Kolom Sanji Ono: RUPIAH MENGUAT GARA-GARA ANIS ?

Rupiah saat ini menjadi salah satu mata uang paling Perkasa di Asia bahkan Dunia. Di awal pandemi, rupiah terjun bebas di angka Rp. 16.000/ Dollar. Bahkan Rizal Ramli si Raja Wali Ngepet memprediksi Rupiah akan tembus di kisaran Rp. 20.000/ Dollar.

Alasannya, bencana Covid-19 lebih dahsyat dibanding Krisis 1998.

Tapi, ramalan tinggalah ramalan. Sekarang, Rupiah melesat tembus ke angka Rp. 13.900/ Dollar. Yes, ramalan Rizal Ramli nggak jauh beda dengan Ramalan Ki Gendeng Pamungkas, pembenci sejati Jokowi yang meramal Pakde akan meninggal 3 tahun setelah dilantik.

Tapi, kenyataannya, dia malah ‘KOID’ duluan ketemu 73 bidadari sebelum ramalannya jadi kenyataan.

Penguatan rupiah digoreng habis oleh gerombolan BAB (Barisan Anis Baswedan). Mereka menggunakan dalil dari media Detik yang Ratenya saat ini tinggal satu koma, nyungsep dihajar kemarahan pendukung Jokowi.

Mereka teriak: “Gara-gara Anis Rupiah menguat.” Apakah benar seperti itu?

Oh, tidak semudah itu Ferguso. Kalau mengatakan kebijakan Anis soal PSBB menjadi salah satu faktor pendorong Penguatan Rupiah, yes itu benar, karena Jakarta adalah etalasenya ekonominya Indonesia. Program PSBB transisi ala Anis yang mirip 11-12 dengan wacana New Normal Pemerintah pusat diangap berhasil oleh sebagian besar pelaku pasar.

Di luar itu ada banyak hal besar lainnya yang mempengaruhi penguatan rupiah. Seperti rasa Confidence yang tinggl oleh pelaku pasar. Sejak April 2020 hingga 14 Mei 2020 terdapat capital inflow melalui investasi portofolio sebesar 4,1 miliar dolar AS masuk ke Indonesia.

Investor merasa nyaman karena melihat BI selalu ada di pasar untuk melakukan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah ketika ada tekanan di pasar. Dengan cadangan devisa mencapai US$130 miliar mereka sangat yakin kita sangat siap menghadapi berbagai macam ancaman krisis.

Faktor pendorong penguatan rupiah lainya adalah naiknya keyakinan dan kepercayaan pasar kepada pemerintah. Ketika Jokowi dihantam dari berbagai sisi oleh oposisi dan Ormas yang dibiayai antek-antek Orba dengan memanfaatkan isu Covid, Jokowi mampu bertahan bahkan menghantam balik para pembencinya.

Jokowi menghantam balik bukan dengan kekerasan tapi dengan kebijakan cerdas.

Kebijakan seperti New Normal dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Pemberian stimulus senilai ratusan Triliun rupiah untuk sektor kesehatan dan jaring pengaman sosial dianggarkan Rp. 203,9 Triliun. Terdiri dari Program Keluarga Harapan Rp. 37,4 T, Dana Sembako Rp. 43,6 T, Bansos Rp. 39, 2T, Kartu Pra Kerja Rp. 20 T, diskon listrik Rp. 6,9 T, logistik, pangan dan sembako Rp. 25 T, BLT serta dana desa yang mencapai Rp. 31,8 T.

Sektor UMKM juga mendapatkan jatah bailout senilai Rp. 123,46 T. Pemerintah menyadari pentingnya UMKM bagi ekonomi Indonesia. Dengan adanya UKM, sektor Riil bergerak dan dapat menyerap banyak tenaga kerja. Dunia usaha akan mendapat relaksasi pajak dan stimulus lainnya senilai Rp 120,61 triliun.

Insentif untuk korporasi baik BUMN mau pun sektor swasta dianggaran Rp 44,57 triliun serta banyak kebijakan lainnya yang membuat Investor baik dalam maupun luar percaya Indonesia dibawah kendali Jokowi saat ini baik-baik saja.

Kepercayaan pasar bisa dilihat dari respon mereka saat Pemerintah menerbitkan Global Bond sebesar Rp. 4,3 miliar dollar AS yang merupakan Global Bond terbesar sepanjang sejarah. Dalam hitungan hari ludes diborong Investor. Inflasi saat ini juga tetap terjaga di bawah 3%.

Lebih membanggakan lagi, pertumbuhan ekonomi kita di Kuartal I tercatat masih sanggup tumbuh posiftif di angka 2,97%. Jauh lebih baik dari negara-negara besar lainnya seperti Tiongkok (- 6,8%), Amerika Serikat (0,3%), Eropa (-3,3%), atau dari sesama Asia, Singapura (-2,2% ) dan Korea Selatan (1,3%).

Pasar juga optimis dengan masa depan Indonesia, keberhasilan menguasai freeport, Blok Mahakam, Blok Rokan yang memilki aset ribuan trilunan rupiah, pembangunan Blok Massela, serta pembangunan smelter pemurnian nikel di Morowali yang ke depannya menjadikan Indonesia sebagai raja Mobil Listrik Dunia.

Jadi, mengatakan Rupiah menguat hanya gara-gara faktor kebijakan Anis itu kayak lu nabur segengam garam di Danau Toba, Gua jamin ngak kerasa bro asinnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.