Sirulo TV: Puncak 2000 dan Siosar Tujuan Wisata Baru





rikwan sinulinggaRIKWAN SINULINGGA. KABANJAHE. Puncak 2000 yang dirintis di masa kepemimpinan bupati Sinar Perangin-angin sempat redup menjadi salah satu tujuan wisata di Dataran Tinggi Karo. Namun, dengan dibangunnya hutan Siosar sebagai tempat Relokasi Pengungsi Sinabung terutama dari 3 desa (Suka Meriah, Bekerah dan Simacem), Puncak 2000 mulai menjadi tujuan wisatawan lokal dari berbagai wilayah Taneh Karo.

Tampak hari ini [Sabtu 12/3], puluhan mobil para pengunjung lalu lalang dari Puncak 2000 kemudian menuju Siosar. Mereka berkeliling dengan penumpangnya melihat-lihat situasi dan kondisi rumah serta para pekerja dengan alat berat yang terus bekerja menyeleaaikan proyek Relokasi Siosar.

Sayangnya, tempat yang dituju masih sangat terbatas. Di Puncak 2000. pengunjung baru bisa berfotoria bersama sambil melihat ke sekeliling puncak. Mereka hanya melihat hamparan desa-desa si sekeliling puncak dan hamparan lahan-lahan siosar 16pertanian penduduk, ditambah warung kopi sebagai tempat ngopi dan sekedar makanan kecil.

Demikian juga Siosar, para pengunjung baru bisa menyaksikan bangunan rumah-rumah mungil yang tersusun rapi dan bangunan Gereja Oikumene yang dibangun dan didanai oleh TNI. Ada mesjid yang sedang dalam proses pembangunan serta demplot percobaan pertanian yang dikelola oleh TNI dan masyarakat setempat.

Memang harus diakui, bidang pariwisata masih jauh dari pemikiran penduduk baru Siosar yang selama ini berprofesi hanya sebagai petani. Namun, jika dilihat dari situasi dan kondisi wilayah Siosar, sangatlah mendukung untuk dijadikan daerah wisata.

Di Siosar, sempat Sora Sirulo menyapa salah seorang penduduk asal Desa Suka Meriah Bpk. Emta Sembiring yang sudah membuka warung kopi di daerah tersebut. Dia sependapat bahwa daerah ini sangat cocok dijadikan daerah tujuan pariwisata. Tidak jauh dari lokasi tersebut ada air terjun yang cukup indah untuk dinikmati, namun jalan menuju ke sana belum selesai.




Sementara lahan pertanian yang sudah disediakan seluas 5000 m2 belum bisa dikelola para petani karena akar-akar pohon pinus belum selesai di bersihkan mungkin butuh waktu yang cukup lama untuk bisa berproduksi.

Timbul pemikiran penulis, saat ini sedang maraknya masyarakat mendengar informasi dari mulut ke mulut maupun media sosial, sebaiknya penduduk setempat mempergunakan kesempatan ini dengan dukungan Pemda setempat untuk menyediakan tempat/ produk/ souvenir/ accesories yang berciri khusus Siosar. Bisa seperti baju-baju kaos denan latar belakang Gunung Sinabung dan relokasi siosar atau makanan ringan/ dengan nama, bentuk, dan rasa yang khas. Mungkin akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.