Kolom Eko Kuntadhi: RIZIEQ DITUNGGANGI MUNARMAN

Ada dua gerombolan teroris dunia. Pertama adalah Alqaedah yang didirikan oleh Osama bin Laden. Alqaedah adalah lanjutan dari proyek radikalisasi di Afganistan. Waktu itu, AS berniat menahan serbuan Uni Sovyet ke negeri taliban itu. Ketimbang mengirimkan pasukan sendiri, AS membentuk milisi-milisi sipil warga Afganistan. Mereka dilatih militer. Dipersenjatai. Dan, yang paling merusak, dicekoki ajaran kebencian.

Proyek AS di Afganistan misalnya membuatkan buku doktrin kebencian pada kafir.

Anak-anak Afganistan diajarkan membunuh siapa saja yang berbeda. Sekolah-sekolah Afganistan menggunakan buku-buku berbasis wahabi-takfiri-jihadis ini. Akibatnya di negeri itu tumbuh kegilaan sendiri.

Bukan hanya itu. Di seluruh dunia diimpor juga para begundal ke Afganistan. Orang Indonesia tidak sedikit yang pergi ke sana. Setelah Sovyet mundur dari Afganistan, monster yang awalnya dibentuk AS gak bisa lagi dimusnahkan.

Ajaran dan doktrin sudah menyusup jauh ke kepala generasi muda Afgan. Mereka tetap menjadi monster ganas. Baik di negerinya. Maupun di negara lain. Orang Indonesia alumni Afganistan pulang kampung. Mereka meneruskan ideologi sadisnya.

Konflik Ambon dan Poso tidak lepas dari peran para alumni Afganistan ini. Demikian juga tragedi Bali, tragedi Marriott, tragedi BCA dan berbagai aksi teror lain. Hasil ulah kelompok ini. Mereka membentuk jejaring. Disatukan dalam wadah Jemaah Islamiyah.

Abubakar Baasyir didaulat sebagai imam. JI berafiliasi dengan Alqaedah. Teroris gaya Alqaedah ini masih punya aturan. Organisasinya tertutup dan ketat. Mereka tidak mengizinkan perempuan dan anak-anak terlibat. Setiap melancarkan serangan sasaran utamanya adalah orang asing.

Serangan direncanakan dengan matang. Bisa sampai bertahun-tahun perencanaan. Pembagian kerja dan pola serangan lebih terstruktur. Hasilnya sebuah momen dasyat. Sama seperti ketika mereka merencanakan tragedi 911. Semua diatur rinci. Dengan perencanaan yang detil. Termasuk kebutuhan biaya juga besar.

Salah satu cara mengumpulkan biaya dengan merampok. Perampokan beberapa toko emas dilakukan gerombolan ini. Di Timur Tengah meletus konflik Syuriah. Diawali dengan Arab Spring. Hizbut Tahrir dan Alqaedah termasuk organisasi yang berperan aktif dalam eskalasi konflik tersebut.

Pada saat yang bersamaan, Osama bin Laden berhasil dibunuh di Pakistan. Alqaedah berganti kepemimpinan. Namun rupanya tidak sekharismatik Osama. Sebagian anggota Alqaedah memisahkan diri. Mereka mendeklarasikan Islamic State di Irak dan Syuriah. Sekaligus mengangkat Abubakar Albagdadhi sebagai pemimpin.

Nah, gerombolan ini punya doktrin yang berbeda dengan Alqaedah. Keanggotaannya lebih longgar. Sementara doktrinnya lebih gila. Mereka merekrut perempuan dan anak-anak untuk disiapkan jadi penyerang. Target mereka lebih pada penciptaan ketakutan. Sebab IS memang dibangun dari teror ke teror berikutnya.

Gak ada sama sekali nuansa agama di masyarakat IS. Yang ada Srigala lapar biadab berkeliaran mencari mangsa. Doktrin jihad IS kayak mie instan. Hanya butuh beberapa hari ngaji orang sudah bisa diarahkan jadi teroris.

Di Indonesia, gerombolan yang tadinya bergabung dengan jaringan JI, akhirnya mengikuti monster baru ini. Aman Abdurahman didapuh sebagai pemimpin spiritual. Dari Nusa Kambangan, Aman mengkomandoi pengikutnya untuk membentuk Jemaah Ansharut Daulah.

Tujuannya mendirikan Daulah Islamiyah di bawah naungan Abubakar Bagdadhi. Mereka merekrut anggota sebanyak-banyaknya. Kampanye media sosialnya termasuk gila. Selain membeli senjata biaya terbesar yang dikeluarkan IS adalah untuk kampanye media sosial. Dari sana dicari bibit-bibit teroris baru.

