Sirih Pinang dari NTT

ita-13.jpgsirih pinang dari NTT 3ITA APULINA TARIGAN. KEFA (NTT). Hujan berhari-hari semenjak  Tahun Baru kemarin membuat hilang kesempatan untuk mengeksplor Tanah Timor yang indah. Pagi ini yang kebetulan mendung menjadi kesempatan untuk berjalan-jalan di pasar tradisional Kefa (Nusa Tenggara Timur). Tujuan utama mau melihat dan membeli sirih yang beberapa hari lalu sudah sempat dinikmati.

Sebuah lorong yang memang dikhususkan untuk penjual sirih dan perlengkapannya. Pinang muda yang masih basah dan juga yang sudah kering, kapur, bunga sirih dan ada juga daun sirih. Tembakau merah kelat ditumpuk berlapis-lapis.

Mengunyah sirih adalah kebiasaan laki-laki dan perempuan Timor. Mereka juga membawanya bila bepergian. Dalam pertemuan perbincangan, sirih lebih sering beredar daripada rokok.

Kembali ke pasar, penjual sirih malah banyak laki-laki. Seorang penjual, lelaki setengah baya tampak sedang memisah-misah bunga sirih yang masih terbungkus daun pisang. Ukuran bunganya lumayan besar. Bunga sirih kecil sebanyak 5 buah setumpuk dijual Rp. 5 ribu. Bunga besar 5 buah setumpuk seharga Rp. 10 ribu. Saya pilih yang besar, dia beri bonus 2 buah. Lumayan.

Pindah ke penjual lain untuk memilih pinang muda iris kering. Setumpuk Rp. 5 ribu. Dia beri lagi bonus sekepal. Ditambah kapur total Rp. 7 ribu.

Kapur sirih yang dimakan berbentuk bubuk halus kering. Kapur ini diolah dari batu karang yang diambil di gunung-gunung. Batu mereka bakar sampai hancur lalu disaring. Hasil saringan inilah yang kemudian dikemas.

Sirih pinang di Timor sudah merupakan kebutuhan primer. Sirih pinang komplit yang sudah dibeli di atas mungkin hanya bertahan untuk 3-4 hari untuk mereka. Belum lagi jika ada pesta, kebutuhan lebih banyak.

Pendapat Oom John, pensiunan camat di Kefa, mungkin agak ekstrim. Menurutnya, sirih pinang dapat membuat jernih pikiran.

“Daripada kecanduan sabu-sabu, lebih baik kecanduan sirih pinang,” ungkapnya dengan bibir yang merah.

Komoditi sirih pinang bisa menghidupkan pasar, petani, penjual dan penikmat sirih tentunya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.