemburu sekaligus algojo orang-orang yang dituduh PKI tanpa pernah diadili. Tapi akhinya dia gila permanen di masa tuanya. Ada pula yang bunuh diri, karena dihantui oleh perasaan bersalah di sepanjang hidupnya.

Sementara dari pihak korban yang lolos dari si pemburu, banyak yang merasakan getirnya kehidupan. Sebagai warga negara kala itu, sama sekali tidak pernah dianggap keberadaannya, oleh Rezim Orba.

Selama 32 tahun, mereka merasakan sejatinya neraka.

Gus Dur pernah berkata, saat itu rakyat sedang diadu domba, dan kondisi yang ada memang memaksa siapa saja untuk membunuh ataupun dibunuh. Jadi, memang sudah semestinya bangsa ini mengadakan islah (rujuk) besar agar mengurangi beban sejarah di masa depan.

Peristiwa di 30 September 1965 hingga sesudahnya adalah sejarah kelam yang harusnya ditutup rapat-rapat. Di sana ada korban dan ada algojo yang mungkin saja hingga saat ini masih hidup, dengan beban trauma yang mendalam.

PKI sudah bubar, anak cucu dari para terduga PKI kini sudah bergandengan tangan, dengan anak cucu dari para algojo yang dulunya pernah memburu kakek neneknya. Biarkan mereka hidup damai, tanpa ada kata PKI yang membuat batinnya tersiksa.

Jangan terkecoh, mereka yang teriak PKI sejatinya adalah para pendukung ISIS, serta simpatisan khilafah seperti HTI dan FPI. Ditambah hegemoni Orba yang ingin menguasai kembali Indonesia.

Jika mereka berkuasa, maka apa yang terjadi di Suriah, niscaya akan anda dapati di negeri ini. Semua belum terlambat, meskipun kobaran api tentang adanya perang saudara itu semakin hari semakin di depan mata.

Ahsudahlah..

“Mas, rajin-rajinlah menabung mulai saat ini, ya”

Biar punya uang saat pandemi ya, Cak?

“Bukan Mas, biar ngungsinya nanti terlihat keren, karena gak pakai perahu seperti orang di Timur Tengah sana.”

Weladalah???

Salam Jemblem..

2 thoughts on “Kolom Boen Syafi’i: PKI DAN LUKA BATIN SI ALGOJO BESERTA KORBANNYA

  1. Communism = NWO (Henry Makow)

    Jadi dibelakang komunis PKI itu bersembunyi orang-orang NWO, tetapi juga dibelakang orang-orang antikomunis itu. Karena itu pecah belahnya bisa diatur siapa yang akan dimenangkan dengan pertimbangan yang paling baik demi DUIT itu. SDA Indonesia sudah dikeruk lebih dari setengah abad, Triliunana dollar hilang begitu saja tanpa suara, dan masih terus karena sudah diundang-undangkan (Freeport Papua). Menurut Mahfud MD, Indonesia tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali bikin tindakan SEPIHAK. Ini akan lebih ringan kalau KONTRADIKSI UTAMA DUNIA itu sudah dalam perjalanan akan menang, terutama kalau Trump menang pilpres November ini dengan revolusi QAnonnya menuju the ‘day of reckoning’, menangkap semua penjahat internasional itu dan menghapuskan semua utang-utang negara nasional yang tadinya hanya bermodal kertas kosong.

