[Sirulo TV] Seni Pakpak dan Karo Aliran Baru Mulai Dikembangkan di Belanda

LORETA KAROSEKALI. LEIDEN. Tahun lalu, pakar tari Jawa Dr. Clara Brakel dan pelukis komik Marjolijn Groustra bekerjasama menampilkan sebuah kisah dari Dairi dalam bentuk lukisan pena di seminar Pembukaan Perpustakaan Asia di Universitas Leiden, Belanda. Di seminar yang sama, Juara R. Ginting mengetengahkan tulisannya tentang sebuah naskah beraksara Karo mengenai pelantikan Sibayak Lingga yang dialihaksarakan oleh Ita Apulina Tarigan.

Kebetulan pula seorang perempuan Pakpak bernama Jessy Veronika beru Angkat hadir di seminar itu karena membaca berita di sebuah media aas tampilnya sebuah kisah dari Dairi yang dibawakan oleh Clara dan Marjolijn.




Dari seminar itu, diadakan sebuah pertemuan di Museum Etnologi Leiden antara nama-nama di atas ditambah suami dari Jessy yakni Marten. Disepakati dalam pertemuan itu untuk mengadakan pertunjukan yang menggabungkan Suku Pakpak dengan Suku Karo. Hingga, di saat acara Gebyar Budaya Indonesia – Karo yang diadakan oleh HMKI (Himpunan Masyarakat Karo Indonesia) Belanda di Aula Nusantara KBRI Den Haag (Sabtu 28 April 2018).

“Itu adalah sebuah penampilan ke dua dan sekaligus uji coba ke dua. Kita sudah merencanakan sebuah acara lain yang berkelanjutan secara rutin di sebuah kompleks tempat para seniman Kota Leiden menghasilkan karya-karya lukisannya terutama lukisan dan teater,” kata Juara R. Ginting kepada SORA SIRULO di sela-sela latihan di Kompleks Seniman Kota Leiden itu kemarin [Minggu 28/1].

“Bagaimana dengan uji coba yang pertama?”




Menurut Juara, uji coba pertama akan diadakan di Kompleks Senima Kota Leiden itu. Acaranya akan dimulai dengan ceramah tentang Suku Pakpak dari Clara Brakel dan tentang Suku Karo dari Beatriz van der Goes. Lalu, Ita Apulina Tarigan yang khusus didatangkan dari Jakarta akan memberi kursus bermain ketteng-ketteng (Karo) kepada beberapa mahasiswa Belanda yang kuliah di Universitas Leiden. Baru setelah itu, ditampilkan Kisah Kerbau Simaranggir.

“Marjolijn menuturkan cerita itu dalam Bahasa Inggris dengan iringan musik Karo (sekitar 6 ketteng-ketteng, belobat, kulcapi, dan surdam, mangkuk, dan gung) dipimpin oleh Juara R. Ginting. 3 orang orang penari perempuan akan menjadi penari; Rosvanda Tarigan, Jessy beru angkat dan seorang mahasiswi Universitas Leiden yang sedang belajar menari Jawa kepada Clara Brakel.

Diharapkan beberapa anak Karo dan Pakpak bisa memainkan ketteng-ketteng. Jessy, Vanda, dan saya sendiri akan bertindak sebagai vokalis bernyanyi di selang-seling penuturan kisah yang dilakukan Marjolijn,” tutur Juara.

SORA SIRULO juga mendapat informasi bahwa penuturan cerita oleh Marjolijn dilakukan sambil menunjukkan kepada penonton ilustrasi lukisan karya-karya Marjolijn lewat beamer (infocus).

“Karena itu, kami menyebut program ini sebagai Laboratorium Eksperimen Seni Pertunjukan Pakpak-Karo Jaman Now,” kata Juara dan kemudian menuturkan bagaimana ini secara lebih lanjut dengan Museum Etnologi Leiden, Universitas Leiden, dan restauran Sumatra House yang dikelola seorang putri Karo yang sekaligus adalah penyanyi Karo, Nelly Sembiring.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.