Kolom Eko Kuntadhi: SEORANG PENYUSUP — Tak Berani Panggil Lonte

Di sebuah acara yang dihadiri Big Imam. Ada seorang yang dicurigai sebagai penyusup. Ia ditangkap oleh laskar. Dengan galak, para laskar menggiringnya ke hadapan Big Imam. “Siapa ente sebenarnya?” suara Big Imam menggelegar.

“Saya cuma jemaah yang mau dengar ceramah, Bib.”

“Bohong! Tunjukan bukti kalau ente jemaah Big Imam,” seru kepala laskar membentak.

Lantas orang itu dibawa ke atas mimbar masjid. Ia disuruh naik ke sana. Speaker dinyalakan. Dari situ ia dipaksa teriak-teriak. “Lonte! Lonte! Lonte!”

Pemuda tadi pucat. Bibirnya kelu. Ia membayangkan mimbar suci itu. Ia tidak tega mengeluarkan kata busuk dari atas tempat tersebut. Bibirnya terkatup.

Terbayang ayahnya yang sering menasehati. “Dulu setiap Rasulullah naik ke mimbar, semua sahabatnya tertunduk. Rasul bicara dengan lembut. Penuh kasih sayang. Dari atas mimbar itu, yang keluar hanyalah keindahan dan mutiara…”

Maka kini di atas mimbar, ia hanya terdiam. Para laskar memaksanya terus. “Kalau kamu pengikut Big Imam, kamu harus berani teriak lonte dari atas mimbar. Buktikan kalau ente bukan penyusup!”

Pemuda itu tetap terdiam. Ia datang ke acara karena kecintaan pada Nabinya. Bukan karena yang lain. Mana mungkin ia tega mengotori mimbar dengan kata-kata hina.

“Kalau ente tidak berani berkata kotor dari atas mimbar, artinya ente bukan pengikut Big Imam. Akhlak ente gak seperti akhlak Big Imam. Jaohhh…”

Lalu para laskar teriak-teriak. “Penggal kepalanya. Penggal! Bunuh saja. Dia itu penyusup!”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.