Untuk menambah efek dramatis pada ulahnya mereka banyak merekrut perempuan. Salah satu caranya, perempuan-perempuan gamang didekati. Didoktrin. Dinikahi. Lalu diarahkan jadi bomber. Dengan pola yang longgar ini JAD berusaha merapat ke FPI. Sebagai Ormas yang tadinya terbuka, FPI adalah sarang penting untuk menjangkau lebih banyak orang gila.

FPI punya Munarman. Sejak jadi pembela Abubakar Baasyir ketika di YLBHI dulu, Munarman memang sudah menunjukan arah ideologinya. Selanjutnya Munarmanlah yang memberi ruang besar pada JAD untuk menerobos lebih dalam ke FPI. Rizieq mempercayai Munarman. Mengangkatnya jadi sekretaris FPI.

Mulailah Munarman mengarahkan kekuatan FPI mendekat ke IS melalui jalur JAD. Ia aktif membaiat anggota FPI bersumpah setia pada Abubakar Albagdadhi. Atas dorongan Munarman yang makin kuat, FPI yang tadinya hanya organisasi sweeping berubah menjadi organisasi teror. Ideologi Ahlul sunnah wal jamaah yang menjadi dasar FPI dialihkan menjadi Wahabi-Takfiri. Sedangkan Rizieq makin asyik dengan permainan Munarman. Ia tenggelam di bawah jargon imam besar.

Rizieq merasa dialah yang didaulat sebagai sentral gerakan. Padahal gak begitu. Munarman lebih suka mengarahkan FPI mengacu ke IS di bawah Abubakar Albagdadhi. Rizieq hanya digunakan sebagai tunggangan saja.

Tapi toh, Rizieq menikmati ditunggangi. Ceramahnya makin beringas. Perilakunya makin memuakkan. Ia didorong untuk terus melanggar hukum. Agar ditindak. Dengan begitu, FPI bisa digerakkan untuk mengobarkan perlawanan secara masif.

Orang-orang FPI yang sudah baiat ke IS menjadi senjata utama untuk membakar suasana. Rizieq dijadikan pemantik untuk tujuan gerakan yang lebih besar.

Pemerintah tentu membaca pola ini. Akhirnya FPI dibubarkan. Berbeda dengan JAD yang memang dirancang sebagai organisasi bawah tanah, FPI gak begitu. FPI adalah Ormas. Pernah terdaftar resmi. Keanggotanya menyebar di seluruh Indonesia. Strukturnya ada sampai daerah.

Jika dikomandoi untuk bergerak, daya rusak FPI bakal jauh lebih mengerikan dibanding JAD atau JI. Sebab itu tadi. Simpatisan dan anggotanya banyak. Masyarakat biasa yang gak sadar diracuni Doktrin kekerasan bisa disiapkan jadi algojo hidup. Dengan meminjam doktrin IS, sepertinya FPI mengizinkan siapa saja untuk melakukan ‘amaliyah’.

Lihat saja. Demo-demo FPI di sidang Rizieq dihiasi oleh ibu-ibu. Para pengikut setia Rizieq menyambut dorongan untuk makin radikal. Mereka merencanakan serangan besar di Jakarta.

Momennya adalah persidangan Rizieq. Bom telah disiapkan. Jumlahnya bisa sampai 200 buah dengan daya ledak tinggi. Senjata telah diasah. Toko-toko Tionghoa dan pom bensin sudah diberi tanda untuk disasar. Tinggal tunggu momentum.

Untung saja jaringan FPI cepat terbongkar. Polisi menangkap Husein Hasni, Zulhaimi Agus, Ahmad Junaidi dan Bambang Setiono yang sedang bersiap melancarkan serangan. Menurut penyidikan, para pentolan FPI ini menginstruksikan seluruh jaringan FPI untuk menyiapkan takjil sendiri. Takjil adalah istilah mereka untuk bom.

Awalnya serangan itu direncanakan hanya untuk menuntut Rizieq dibebaskan. Pada kenyataannya target mereka lebih gila lagi. Memulai api konflik di seluruh Indonesia untuk mengubah negeri ini menjadi di bawah naungan khilafah yang entah ada di mana itu.

FPI mau menghancurkan negeri berdaulat ini, untuk diubah menjadi sekelas kecamatan saja. Di bawah pemerintahan IS. Seperti di Syuriah dan Irak yang kaum perempuannya jadi budak seks IS. FPI seperti sedang mengusahakan perempuan Indonesia dipersembahkan kepada para srigala yang akan diundang ke sini sesaat setelah huru hara tercipta.

Istri dan anak-anak perempuanmu mau disodorkan menjadi pemuas nafsu orang-orang barbar. Yang akan mulai merangsek dari seluruh dunia jika Indonesia dilanda kerusuhan agama. Mengerikan, bukan?

“Mas, FPI kan punya imam besar. Saya sering bingung. Yang besar apanya, ya? ” tanya Abu Kumkum.

Oaalaaa, Kum, Kum…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.