Kolom Eko Kuntadhi: RENCANA MENGERIKAN ULAH LASKAR KHUSUS

Siapa bilang FPI hanya organisasi pecinta habib? Bukan. Kalau melihat sepak terjangnya. Mereka adalah organisasi teror. Mirip seperti NII, JAD, JI atau yang lain. Anggota-anggota FPI kerap mengikuti latihan militer yang dilaksanakan NII atau JAD. Mereka memang mempersiapkan diri membuat pasukan. Dalam organisasi dibentuk laskar khusus. Laskar ini awalnya ditugaskan untuk melindungi Rizieq. Mereka dipersenjatai. Dilatih militer. Dan dibiayai.

Ketika Rizieq diintai polisi sehabis pulang dari Saudi, laskar inilah yang berusaha melindungi junjunganya.

Bahkan ada perintah kepada mereka untuk menghabisi polisi yang menguntit. Kita tahu kisahnya berdasarkan rekonstruksi Komnas HAM. Bahwa mereka memang sengaja memancing para petugas ke ladang pembantaian.

Mobil petugas yang sudah tertinggal jauh sengaja ditunggu. Dipancing untuk diarahkan ke satu lokasi. Kemudian diserang untuk dihabisi. Nah, dalam peristiwa itulah 6 laskar akhirnya mati.

Wong, mereka latihan militer abal-abal. Melawan petugas yang terlatih. Bagi petugas saat itu hanya dua pilihan: Mereka dihabisi oleh para laskar itu atau melawan sekuat tenaga. Saat melawan, resikonya laskar-laskar itu modar. Dan itulah yang terjadi di KM 50, jalan tol Cikampek.

Enam orang memang mati. Tapi gerombolan lain yang berniat menghabisi polisi kini melarikan diri. Tindakan kesemuanya jelas, mereka bisa dijerat pasal serius. Nah, polisi akhirnya menjadikan mereka semua tersangka. Sebab konstruksi hukum dari perbuatannya jelas-jelas pelanggaran serius.

Pada orang yang melarikan diri, kini statusnya DPO. Sementara para tersangka yang tewas, otomatis secara hukum gugur kasusnya. Karena tersangkanya sudah tewas. Itulah logika hukum yang harus dilalui aparat untuk mendudukkan kasus ini dengan benar.

Di sisi lain, Rizieq berhasil ditangkap polisi. Diajukan ke meja hijau. Laskar-laskar khusus bentukan ini tambah sewot. Mereka kemudian menyusun rencana aksi yang mengerikan. Katanya bertujuan untuk membebaskan Rizieq. Caranya : dengan membuat kekacauan di seluruh Indonesia.

Di Condet, sebagian laskar khusus itu mereka berkumpul. Mereka itu tidak ikut serta ketika kejadian KM50. Jadi mereka masih bebas bergerak. Perkumpulan mereka dikamuflase dengan acara yasinan.

Sesungguhnya mereka sedang kursus membuat bom dan menyusun rencana teror besar. Sekitar 200 bom berdaya ledak tinggi sudah disiapkan. Targetnya adalah membunuh TNI-Polri. Mereka juga akan meledakkan beragam SPBU agar terjadi kekacauan besar.

Target lainnya adalah toko-toko milik warga Tionghoa. Ujungnya akan tercipta kerusuhan besar di Indonesia. Sebanyak 200 bom yang sudah disiapkan itu sebagian akan dikirim ke berbagai cabang FPI. Bukan hanya bom kiriman.

Cabang-cabang itu juga diminta menyiapkan takjil sendiri. Takjil adalah bahasa lain untuk bom. Mereka semua tinggal menunggu waktu dan aba-aba untuk bergerak serentak. Momentumnya sedang dicari. Para laskar khusus di berbagai daerah sudah siaga menunggu perintah.

Sepertinya momen persidangan Rizieq akan jadi momentum yang dipilih. Husein Hasny sebagai komandan dan Zulhami Agus sebagai mentor teror sudah melakukan survei langsung saat Rizieq disidang offline. Di sana mereka memetakan kondisi. Mempelajari titik lemah keamanan. Dan menentukan titik-titik ledakan agar korban bisa sebanyak-banyaknya.

Para pengunjung yang dimobilisir untuk menghadiri sidang Rizieq, mungkin akan dijadikan target juga. Agar terbangun efek dramatis dan besar dengan korban yang banyak. Dari bahasa pengganti untuk bom yang mereka sebut takjil, rasanya rencana busuk itu akan dilakukan pada Ramadhan ini.

Bayangkan jika rencana itu terlaksana. Ada berapa banyak korban, darah, air mata, dan anak yang menjadi yatim akibat ulah mereka. Jika mereka tidak buru-buru digulung, puasa kita saat ini akan diisi oleh jerit tangis dan asap mesiu. Sebetulnya mereka hanya menunggu hitungan saja.

Nah, Hasny dan Zulhami adalah anggota laskar khusus sejenis itu. Posisinya sama dengan pengawal Rizieq saat kabur di tol Cikampek. Mereka dibentuk untuk berani membuat kekacauan. Pertanyaan besar di kepala kita. Jika laskar-laskar itu berserak, lalu siapa sesungguhnya yang mengkomandoi mereka?

Sementara Rizieq selalu imam besar dan Sobri Lubis selaku ketua FPI sudah mendekam di tahanan. Hanya ada satu pentolan FPI yang masih bebas berkeliaran : Munarman. Posisinya sebagai Sekjen. Saat polisi berhasil membongkar rencana biadab besutan para laskar khusus itu, Munarman buru-buru menolak.

Di berbagai kesempatan dia berdalih, para laskar khusus itu sudah dipecat dari anggota FPI. Padahal Hasny masih tercatat sebagai Wakabid Jihad FPI Jakarta Timur. Sedangkan Zulhaimi Agus posisinya sebagai Ketua Bidang Jihad FPI Serang Baru, Bekasi.

Sementara gerombolan lain yang tertangkap jelas-jelas pengurus FPI.

Artinya, mereka bergerak karena posisinya dalam organisasi yang sudah dibubarkan itu. Mereka adalah bagian dari organisasi yang dipimpin Munarman. Mereka bergerak karena satu komando. Sebab rencana besarnya adalah kerusuhan di seluruh Indonesia. Artinya yang komando pasti bukan sekelas pengurus cabang.

Secara hirarki, hanya pengurus pusat lah yang bisa memberikan instruksi ke cabang-cabang di seluruh Indonesia. Wajar saja Munarman berusaha menepis benang merah rencana aksi teror itu. Ia harus bersikap seperti Bajaj, ngeles sekuat tenaga.

Kita bersyukur bangsa ini masih dilindungi Allah dari gerombolan pengacau itu. Kita patut mengapresiasi kerja semua orang yang terus menjaga bangsa ini agar terhindar dari rongrongan para pengacau. Para preman berkedok agama, sesungguhnya adalah musuh utama masa depan kita. Sebab ini Indonesia kita. Kita lah yang harus menjaganya.

“Mas, laskar diajar baris berbaris gak sih? Kok, jalannya masih banyak yang mencong?” celetuk Abu Kumkum.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.