Dalam beberapa hari ini, Wapres Jusuf Kalla (JK) rajin ‘menembak’ Jokowi terkait infrastruktur. Ada 3 sasaran tembak JK yang diungkapkannya di depan umum.
Kolom Asaaro Lahagu: JK SALAHKAN JOKOWI, MOELDOKO PASANG BADAN
Kata sontoloyo dan genderuwo yang dilontarkan oleh Jokowi membuat lawan mati kutu. Dua kata itu mengena ulu hati lawan. Begitu hebat kiasan dua kata itu membuat lawan Jokowi […]
Kolom Asaaro Lahagu: Poros Kekuatan Baru: Jokowi, Luhut dan Novanto, Kandaskan Kalla, Kunci PDIP
Impian Jokowi untuk membentuk kekuatan inti yang solid akhirnya terwujud. Pasca kemenangan Setya Novanto dalam merebut Ketua Umum Golkar, duet maut Jokowi-Luhut, kini menjadi trio maut dengan masuknya […]
Kolom M.U. Ginting: Pencerahan dan Harapan
Dalam menanggapi teroris Thamrin, seorang redaktur khusus Republika bilang: ”Lagi-lagi, dengan tanpa merendahkan pekerjaan keempat orang ini, kita patut bertanya dalam-dalam. Mungkinkah seorang sopir angkot, pedagang kelas rendah, […]
Kolom M.U. Ginting: Media/ Informasi Sepihak
“Tersingkir oleh mereka yang rakus,” kata Joni H. Tarigan, adalah satu kesimpulan yang selalu terjadi dalam dunia gelap-gelapan, dunia korupsi waktu sekarang ini. Maka bisa memang terjadi, kesimpulan […]
Bila KPK Dilemahkan
Oleh: Daud S. Sitepu (Papua) Begitu kuatnya korupsi dan malahan mau direvisi Undang-undangnya. Apa jadinya KPK jika terjadi pelemahan KPK?
Main Tusuk Belakang
Oleh: Daud S. Sitepu (Papua) Salut, pidato Bu Megawati kali ini luar biasa. Di Bali, saya saksikan dari tayangan TV, penuh semangat tanpa teks.
Kolom M.U. Ginting: Buitenzorg
Keberadaan Presiden Jokowi di Istana Bogor (Buitenzorg), Jusuf Kalla (JK) bilang karena Jokowi ingin tenang dan supaya bisa lebih fokus. JK sebagai seorang extrovert bisa mengerti introversi Jokowi […]
Kolom M.U. Ginting: KPK DAERAH
Kekhawatiran JK bila KPK ada di daerah bisa memang masuk akal, melihat selama ini jika KPK di pusat maka orang-orang daerah yang sekiranya akan mampu mempengaruhi KPK tak […]
Kolom M.U. Ginting: Antara Kekuasaan dan Keadilan
JK sebut kebanyakan konflik didasari oleh ketidakadilan dalam menilai kembali konflik berdarah masa lalu pada tahun-tahun permulaan lengsernya diktator Soeharto.