Sirulo TV: BINTANG MERIAH — Juli Waktu Tepat Berkunjung ke Kuta Dataran Tinggi Karo Ini

Laporan BASTANTA P. SEMBIRING

Bintang Meriah adalah sebuah desa di Kecamatan Kuta Buluh (Kabupaten Karo, Sumatera Utara). Merupakan salah satu perkutaan (perkampungan) yang cukup tua di Dataran Tinggi Karo. Dalam tradisi Suku Karo, kuta ini diceritakan awalnya adalah barung dari Kuta Lingga yang ipanteki (didirikan) oleh merga Karo-karo Sinulingga.

Perbedaan mendasar dari kuta dan barung adalah, sebuah perkampungan dikatakan atau sah sebagai sebuah Kuta jika setidaknya telah berdiri dan ibengketi (diresmikan) satu Rumah Adat Karo.

Menandai kuta itu ipanteke oleh 4 kelompok merga (biak Sembuyak, Senina, Anakberu dan Kalimbubu).

Seperti tradisi di tiap kuta di seluruh Taneh Karo Simalem yang nota bene masyarakat Karo adalah masyarakat tani, tentu memiliki sistem pertaniannya, termasuk masa tanam hingga masa panen. Kuta-kuta di Tanaeh Karo merefleksikan masa-masa itu dalam satu perayaan yang dikenal dengan Kerja Tahun.

Untuk Kuta Bintang Meriah, Kerja Tahun-nya jatuh di bulan Juli. Biasanya diambil di akhir pekan di Minggu ke dua Bulan Juli. Lazimnya perayaan tahunan selayaknya perayaan tahun baru, tentu ada makanan, kegiatan budaya dan hiburan rakyat.

Rumpun buluh duri, sebuah tempat bersejarah (keramat) bagi warga Bintang Meriah. Lokasinya di puncak Uruk (Bukit) Ndaholi.

Makanan yang khas dalam tiap perayaan Kerja Tahun ada cimpa, rires, cincang bohan, dsb. Tiap keluarga, tiap rumah berusaha membuat makanan terbaik untuk nantinya dihidangkan kepada tamu yang datang.

Di Perayaan Kerja Tahun juga lazimnya para perantau pulang kampung. Ini waktu yang tepat untuk bersilaturahmi.

Selain itu, di Losd (balai) Kuta juga diadakan hiburan rakyat khas Karo: erkata gendang dan penampilan perkolong-kolong. Tiap kuta, biasa berlomba mempersiapkan Kerja Tahunya semeriah mungkin dan menghadirkan perkolong-kolong paling top di masanya dan artis-artis top daerah laninya sebagai bintang tamu.

Juga penampilan landek (tarian khas Karo), ndikar dan atraksi budaya Karo lainnya. Tergantung kemampuan keuangan dan ramuan acara dari panitia Kerja Tahun.

Judi, khususnya dadu putar juga mewarnai tiap perayaan Kerja Tahun. Sehingga tidak di losd saja yang ramai, tetapi di juma-juma (kebun) bisa juga ramai dengan kegiatan judi.

Selain mengikuti perayaan Kerja Tahun, saat di Bintang Meriah juga kam dapat menikmati keindahan alamnya, seperti mengunjungi Uruk Ndaholi, yakni uruk (bukit) tertinggi di Kuta Bintang Meriah. Dari Uruk Ndaholi kita dapat menikmati indahnya pemandangan sekitar, mengamati Gunung Api Sinabung, menikmati derasnya angin dan berfotoria.

VIDEO: Uruk Ndaholi (Bintang Meriah)

Di uruk tertinggi di Bintang Meriah ini juga terdapat sebuah bangunan besejarah, yakni Geriten Sibayak Lingga dan Buluh Duri.

Geriten adalah rumah khas tradisional Suku Karo yang fungsinya untuk menyimpan tulang belulang leluhur pada Suku Karo. Geriten di Uruk Ndaholi ini berisi tulang belulang dari salah satu garis keturunan leluhur Sibayak Lingga, salah satu gelar raja di Dataran Tinggi Karo.

Selain Geriten Sibayak Lingga, di Uruk Ndaholi juga dapat kita temui Buluh Duri (bambu berduri), sebuah rumpun bambu yang berduri, yang dalam banyak foto-foto mengenai Karo sering kita lihat.

Berbicara buluh erduri ini, mengingatkan kita dengan kisah Beru Jile Nini Seh Ngenana beru Sembiring Meliala, yang lebih populer dengan sebutan Putri Hijau.

Nini Putri, demikian masyarakat Karo memanggilnya, adalah ratu kerajaan Karo di Delitua dengan istananya yang dikelilingi oleh benteng alam (kubu: gundukan tanah) yang ditumbuhi oleh bambu yang berduri.

Ok! Kita kembali lagi ke Bintang Meriah.

Selain Uruk Ndaholi, di Bintang Meriah juga kita dapat mengunjungi sebuah Pura Hindu.

VIDEO: Pura Hindu Bintang Meriah

Pura Widya Arih Ersada, demikian yang tertera di pamfletnya. Bangunan yang dikelilingi tembok setinggi sekitar 1,5 meter ini terdiri dari bangunan utama yang terbuat dari kayu dan beratapkan seng, dengan sebuah gapura berdiri megah di bagian depannya yang terbuat dari batu bata dan semen dengan ukiran-ukiran yang cantik.

Namun sangat disayangkan, pura ini tidak terawat lagi. Terulang (terbengkalai)! Atau kata orang Karo, “enggo kerangen tua (sudah seperti hutan rimba)”.

Lihat artikel terkait Pura Widya Arih Ersada (Bintang Meriah) DI SINI https://www.sorasirulo.com/pura-widya-arih-ersada/

Dari Pura, kita ke pusat kuta, bisa melihat aktifitas masyarakat di kuta. Mulai dari ramainya kaum peria mengisi tiap warung kopi, rumah-rumah masyarakat, kegiatan mengjemur jagung atau memilpil jagung di gudang-gudang penampungan jagung, atau jika masih bertepatan ada yang panen kita dapat melihat mobil-mobil Hardtop dan sejenisnya yang membawa jagung dan pekerja tani.

Jika sudah letih berkeliling, di Bintang Meriah juga kita dapat menikmati jernih, dinginya dan sejuknya air yang keluar dari bebatuan di bawah tanah. Untuk menikmatinya, kita bisa mandi di Tapin Telagah atau ke Pancur Lau Bahing.

Tapin Telagah Bintang Meriah

Pemandian Pancur Lau Bahing, sangat populer dan melegenda di antara pelancong. Dikatakan, seorang yang berkunjung ke Bintang Meriah tidak akan lengkap jika belum mandi ke Lau Bahing.

Bahkan seorang kerabat yang sekarang tinggal di Belanda bercerita kalau tiap ke Dataran Tinggi Karo dia menyempatkan diri untuk mandi di Lau Bahing.

Pancur Lau Bahing terdiri dari dua bagian pemandian, yakni khusus untuk pria dan khusus untuk wanita. Di bagian peria ada 9 pancur yang terbagi dua. Dimana di satu bagian ada 4 pancur dan di bagian lainnya ada 5 pancur.

Sedangkan di pemandian wanita katanya (karena saya belum melihat langsung. He-he-he…) ada 11 pancur.

Mandi di Lau Bahing Bintang Meriah

Selain yang saya sebutkan di atas, tentunya masih banyak tempat dan hal menarik lainnya yang dapat kita nikmati saat sedang berkunjung ke Bintang Meriah.

Mejuah-juah Indonesia!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.