Kolom M.U. Ginting: POLARISASI — Soal Psikopat

Menanggapi

“Kolom Eko Kuntadhi: RIZIEQ SANG RESIDIVIS ATAU KARMA AHOK?”

“Rizieq psikopat, tidak memiliki empati dan mempunyai kebiasaan melanggar aturan,” kata pengamat inteligen (Suhendra Hadiekutono) di Suhendra Hadikuntono di Sumut Kota. Sekarang sudah diketahui, sepanjang sejarah kemanusiaan, sejak permulaan sivilisasi, orang-orang psikopat, sosiopat dan sebangsanya telah menguasai dan memimpin dunia. Mereka bahkan membangun semua sivilisasinya yang ada sampai sekarang ini.

Mengapa bisa begitu?

Di tiap masyarakat sejak adanya manusia, dilahirkan 2-4% psikopat, sosiopat atau anti sosial lainnya. Mereka ini sangat gampang mengalahkan orang-orang baik lainnya.

Kita bisa membayangkan, dan tidak mungkin meragukan. Terutama bagi orang-orang baik yang lebih dari 90% dilahirkan itu. Mereka bisa melihat sikap dan tingkah laku orang-orang psikopat ini dari kehidupan sehari-hari di sekitarnya. Di tempat kerja. Di tempat keramaian, dan lain-lain.

Tetapi, orang-orang baik ini tak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya mundur, mengalah atau menurut. Bayangkan kalau warga pertama di sebuah ‘desa’ (sekumpulan manusia) dalam permulaan kehidupan manusia itu. Diantara manusia-manusia awal itu ada orang-orang seperti Rizieq bersama FPInya. Tentu dialah dan sebangsanya yang cepat berkuasa.

Mereka pulalah yang kemudian membangun sivilisasi seperti perbudakan, perpecahan, perang, pembunuhan massal, komunisme, dan seterusnya. Manusia-manusia lainnya semua mundur atau tersingkir dari kekuasaan, apalagi orang-orang introvert yang kalau orang Karo bilang ‘Mehamat, Mehangke, Metenget’ (Sopan, Hormat, Mawas Diri).

Tidak ada yang bisa melawan atau mengalahkan gerombolan orang-orang ini ketika itu. Soalnya, di permulaan sivilisasi itu belum ada yang punya pengetahuan soal psikopat, sosiopat dan soal orang-orang antisosial lainnya.

Karena itu, secara otomatis, merekalah yang memaegang tampuk kekuasaan dunia. Sejak awal mula kehidupan. Dengan sendirinya juga yang bikin sivilisasi apa saja.

Itulah jawaban ringkas. Logis dan sangat bisa diterima akal sehat bagaimana asal usul kekuasaan psikopat/ sosiopat ini dengan semua sivilisasinya. Dan begitulah orang-orang ini berkuasa di dunia sampai abad INTERNET Abad 21, sebuah abad dengan aliran cepat INFORMASI dan PENGETAHUAN, dari semua untuk semua.

Dengan tibanya era internet ini, pengetahuan yang luas dan mendalam soal gerombolan penguasa busuk ini, semakin dipahami oleh masyarakat dunia. Maka kekuasaan psikopat dunia itu pun otomatis juga mulai goyah! Dari ‘otomatis’ jadi penguasa dunia, berubah ke ‘otomatis’ kekuasaannya goyah.

Kedua kejadian berlangsung ‘otomatis’, yang pertama terjadi pada Permulaan Kehidupan Manusia, yang ke dua terjadi di Era Internet. Dan sekarang, siapa yang tidak mengerti psikopat dan akal bulusnya sehingga Rizieq dkk kalang kabut?

Kehidupan Psikopat tidak seenak zaman dulu lagi. Tetapi, walaupun begitu, mereka masih kuat di NWO. Walaupun perlawanan sengit, seperti perlawanan terhadap Rizieq dan organisasinya yang tidak diragukan berhubungan erat dengan kekuasaan psikopat dunia yang masih besar itu (NWO) yang sangat “terstruktur, sistematis dan massif” (Komjen Pongrekun).

