Kolom M.U. Ginting: ANTARA SAINS DAN AGAMA

 

Konflik atau  “pertentangan mendarah daging” antara sains dan agama, rasanya tidak akan ada perbaikan dengan adanya penelitian/ penemuan terbaru yang dipublikasikan di jurnal PLOS One ini. Tetapi, di dunia Barat, sudah lama ‘pertentangan mendarah daging’ ini pada pokoknya sudah ‘selesai’, karena di tiap negara berlaku bahwa masalah kepercayaan atau agama adalah masalah pribadi. Dan, masalah pribadi tidak perlu dicampuri orang lain.

Kelihatannya cara ini mantap di Barat atau Eropah Barat khususnya. Jadi tidak mungkin ada gerakan model 411 atau 212 dari agama mayoritas di Eropah Barat, walaupun mayoritas penduduknya satu agama (Kristen). Atau juga karena perang salip sudah lama selesai, tetapi perang ‘bintang bulan’ masih belum selesai?

Segi lain yang sering dilupakan atau belum diketahui oleh sebagian besar publik dunia ialah bahwa ada kekuatan yang suka memecah belah dengan memanfaatkan segala macam kontradiksi (pertentangan) yang ada di dalam masyarakat. Contohnya, bangun organsiasi terorisme dengan alasan atau berbasis agama Islam, teror untuk menakut-nakuti pemimpin negara tertentu, dengan memanfaatkan perang bintang bulan yang masih belum selesai tadi.

Tujuan golongan pemecah belah ini sudah lebih jelas sekarang, yaitu terutama untuk menguasai SDA negeri tertentu, seperti Indonesia 1965 memanfaatkan pertentangan antara kiri dan kanan ketika itu, dimana bangsa Indonesia membantai 3 juta orang rakyatnya sendiri, hanya untuk memuluskan jalan ke SDA yang sangat menggiurkan bagi penghasut ini.

Terakhir di Syria dan Irak, golongan ini bangun ISIS untuk bisa aman menjarah minyak kedua negara itu. Triliunan dolar sudah mengalir ke tangan gerombolan ini, dan yang masih mengalir sampai sekarang. Trump menuduh Obama dan Clinton yang bikin ISIS, tetapi sekarang sudah terlihat oleh sebagian besar publik bahwa bukan Obama atau Clinton yang dapat dolar dari aliran minyak itu, walaupun bisa juga dapat percikan dolarnya sedikit. Sungai dolar itu tentu tidak dialirkan ke laut hilang begitu saja, tetapi pastilah dialirkan ke pundi-pundi pendiri/ pemilik ISIS atau neolib Greed and Power.

‘Terrorism made in USA’ kata proff Chossudovsky. Lengkapnya dia bilang:

 “The so-called war on terrorism is a front to propagate America ’s global hegemony and create a New World Order. Terrorism is made in USA, The global war on terrorism is a fabrication, a big lie”.




Tidak disangka-sangka memang sering muncul kejadian dunia. Tahu-tahu muncul Trump dan jadi presiden pula di negara adidaya fabrik terorisme itu. Terorisme untuk menguasai dunia. Trump tidak ingin menguasai dunia karena dia seorang nasionalis sejati, ‘America First’ katanya.

Pidatonya dalam pelantikannya juga sangat jelas menandaskan nasionalismenya itu, tidak ada yang meragukan kenasionalannya. Malah banyak yang membenci terutama yang ingin memenfaatkan Amerika jadi penguasa dunia ‘global hegemony’. Trump menandaskan, ‘Americanism, not golobalism will be our credo’, katanya.

Ya, memang banyak yang tidak disangka-sangka; Jokowi muncul di Indonesia, Ahok di Jakarta, Duterte di Filipina, Trump di AS. Semua menunjukkan perubahan dalam aksi demi perbaikan nasib rakyat banyak, dan siapa sangka . .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.