Kolom Boen Syafi’i: SYARIAT KHILAFAH BUKAN BUDAYA KITA

Dulu manusia mabuk dogma sering berkata: “Syariat itu hukum agama, dan semua pemeluknya diwajibkan melaksanakan hukum tersebut. Bahkan diwajibkan pula sebagai dasar hukum negara.” Dan, seperti biasa, jika ada yang berani menentang bakal dilabeli kapir, auto neraka, gak bisa ke surga yang ada 72 bidadari siap di kenthu, seperti lokalisasi Dolly.

Parahnya lagi, yang menolak hukum tersebut dicap halal darahnya.

Wow, damai sekali ajarannya. Ya, biarlah mereka begitu. Toh surga neraka yang sering dipakai buat mengancam manusia agar tidak berfikir kritis mempertanyakan kenapa bisa begini kenapa malah begitu. Sampai detik ini belum pernah sekalipun ada bukti nyata.

Pernah lihat surga? Pernah lihat neraka? Jawabannya cuma dari katanya-katanya dan juga katanya. Inilah sebenarnya racun yang ada di bangsa ini selama ratusan tahun lamanya. Racun yang mengikat manusia dalam bentuk dogma, agar menuruti segala kemauan leluhur Arab.

Supaya bangsa lain termasuk bangsa kita menjadi budak-budak mereka. Padahal, yang dijadikan budak, peradabannya malah lebih tinggi daripada yang memperbudak. Tapi, mau gimana lagi? Wong sudah kena racun berjamaah.

Diantara perbudakan itu adalah pemaksaan konsep syariat lebih- lebih khilafah ke dalam sistem negara kita. Apa-apa harus mirip Arab, termasuk pakaian hingga urusan halal-haram.

Menikahi anak gadis di bawah umur, malah dianjurkan. Menyakiti hati perempuan dengan kenthu lagi dan lagi ke lubang lainnya, hukumnya diperbolehkan. Perempuan hanya jadi kasta ke dua. Tidak boleh melawan, tidak boleh mempunyai pendidikan, jika tidak ingin kepala pisah dari raga.

Pertinyiinyi, apa begitu ajaran budi pekerti dari leluhur bangsa kita? Atas nama Tuhan dan agama, kenapa bangsa ini mau saja diajak balik lagi ke peradaban jaman batu hula-hula? Faktanya, tidak ada negara manapun saja di dunia ini yang maju teknologinya karena memakai sistem syariat.

Apakah Afganistan, Pakistan, Libya, Yaman, Suriah, maju pesat teknologinya? Yang ada, mereka malah terpuruk. Saling bunuh. Saling bertikai. Menikahi anak gadis di bawah umur, hanya karena mencontoh perilakunya bangsa yang telah memperbudak otak mereka.

So, syariat khilafah itu tidak cocok diterapkan di negeri ini, karena itu bukan budaya kita. Karena budaya kita itu adalah: “Ngopi 3 ribu, lalu WiFian, duduknya 17 jam, dan masih bawa charger pula..” Ambyarr..

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.