Dan juga jangan lupa bahwa NWO = Communism kata Henry Makow.

Why does the pathocracy fear it is losing control? Because it is threatened by the spread of knowledge. The greatest fear of any psychopath is of being found out. As George H. W. Bush said to journalist Sarah McClendon, December 1992″.

“If the people knew what we had done, they would chase us down the street and lynch us.

Baca di “Twilight Of The Psychopaths” By Dr. Kevin Barrett

Perlawanan sengit dan ilmiah inilah yang telah mengakibatkan POLARISASI DUNIA. Soal Karma atau Sebab Utama. “Bahkan Kyai Maruf jadi saksi yang memberatkan Ahok di pengadilan.” (kolom Eko Kundahi di Sora Sirulo) tetapi malah dapat ‘karma’ jadi Wakil Presiden. Ha ha ha . . .

Ini berarti “persyaratan karma” tadi lain lagi di sini. Mengapa Ma’ruf jadi Wapres dan Ahok masuk penjara. Begitu juga Rizieq dapat 4 tahun penjara, semua punya sebab akibat yang logis dan bisa terlihat.

Tetapi melihat dan mempelajari ‘karma’ ini tidaklah begitu menarik, dibandingkan dengan mempelajari kejadian-kejadian ini dari segi arah perubahan dan perkembangan dunia yang sudah terlihat, yaitu munculnya POLARISASI DUNIA itu.

Di sini termasuk mau tak mau kena imbasnya juga perpolitikan per orangan maupun partai-partai yang ada, di Indonesia maupun seluruh negeri dunia lainya. Karena itu, untuk lebih sangat mempermudah analisa, sekarang harus dilihat dan diteliti dari segi dua kekuatan yang sedang berhadapan itu, polarisasi itu.

Sudah jelas bahwa Polarisasi itu adalah perjuangan antara kepentingan nasional tiap nation melawan kepentingan dan kekuasaan global kaum psikopat globalis itu. Karena itu, persoalan politis apa saja di nation mana saja, sudah selalu terlihat siapa berdiri di mana dalam 2 kekuatan yang berlawanan itu.

Soal ini sudah sangat gampang dipahami oleh TIAP ORANG di AS, karena dalam Polarisasi yang ada sekarang di sana antara partai R dan D, atau antara nasionalis Trump vs globalis Biden. Sudah jelas terlihat mana yang benar dan salah. Tidak ada yang berdiri di tengah, pro nasionalis Trump atau pro globalis Biden. Satu diantara dua itu.

Tidak ada keraguan, berdiri dimana. Yang ragu atau yang menganjurkan ‘damai’ justru orang-orang globalis Biden! Mereka orang-orang Biden pada hakekatnya. Karena itu tetap hanya ada 2 pembagian. Di manakah Ahok dan Rizieq berdiri? Atau antara Novel Baswedan dkk dengan Firli Bahuri dkk di KPK?

Mungkinkah mereka tukar tempat, atau berdiri di tengah? Soal ini masih belum begitu jelas di Indonesia. Tetapi perkembangannya akan semakin jelas juga nantinya seperti di AS itu. Mulai sekarang sudah terlihat arah perubahan partai-partai politik di Indonesia . . . hampir semua menuju ke partai bersifat nasionalis!

Orang-orangnya? Yang sudah mengerti, sudah pilih tempat. 0

Koran-koran dan media? Tentu lebih gampang juga menilainya, pro nasionalis atau pro globalis, walaupun belum seperti di AS, dimana koran dan media terbagi dua total. Kebenaran terbagi dua total, tidak ada di tengah.

Bahkan juga soal moral, moral nasionalis vs moral liberal/ globalis yang Trump bilang “The depths of their immorality is absolutely unlimited”. Seperti memecah dan menghancurkan kehidupan berkeluarga, pembunuhan besar-besaran dan perang. Juga cetak uang seenaknya untuk bikin Utang Negara banyak negeri termasuk AS sendiri.

Ayo semua pilih tempat berpijak dalam Polarisasi. Tidak perlu ada keraguan sekarang. Semoga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.