Kolom Boen Syafi’i: RESIKO — Seperti Kita Saat Ini Tengah Memusuhi Idiologi PKS

“Berani berbuat tentu harus berani pula bertanggung jawab,” inilah pepatah NUsantara yang dulu sering diwejangkan oleh para leluhur bangsa. Jika dimaknai lebih luas, kurang lebih artinya adalah: “Jika sudah melakukan sesuatu tentu harus mau menerima resikonya.”

Dan, resiko itu sendiri dibagi dua, yakni resiko baik dan juga resiko buruk.

Tentu semua manusia ingin mendapatkan resiko yang baik. Namun, sekuat-kuatnya manusia berkehendak, tetap Tuhan lah yang memutuskannya.

Contoh, pasti semua relawan Jokowi, mendapatkan resiko atas apa yang menjadi pilihannya, bukan? Ada yang menerima resiko tidak dianggap teman. Ada pula yang putus persaudaraan. Bahkan tak jarang, banyak pula yang kehilangan pekerjaan hanya gara-gara pilihan politiknya berbeda dengan sang juragan.

Yah, namanya resiko, mau bagaimana lagi? Resiko itu berat, karena di dalamnya ada unsur komitmen serta ewuh pakewuh.

Seperti ketika kita saat ini yang tengah memusuhi idiologi PKS, sudah menjadi kewajiban pula (meski tidak tertulis) agar jangan sampai kita menjadi kadernya, meskipun diiming-imingi harta benda.

Atau, ketika kita sudah memutuskan untuk bersumpah setia di hadapan penghulu dengan disaksikan oleh Yang Maha Kuasa, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga kesetiaan, apapun yang terjadi nantinya.

Inilah yang dinamakan komitmen di dalam resiko yang kita terima. Seperti halnya Ibu si Enzo ataupun si Enzonya sendiri, harusnya juga bersikap demikian. Seharusnya, Enzo dan Ibunya mau menerima resiko dan konsisten atas apa yang diperjuangkannya. Bukan malah mengemis agar anaknya dijadikan abdi negara.

Bukankah para fans HTI, sering berkata bahwa Pancasila itu toghut? Inilah sejatinya kelicikan dari gerombolan HTI, yakni sering mengolok-olok NKRI dan Pancasila namun masih berharap mendapatkan gaji dari yang diolok-oloknya.

Maka, jangan takut untuk menghadapi resiko, sebab lebih baik melangkah, meskipun tersandung daripada tidak pernah melangkah, dan hanya bersikap abu-abu saja. Tuhan memberikan ilmu di setiap kegagalan kita, dan itulah keberkahan yang nyata.

Sukai resiko karena resiko sachetan dengan rasa daging ayam dan sapi itu bisa melezatkan, di setiap masakan.

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.