Kolom Wijayanto W. Aji: PKS Ketemu Jokowi, Antara Pengakuan Dosa dan Menangkap Peluang

REFLEKSI AKHIR TAHUN 2015

 

wijayanto 8Memang politik itu dinamis. Kadang bermusuhan, kadang berangkulan, seperti adagium bahwa tidak ada yang abadi dalam politik, hanya kepentingan yang membalut keabadian tersebut. Ini terlihat ketika PKS ketemu Jokowi, seolah-olah pertarungan berdarah-darah kader PKS melawan Jokowi telah dikhianati elit politik PKS. Ada apa dengan tujuan PKS tersebut, antara bentuk pengakuan dosa atau malah dalam upaya menangkap peluang?

PKS memang dikenal publik sebagai partai oposisi yang paling nampak perlawanannya, baik elitnya maupun kader PKS yang sengaja disebar di media sosial demi eksistensi partai dalam propaganda nyata mengkritisi Jokowi dari yang kasar hingga halus dilontarkan. Fragmentasi KMP vs KIH membikin suara PKS begitu keras melawan pemerintah.

Namun, kondisi tersebut berubah pasca konstalasi politik nasional terbongkarnya fenomena SN yang mencoba jadi “Makelar” Freeport yang bikin sadar kelompok elit PKS bahwa selama ini mereka di KMP hanya jadi ajang pupuk bawang dalam menutupi kebusukan Golkar nggarong aset negara.




PKS di KMP hanya dijadikan alat buffer politik Golkar dan Gerindra dalam melakukan pembusukan negara. Dengan terungkapnya “Papa Minta Saham” menyadarkan elit PKS kembali ke jalan yang benar dengan mencoba membuka pintu komunikasi dengan Jokowi demi mengembalikan citra buruknya gara-gara SN dan kasus “Virus Ganas Gatot Pujo koruptor dari PKS”.

PKS ketemu Jokowi merupakan bentuk pengakuan bersalah telah mengganggu kinerja Jokowi dan juga sebagai pks 2permohonan maaf dari elit PKS akibat ulah kader PKS di netizen yang hampir sebagian besar melecehkan Jokowi baik melalui tulisan maupun gambar.

Di samping itu, ketemunya PKS dengan Jokowi sebagai upaya memperbaiki citra demi menangkap peluang bergandengan dengan pemerintah. Dengan tetap fanatik buta di KMP maka akan semakin membuat pembusukan mendalam bagi partainya di mata publik. Pasca ulah Ketua DPR dari KMP telah memporakporandakan kepercayaan publik pada peran KMP.

Maka dengan ketemu Jokowi minimal mampu sedikit menjernihkan air yang sudah keruh. Dengan ketemu Jokowi, PKS ingin memainkan strategi baru di pengurus yang baru dengan strategi “Clean and jap” alias kadang merangkul kadang memukul kayak strategi petinju Muhammad Ali demi mengamankan peluang perbaiki citra yang sudah buruk. PKS coba mencairkan hubungan yang selama ini dibuat konfrontatif oleh elit DPP PKS yang lama.

Dengan ketemunya PKS dan Jokowi juga sebagai momentum untuk kestabilan politik jangka panjang dalam membangun produktifitas demokrasi yang mencerahkan.




Jangan sampai kekakuan strategi PKS dalam beroposisi membuat blunder bagi kepercayaan publik terhadap PKS yang terus menurun. Di samping itu, dengan mencairnya hubungan mampu mendonamisasi DPR untuk menelorkan produk-produk legislasi yang produktif bagi kemakmuran rakyat dan juga dalam rangka mendukung pemerintah yang bersinggungan dengan DPR demi tujuan rakyat. Jangan sampe gara-gara kekakuan politik dan ketidakstabilan politik yang dibuat kubu oposisi membuat rakyat jadi tumbalnya atau korbannya.

PKS jangan sampai karena benturan idiologi dan histori politik membuat dinamisasi produk legislasi nasional jadi mandul dan mati kreatifitas demi bangsa yang lebih baik
‪#‎RefleksiAkhirTahun2015‬
‪#‎SalamPencerahan‬

SALAM HORMAT KAMI :
CENTER STUDY REPUBLIC ENLIGHTMENT FOR PROGESSIF MOVEMENT (CS REFORM)




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.