Kolom Bastanta P. Sembiring: POLITIK UANG DAN UANG POLITIK — Bukan Pemilih Yang Bego (Tapi Calonmu Yang Tak Laku)

Terlalu naif rasanya jika mengharamkan uang (money) dalam berpolitik (bermain di dunia politik). Menepis tidak menggunakan atau tidak bermain uang saat berpolitik satu pernyataan yang membodohi dan salah satu kebohongan terbesar dalam sejarah dunia.

Apalagi pernyataan itu dimunculkan hanya untuk menyerang calon yang pemodal besar.

Pertanyaannya, apakah calon yang pemodal besar akan mengeluarkan dana lebih besar ketimbang calon yang memiliki modal pas-pasan atau membranding dirinya maju dengan modal kecil?

Belum tentu! Bisa saja yang mencalon dengan modal pas-pasan di kemudian hari jika ditaksasi pengeluaran untuk mendukungnnya jauh lebih besar dari calon yang seorang pemodal besar.

“Saya mencalonkan diri jadi bupati hanya habis Rp. 1 Miliar,” katannya (contoh).

Mungkin ada benarnya dia secara pribadi (via rekening pribadinya) hanya mengeluarkan dana Rp. 1 miliar. Tetapi yakinkah anda untuk mendukungnya sampai bisa menjadi calon bupati atau mungkin jadi bupati nantinya hanya Rp. 1 milyar itu?

Permasalahannya adalah sebagai berikut.

Pertama, sumber uang Tim Pemenangannya. Untuk pemodal besar, tentu sumber dana untuk pemenangannya dari kantung pribadinnya sendiri, baik sebagian atau keseluruhannya.

Sedangkan pemodal pas-pasan atau yang membranding dirinya bermodal kecil, bisa dana pribadinya yang ditransfer dari rekening lain (seolah bukan dia); atau dia biasa ada atau mencari sponsor, baik pribadi, lembaga, komunitas, maupun perusahaan.

Ke dua. ada yang menggunakan dana besar untuk dibagi-bagikan secara langsung kepada calon pemilih. Ini biasa dilakukan oleh pemodal besar, dan aktifitas seperti ini sering kita katakan money politic (politik uang).

Lihat lengkapnya di SINI

Bagaimana pula yang membagi-bagikan uangnya kepada para TS (tim sukses), cetak spanduk dan brosur dalam jumlah besar? Membayar media dan belanja iklan dalam jumlah besar, juga membentuk sendiri atau menyewa tim buzzer untuk bermain di dunia maya. Ini disebut apa?

Politik uangkah atau uang politik?

Dan jika kita lihat, yang bermain seperti ini umumnya calon yang dari modal pas-pasan, katanya. Padahal jika kita telisik, belanja iklannya bisa sampai puluhan bahkan hingga ratusan milyar, belum lagi bayar buzzer, dlsb.

Artinya, menurut saya, issue atau yang memainkan issue money politic untuk menghukum lawan politiknya adalah tindakan keji dan curang yang sesungguhnya.

Makanya dalam tulisan saya sebelumnya, saya sebutkan yang KAYA punya daya BELI dan untuk mengimbanginnya harusnya yang KURANG KAYA mempunyai nilai JUAL, karena sedari zaman batu mungkin begitulah dinamikanya.

Totalitaslah saat berkampanye memikat hati calon pemilih. Sebab, jika suatu saat KALAH dan menuduh lawannya bermain uang membeli suara pemilih, itu artinya dia sudah melakukan penghinaan kepada calon pemilihnya dan menganggap para pemilih itu BODOH!

Apa lagi jika ada paslon atau TS-nya yang suka bilang masyarakat BEGOK karena menerima uang dari salah satu paslon lainnya, itu tidak usah dipilih. Karena sekarang saja dia sudah bilang calon konstituennya begok, apalagi kalau sudah berkuasa!

Apa calon pemilih Pilkada 2020 mau dibilang BODOH?

Kalau tidak mau, megermetlah, jangan pilih calon atau TS-nya yang selalu koar-koar money politic atau atau yang menempatkan dirinya sebagai korban dizolimi, pura-pura miskin, suka minta dibantu ketimbang membantu, dlsb tanpa berani menunjukkan bukti perkataannya dan ide kreatifnya ke depan untuk memajukan daerah yang akan dipimpinnya. Kalau cuma memainkan politik saling serang, pas sajalah!

Ke tiga. Jika satu saat si pemodal besar MENANG, yakinkanlah diri kita bahwa si pemodal pas-pasan atau yang membranding dirinya maju dengan modal sedikit, dlsb; berarti TIDAK PUNYA NILAI JUAL alias KURANG LAKU!

Artinya, bukan masyarakatnya/ pemilih yang BEGOK, tapi calonnya yang TAK LAKU!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.