Kolom Asaaro Lahagu: SOAL CORONA — JK Gagal Paham Jokowi

Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu

JK tidak setuju ucapan Jokowi soal berdamai dengan Corona. JK beralasan bahwa berdamai berarti kedua belah pihak sama-sama duduk bareng. Masalahnya Corona tidak mau duduk bareng. Corona tetap ganas. Ia aktif menyerang siapa saja. Corona tidak pernah mau berdamai.

Lalu bagaimana kita berdamai dengan Corona kalau begitu? Tanya JK.

Pemahaman JK ini, sepintas lalu benar. Pemahamannya sama dengan ibu-ibu, tukang becak, tukang sampah, tukang cendol dan tukang cukur. Kita tidak mungkin berdamai dengan Corona. Corona adalah musuh kita bersama.

Kita harus melawannya dengan cara apapun. Corona sudah menginfeksi hampir 5 juta orang dan membunuh lebih 300 ribu orang di seluruh dunia.

Jika kita ikuti pemahaman JK, maka muncul pertanyaan. Bagaimana cara kita melawan Corona? Perang total? Atau sembunyi di bawah tanah? JK sebelumnya ngotot mengusulkan lockdown. Namun tidak dilakukan oleh Jokowi.

Usul lockdown JK sangat berbahaya dilakukan karena sarat dengan tunggangan politis. PSBB adalah jalan tengah yang sarat dengan perhitungan intelijen. Dan ini bisa dilakukan dengan pengetatan sekaligus pelonggaran di sana sini.

Tulisan terkait: 1. Kolom Lyana Lukito: HUKUM PILIHAN DALAM BENCANA — Siapa Diselamatkan? (Klik di SINI), 2. Sirulo TV: KESEIMBANGAN KESEHATAN DENGAN EKONOMI DI BELANDA — Olahraga Alam Terbuka Sudah Aktif (Klik di SINI)

Kembali ke pernyataan Jokowi soal berdamai dengan Corona. JK tentu tidak memahami substansi ide Jokowi tersebut secara utuh. JK memahami ide itu terpenggal-penggal dan malas menggali makna di balik ide tersebut.

Jika JK melihat pernyataan Jokowi secara utuh, maka dia akan paham konteksnya. Jokowi jelas mengatakan berdamai dengan Corona dalam konteks selama vaksin Covid-19 belum ditemukan. Artinya, untuk sementara, kita harus melakukan gencatan senjata dengan Corona sampai vaksinnya ditemukan.

Jokowi tentu berpikir realistis. Ia tidak membuai rakyatnya dengan bisikan surga bahwa Corona ini akan segera menyerah melawan manusia. Atau kita dengan cepat mampu mengalahkan Corona.

Jokowi tidak lagi menutup-nutupi kenyataan bahwa Corona hingga detik ini belum bisa ditakhlukkan. Sebaliknya Corona juga belum bisa dikatakan telah menakhlukan total umat manusia.

Bagi Jokowi, berdamai dengan Corona berarti menyesuaikan kehidupan dengan sifat Corona. Mengubah kebiasaan-kebiasaan dan mengikuti protokol untuk menghindari infeksi Corona adalah contohnya.

Corona termasuk bencana. Hidup bersama bencana mengandung arti bahwa ada peristiwa-peristiwa alam yang tidak bisa kita cegah kejadiannya.

Manusia tidak bisa mencegah gempa bumi misalnya. Manusia tidak bisa mencegah letusan gunung berapi. Namun manusia bisa menyesuaikan diri dengan bencana dan letusan gunung berapi.

Kita ambil contoh negeri Jepang yang sarat dengan gempa bumi. Namun Jepang memilih berdamai dengan gempa dengan cara membuat semua bangunan tahan gempa. Jepang malah menciptakan roda di bawah tiang-tiang bangunan agar bisa fleksibel dan ikut berayun saat terjadi gempa.

Jadi, terhadap gempa atau bencana alam lainnya, jelas tidak bisa dihindari oleh manusia. Manusia hanya bisa menyesuaikan kehidupannya dengan bencana tersebut. Sama seperti Indonesia saat ini.

Kita yang hidup di lempeng gunung berapi harus bisa hidup bersama dengan sifat dari gunung api. Caranya selalu waspada membaca tanda-tanda alam dan punya strategi jelas untuk menyelamatkan diri.

Hidup berdamai dengan Corona berarti kita harus memulai hidup baru. Kita tidak lagi cipika-cipiki sama teman saat bertemu. Tidak lagi bersalaman dan berpelukan. Kita harus jaga jarak saat ngobrol.

Selalu memakai masker ke mana pun kita pergi. Pulang ke rumah, pakaian langsung direndam pakai air sabun dan mandi sebelum masuk rumah.

Berdamai dengan Corona berarti seluruh kehidupan kita diwarnai kewaspadaan terhadap Corona. Jika tidak perlu, jauhi kerumunan, tidak bersesak-sesakan di mall, di rumah sakit saat mengurus BPJS, di area bioskop, rumah ibadat, transportasi umum.

Kita tidak mungkin melakukan PSBB atau karantina wilayah sampai berbulan-bulan apalagi sampai tahunan. Pemerintah juga tidak akan sanggup menyalurkan Bansos dan BLT terus-menerus. Perusahaan juga tidak sanggup hidup jika dilarang membuka pabrik dan kantor.

Sehabis lebaran, kita akan memulai hidup baru. Sekolah-sekolah akan dibuka. Mall, kantor, rumah-rumah ibadat akan dibuka. Namun semua warga diminta selalu mematuhi protokol keselamatan. Masing-masing harus menjaga diri dan tidak menantang Corona dengan konyol.

Video Terkait

Kembali kepada JK. Jika memahami konteks pernyataan Jokowi seperti yang dijelaskan di atas, maka JK akan paham. Ia akan mengatakan oh… saya paham maksud Jokowi. Kita harus berdamai dengan Corona. Kita harus hidup di tengah wabah Corona sambil melanjutkan hidup kita.

Sayang, kendatipun 2 kali Wapres, JK tetap tidak memahami pernyataan Jokowi dalam konteks selama vaksin Corona belum ditemukan. Sehingga ia gagal paham Jokowi.

Begitulah kura-kura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.