  2. DIVIDE ET IMPERA
    menuju pencerahan total

    “Entah versi siapa yang benar tentang sejarah kelam ini.” – kolom Boen Syafi’ Sorasirulo.com

    Sejarah kelam ini (peristiwa 30 Sept 1965) yang pada pokoknya adalah pertempuran antara orang komunis/’progresif’ intinya PKI KONTRA anti-komunis yang disebut juga ‘reaksioner’ ketika itu, diwakili terutama oleh Partai islam Masyumi. Pertikaian yang semakin tajam antara dua golongan politik ini yaitu komunis dan anti-komunis sampai 1965 berhasil di’redakan’ oleh presiden Soekarno dengan taktik/strategi NASAKOMnya. Tujuan dan cita-cita Soekarno akan bangsa ini sangat mulia dan telah memikirkan banyak usaha untuk mencapainya, antara lain dengan NASAKOM itu yang pada pokonya adalah untuk mendamaikan dan menginginkan kerja sama erat antara komunis dan anti-komunis yang sudah dalam puncak ketegangannya. Dua kekuatan ini sudah mendidih 1965, tinggal menunggu percikan apinya.

    Tetapi diatas semua kekuatan politik nasional ini, ada kekuatan lain (internasional) yang sangat jauh lebih besar yang mampu mengendalikan semua kekuatan politik nasional seluruh dunia (ingat banyak kudeta di negara-negara berkembang), termasuk di Indonesia ketika itu. Sayangnya kekuatan luar biasa ini baru diketahui secara umum dan sudah ditelanjangi penuh, baru setelah dunia memasuki ERA INTERNET pada abad 21. Kekuatan besar ini disebut oleh Trump “The Global Power Structure” atau NWO, dan di AS dia sebut juga sebagai “The Corrupt Establishment” atau Deep State. Ciri-ciri utama kekuatan ini (menurut Trump) dan yang harus kita ingat ialah SUMBER KEKUATAN POLITIK DAN FINANSIALNYA YANG TIDAK TERBATAS, dan KEBEJATAN MORALNYA YANG TIDAK TERBATAS (pidato Trump di West Palm Beach Florida 13 Oktober 2016).
    Kekuatan politik/finansial tak terbatas ini membikin Soekarno dan NASAKOMnya tidak berdaya sama sekali untuk bertahan. Kebejatan moral tidak terbatas ini mengingatkan kita akan kekejaman pembunuhan 1965. Jadi kekejaman luar biasa itu memang sudah tertulis dalam bibel NWO ini.

    Karena itu dalam meninjau dari segi “versi siapa yang benar” dalam peristiwa 1965 itu (pertikaian komunis kontra antikomunis), terpaksa kita mengikutkan kekuatan besar internasional ini (The corrupt establishment NWO), kalau tidak pastilah tidak objektif peninjauannya.

    Kita mulai dari pertanyaan pertama: Siapa yang mengadu domba komunis dan antikomunis di Indonesia?
    Pertanyaan kedua: Untuk apa mengadu domba komunis vs antikomunis di Indonesia itu?

    Kalau kita menelusuri untuk apa adu domba dua kekuatan itu, kita ingat lagi ‘sim sallabim’ yang sudah terkenal itu. Dengan pecah belah mengerikan itu muncullah kekacauan luar biasa dan sim sallabim . . . kekuasaan dan kekayaan luar biasa SDA Indonesia jatuh ketangan kekuatan internasional itu lewat fisik dan mental Soeharto yang 100% dikendalikan oleh NWO yang bermoral bejat tidak terbatas itu. Dengan cara cara seperti ini + semua perang pembungaan uang, tidaklah heran kalau ‘the corrupt establishment’ Global Power Structure ini punya sumber kekayaan dan finansial yang tidak terbatas.

    Dengan menjawab pertanyaan kedua ini, agaknya pertanyaan pertama sudah terjawab sendiri, siapa yang berkepentingan mengadu domba komunis kontra antikomunis itu. Hanya perlu ditambahkan disini ungkapan terkenal ‘divide et impera’ yang sudah mereka pakai sejak Napoleon diadu dengan kerajaan Perancis pakai kedok ‘revolusi’ untuk membungakan uang, dan Marx disewa ngarang komunisme untuk mebelah dunia jadi dua belahan yang bertentangan tajam sampai akhir abad lalu.

    DIVIDE ET IMPERA, betapa HEBATNYA taktik dan strategi ini untuk cari DUIT dan KEKUASAAN.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.