Kolom Sri Nanti: SUJUNE (Untungnya) — Diary Tentang Bapak

Sampai umur 21 tahun saya masih bersama-sama Bapak, sebelum Beliau meninggal tahun 2001. Selama itu saya selalu memperhatikan bahkan mencatat di buku harian bagaimana reaksi Bapak ketika menghadapi masalah berat dalam hidup.

Satu kata yang selalu saya dengar yaitu sujune atau untungnya.

Misalnya ketika malam itu Bapak dan saya lembur panen jagung. Ada 8 karung yang kami tinggalkan di sawah sekitar jam 3 pagi. Dan jam 7 pagi ketika kami kembali ke sawah untuk melangsirnya dengan sepeda. Jagungnya tinggal 3 karung. Dan Bapak bilang, “Sujune kok ora dicolong kabeh, isih diturahi ngge pangan awak e dewe” (Untungnya kok tidak dicuri semua, masih ada yang disisakan untuk makan kita).

Atau suatu hari saya pulang dengan sepeda remuk dan kaki saya pincang karena kesrempet motor, Bapak hanya bilang, “Sujune kok sepeda e sing nemen, catumu gur ning sikil, adoh seko nyowo. Isih iso mangan enak.” (Untungnya hanya sepedanya yang hancur dan lukamu hanya di kaki, jauh dari nyawa, masih bisa makan enak).

Atau saat pertama kali merantau ke Sumatera, Bapak menjual sawah dan dibelikan beberapa kavling kebun sawit. Ternyata kena tipu pengurus koperasi abal-abal beserta oknum camat dan perangkatnya. Bapak saya juga bilang, “Sujune kok duit e ora ditukokne lemah kabeh. Isih ono sitik iso digawe modal bakulan sate. Awak e dewe sik iso mangan.” (Untungnya kok uangnya tidak dibelikan tanah semua. Masih ada sedikit bisa dipakai buat modal jualan sate. Kita semua masih bisa makan.”

Dan banyak lagi catatan di buku harian saya tentang Bapak, dan baru saya sadari bahwa Bapak itu termasuk orang yang santai menghadapi persoalan hidup dan selalu menemukan sisi positif yang bisa disyukuri seberapapun pahitnya resiko yang harus dihadapi dari setiap kejadian itu.

Saya yakin kalau hari ini Beliau masih hidup Beliau juga akan bilang, “Sujune enek Corona kok Pertamina wis ngolah sawit gawe Biodiesel, dadi masio jarene krisis rego sawit malah mundak terus, awak e dewe sik iso mangan, bayar kebutuhan plus jalan-jalan, umpono gur ngandalne ekspor ning Eropa pora rego sawit ambruk total koyok zaman krisis global 2008 kae!”

(Untungnya ada Corona kok Pertamina sudah mengolah sawit menjadi Biodiesel. Jadi meskipun katanya krisis harga sawit justru semakin naik, kita masih bisa makan, bayar semua kebutuhan dan jalan-jalan. Seandainya cuma mengandalkan ekspor ke Eropa apa harga sawit nggak akan anjlok total seperti zaman krisis 2008 dulu itu?!”)

Dan kalau Bapak bicara begitu, pasti saya jawab, “Sujune kok nggak jadi ganti presiden yo, Pak! jadi program-pogramnya bisa dikebut, kalau seandainya Presidennya ganti pasti lain pula kebijakannya, dan belum tentu kita sudah sampai D100 sekarang!”

Semangat Pagiiiii, Cinta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.