Mengenal Kelompok Musik Sora Pusuh Permata (SPP)

Oleh: Ricky Mainaki Karo Purba (Pekanbaru)

 

Ricky Mainaki Karo PurbaRicky Mainaki Karo Purba 3Sora Pusuh Permata (SPP) adalah salah satu tim musik gerejawi yang dikordinatori oleh pengurus Permata GBKP Runggun Pekanbaru. SPP terbentuk dalam sebuah pertemuan yang awalnya iseng-iseng sesama anggota Permata yang berjiwa seni musik.

Personilnya banyak yang memang lahir di Bumi Lancang Kuning  yang buta dengan musik Karo. Namun, jangan heran, kalau Yosef Bangun sebagai andalan SPP untuk menabuh gendang si ngindungi dan aksinya banyak membuat orangtua dan rekan-rekan yang lain menjadi cemburu dan penasaran dengan alat musik kebanggan Suku Karo.

SPP sering menampilkan puji-pujian di tengah GBKP klasis Riau-Sumbar dan perayaan acara besar gerejawi GBKP Runggun Pekanbaru. Penampilan yang paling identik dengan SPP adalah adanya koor yang diiringi musik akustik yang tradisional.

SPP nampil bukan hanya di acara gerejawi saja. Belakangan ini, SPP juga menampilkan aksinya di gendang guro-guro IMKA Riau.

Genre musik yang sering dimainkan adalah jazz, pop, dan coutry. Tapi, tidak lengkap rasanya ketika tidak dibumbui dengan musik tradisional Karo.

Ricky Mainaki Karo Purba 4Alat musik dan pemain yang aktif dan berkarya  yaitu Evraim Kembaren dan Dika Tarigan (gitar), Ricky M. Purba (bass, sarune, baluat, surdam), Arky Yansen Milala (kazon & drum), Raen Sitepu (piano), Salomo Sitepu (keyboard), Eli Barus (kulcapi), Brayen Jovi Tarigan (keteng-keteng), Yosef Bangun (gendang si ngindungi), Dede Tarigan (gendang  singanaki, penganak), Micael Ginting dan Fita br Ginting (Saxophone ) serta Feby Ginting (biola).

Seluruh anggota Permata GBKP Runggun Pekanbaru yang berminat dalam paduan suara diarangkul menjadi anggota koor. Ada juga beberapa vokalis yang solo yaitu Adinda Sari br Surbakti dan Vandhe Melsa br Sembiring.

Salah satu alasan mengapa dibentuk tim musik ini adalah sadarnya generasi muda Karo yang memang lahir di perantauan untuk mengenal kembali alat musik suku mereka. Selain itu, mereka juga ingin menampilkan sesuatu yang dapat mendorong para pemuda Karo di Kuta Kemulihen untuk bergerak juga mencintai kembali budayanya karena budaya Karo saat ini terancam punah atau diklaim suku lain sebagai bagiannya.

Syaloom mejuah-juah kita kerina.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.