Kolom Melati A. Sitepu: SEDANG MEMBANGUN ATAU JUSTRU MERUNTUHKAN DINASTI?

Dinasti Politik Periode ke dua ini banyak yang kecewa dengan pakde Presiden Joko Widodo masuk akal sih karena banyak kejadian yang tak terduga di Tahun 2020 ini. Tapi entah mengapa saya tidak melihat pakde sedang membangun dinasti. Dulu Gibran bilang tidak akan terjun ke politik?

Sekali waktu, ketika Mata Najwa masih populer, keluarga Jokowi pernah jadi tamu acaranya.

Ditanya oleh Nana, apakah bapak melihat keluarga bapak akan ada yang masuk ke politik? Jawaban Jokowi saat itu SAYA BELUM MELIHAT GIBRAN TERTARIK POLITIK JUSTRU BOBBY YANG TERLIHAT MULAI TERTARIK.

Silahkan cek di youtube pastinya, masih ada linknya. Masalah tertarik tidak tertarik atau akan tidak akan terjun ke politik hanyalah masalah waktu. Anda tidak bisa menjamin kalau hari ini anda tidak suka sate, besok tetap tidak suka sate, kan?

Saya melihat Bobby serius terjun ke politik, lawannya Akhyar Nasution bukan abal-abal. Itu penguasa Kota Medan. Wakil Walikota Medan, dan terakhir pelaksana tugas walikota setelah Dzulmi Eldin kena tangkap KPK.

Lalu, bagaimana Bobby bisa menang?

Sumber data ini mungkin tidak begitu valid karena dari wikipedia tapi bisa jadi referensi untuk mengenal komposisi Kota Medan secara garis besar. Rahudman yang kala itu wakilnya Dzulmi Eldin, ditangkap KPK. Berselang waktu, Dzulmi Eldin manyusul juga.

Wakilnya Dzulmi saat ini adalah Akhyar. Apakah ada kekhawatiran orang Medan kalau ini orang bakalan menyusul Rahudman dan Dzulmi?

Pastinya ada! Siapa yang tidak gerah punya walikota langganan KPK? Pucuk dicinta ulam pun tiba! Masuklah Bobby. Apakah karena Bobby menantu presiden makanya dia menang? Bisa jadi itu salah satu faktor. Tapi ada faktor lain itu yang membuat Bobby bisa menang!

Walikota dan Wakil Walikota Medan pernah mengucapkan Selamat Tahun Baru di awal bulan Desember tahun 2017. Saking ogahnya mengucapkan Selamat Natal, ucapan Selamat Tahun Barunya prematur!

Dari hal-hal kecil begini saja orang Medan sudah bisa menilai bagaimana wali dan wakilnya. Wajar kan kalau 26% warga Kota Medan tidak suka? Keuntungan berada pada pihak Bobby karena dia Islam dan juga Nasution. Kalau dia tidak Islam sudah pasti babak belur seperti Sofyan Tan tahun 2010 ketika melawan Rahudman.

Sofyan Tan calonnya PDIP, Tionghoa dan Buddha. Jadi, sebenarnya pertarungan Bobby dan Akhyar hanya merebut 65% suara warga Islam kota Medan, karena 35% yang lain sudah pasti memilih pasangan dari partai nasionalis. Kenapa Akhyar kalah?

Pertanyaan sudah terjawab, kan? Ditambah masuknya Ustad Abdul Somad sebagai brand ambassador. Makin babak belur lah! Jadi, tidak usah takutlah Jokowi sedang membangun gurita politik untuk dinastinya!

Coba kalau anak dan mantunya kalah? Jamin gak banyak mulut akan mengolok-olok pakde?

Hahahaha… Jokowi memang selalu di hati setiap orang. Dia seperti kombinasi Raisa dan Lee Min Ho. Selalu menarik perhatian; baik laki-laki maupun perempuan! Hahahaha…

*maaf pagi-pagi ngomongin politik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.