Kolom M.U. Ginting: SIAPA PEMECAH BELAH SESUNGGUHNYA?

“Cawapres RI Ma’ruf Amin mengatakan keinginan memenangi Pilpres tidak boleh sampai merusak keutuhan bangsa dan umat Islam.” (merdeka[dot]com 25/1).

Cawapres Ma’aruf Amin tidak membikin pidato panjang tetapi pernyataannya selalu bernas, jujur dan juga berprinsip. Jangan sampai keinginan memenangkan Pilpres menimbulkan permusuhan, dengan memaki dan menghina orang lain, bikin berita  hoaks, dsb. Pilpres hanya terjadi 5 tahun sekali, sedangkan persahabatan dan persatuan kita berlaku selama-lamanya. Ini dia tegaskan ketika berkunjung ke Binuang, Kalsel [Jumat 25/1: Malam].

Siapakah yang ingin merusak persahabatan dan persatuan Rakyat Indonesia? Siapakah yang ingin menjatuhkan Jokowi yang sudah selama 4 tahun lebih berjuang keras meningkatkan kesejahteraan rakyatnya?

Pertanyaan ini harus dikaitkan dengan situasi perpolitikan internasional, sama halnya dengan bertanya siapa yang mau menjatuhkan Soekarno 1965.

“And their lust for Third World exploitation, theft and violence is so insatiable that any foreign national leader who actually attempts to practice democratic principles directly benefiting and uplifting their native population is simply not tolerated and through the globalists’ secret private army the CIA that answers to no one in government, that leader is quickly assassinated and/or overthrown.” (Joachim Hagopian

Dari uraian dan pencerahan mendetail di web globalresearch menjadi jelas bagi pembaca mengapa orang-orang nasionalis seperti Jokowi tidak disukai oleh gerombolan perampok internasional ini.

Jokowi sudah banyak kerja keras bikin infrastruktur seluruh Indonesial termasuk pembangunan besar-besaran; banyak pelabuhan laut dan udara, menstabilkan ekonomi, penerangan listrik semua desa, membikin sama harga BBM seluruh negeri, situasi keamanan yang semakin tinggi, termasuk usaha-usaha teroris semua berhasil digagalkan, mengatasi dengan brilian berbagai usaha perpecahan dan makar seperti gerakan 411, 212, HTI, menggagalkan usaha perampokan abadi Freeport Papua dengan mengambil sahamnya 51%.

Sudah jelas bagi mereka bahwa Jokowi sudah terlalu banyak bikin langkah-langkah yang bisa langsung “benefiting and uplifting their native population”.  Mereka menganggap ini semua harus dicegah dan dihentikan. Di situlah momennya memanfaatkan Pilpres 2019.

Akan selalu ada orang-orang dalam negeri yang mau dan dengan suka rela dimanfaatkan. Ini terutama bisa terjadi karena memanfaatkan ignorant publik. Tetapi inipun sudah lebih payah karena publik sudah bisa dapat informasi dan pengetahuan apa saja lewat internet.

Dengan membaca dan meneliti ulasan ahli-ahli dunia mengenai tujuan utama globalis NWO, agaknya rakyat-rakyat dunia bersama pemimpin-pemimpinnya yang mau meningkatkan kesejahteraan rakyatnya harus selalu mempertinggi kewaspadaannya menjaga persatuan dan menghindari sejauh mungkin tiap macam perpecahan yang dihasut oleh kekuatan internasional itu, supaya jangan terulang lagi permusuhan dan perpecahan seperti 1965.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.