Kolom Asaaro Lahagu: Takut Ahok Menang, Anies Kunjungi FPI, Satukan Kekuatan

Foto: Seni Rupa



Anies mengunjungi Markas FPI [Minggu 1/1] di Petamburan, Jakarta Pusat, dengan 2 alasan. Pertama, untuk menghadiri acara diskusi yang dibuat oleh FPI dengan tema keren: “Mengenai Ideologi Trans-Nasional di Era Globalisasi: Pengaruhnya terhadap Ahlussunnah wal Jamaah dan NKRI”. Ke dua, Anies  ingin mengklarifikasi sejumlah fitnah kepada dirinya yang kerap dituduh sebagai pemeluk Syiah, Wahabi, dan Islam Liberal Anies.  Anies ingin menegaskan bahwa ia adalah seorang ahlu sunnah wal jamaah, dan bukan yang lain.

Sepintas lalu, kunjungan Anies di Markas FPI itu adalah hal yang wajar dan tidak ada yang salah. Bertemu dengan berbagai kelompok apalagi menghadiri acara diskusi dengan tema keren, akan membuka nalar lebih berwawasan. Tujuan lainnya untuk mengklarifikasi berbagai fitnah juga merupakan hal baik, elegan, santun dan terpuji. Sampai pada pemahaman ini, Anies masih mantap.

Akan tetapi, jika ditelaah lebih lanjut, apalagi seruput teh lemon atau  kopi dengan tahu isi (ala Denny Siregar), kunjungan Anies itu ternyata tersembunyi beberapa hal di baliknya. Ibarat peribahasa “ada kepiting di balik mangkok, atau ada bayangan di balik layar”, membuat nalar berdenyut-denyut untuk memahaminya. Apa saja pesan kunjungan Anies itu ke Markas FPI?

Pertama, Anies baru mulai sadar bahwa ia butuh dukungan FPI untuk mengangkat pamornya. Dari berbagai survei, Anies tetap berada pada nomor urut buncit alias urutan paling bawah. Sementara Agus, untuk sementara tetap berada di posisi nomor satu. Ahok bertahan pada nomor dua, sesuai dengan nomornya, nomor dua, tanda victory alias tanda kemenangan.

Padahal, semua orang tahu bahwa dibandingkan dengan Agus, Anies lebih berpengalaman di pemerintahan dan di akademisi. Anies adalah mantan menteri, mantan rektor, seorang akademisi bergelar profesor, doktor. Ia santun, senyum selalu menghias bibirnya. Programnya jelas (walaupun sedikit alay dan lebay) hehe. Ia juga berani berdebat, memakai pakaian kemeja putih, meniru Jokowi agar kelihatan seorang pekerja. Tetapi mengapa ia selalu kalah dengan anak kemarin sore, alias anak ingusan?

Foto: Claudiadwis

Ternyata isu agama yang dikobarkan oleh FPI untuk menyerang Ahok, terbukti ampuh mengangkat pamor Agus. Sementara Anies yang bertahan dengan kesantunannya, menghindari isu agama, terbukti kalah pamor dengan Agus. Apalagi keyakinan Anies selama ini bahwa jika mendekat ke kubu FPI, maka namanya ikut tercemar, justru terbukti salah. Agus yang merapat ke FPI dan mendapat dukungan dari FPI terus berjaya merajai survei. Nah, mumpung ada waktu satu setengah bulan lagi, merapat dan menggaet dukungan dari FPI merupakan pilihan tepat.

Ke dua, Anies mulai berfirasat buruk. Kemungkinan Ahok menang satu putaran sangat terbuka lebar. Watak masyarakat Jakarta yang tidak bisa diukur dengan survei-surveian, diam (silent majority) dan lebih banyak menunggu, akan sulit diterka Anies. Usaha-usaha Anies selama ini untuk meraih simpati masyarakat Jakarta, terlihat mandek dan kurang menggigit. Justru sekarang warga Jakarta mulai paham bahwa Ahok hanyalah korban permainan politik kotor.

Masyarakat Jakarta juga semakin realistis bahwa jika perut kosong, dompet kosong, pengangguran, maka akhlaknya juga terpengaruh. Artinya kinerja Ahok yang berusaha mengisi perut kosong masyarakat Jakarta, mengisi dompet dan membuka lowongan kerja lebih penting daripada hanya berkoak-koak tentang hal-hal yang berbau surgawi.

Nah, itulah yang ditakutkan oleh kubu Anies. Simpati dan antusiasme masyarakat Jakarta terlihat pelan-pelan mulai kembali kepada Ahok. Hal itu bisa dilihat dari hasil survei terpercaya Kompas yang mengatakan bahwa Ahok sudah mulai bersaing ketat dengan Agus dari soal elektabilitas.

Kunjungan Anies ke Markas FPI itu untuk memberi pesan kepada mereka bahwa sekarang situasi mulai pelan-pelan berubah. Ide untuk menyerang Ahok terlihat sudah habis. Pun alasan demo untuk menjatuhkan namanya sudah habis. Sementara vonis kasusnya di pengadilan masih lama. Itupun kalau divonis bersalah. Lalu bagaimana jika Ahok bebas? Bukankah hal itu bisa saja terjadi?

Melakukan kunjungan ke Markas FPI adalah salah satu strategi Anies. Lewat kunjungan itu, ia menyiratkan pesan agar FPI menjadi jembatan dalam menggabungkan 2 kekuatan Pasangan Nomor 1 dan Nomor 3 untuk mengalahkan Ahok dengan meyakinkan.

Anies mulai sadar bahwa kampanye santun, adab dan bermartabat tidak cukup untuk memenangkan kursi DKI. Harus ada juga pihak-pihak yang galak, ngamuk dan mabuk untuk menggerakkan temannya yang galak, ngamuk dan mabuk  dalam memobilisasi dukungan. Dengan kata lain, Anies mengharapkan cara galak (kalau bisa revolusi) untuk menjegal Ahok.

Dan tentu saja, saat ini hanya FPI yang bisa melakukannya. Dengan kata lain, kedatangannya ke Markas FPI itu selain meminta dukungan, ia juga memberi pesan bahwa ia mendukung FPI untuk mulai lagi bereaksi, menyusun skenario baru untuk menjegal Ahok yang sudah menjadi terdakwa agar benar-benar tak berkutik.




Ke tiga, kunjungan Anies ke Markas FPI itu juga sebagai ajang untuk mempertontonkan kepada publik bahwa ia bisa merangkul berbagai pihak. Seorang pemimpin sejati, mampu merangkul semua pihak dan itu terlihat dalam diri Anies. Kunjungan Anies ke Markas FPI itu seolah-olah untuk mengejek Ahok yang tidak pernah akur dengan FPI. Pun untuk menyindir Jokowi selaku RI-1 yang tidak mau bertemu dan merangkul pihak FPI.

Jadi, kunjungan Anies ke markas FPI memiliki beberapa makna. Pertama, meminta dukungan kepada FPI sekaligus mengurangi musuhnya dan syukur-syukur kalau ia dipilih oleh para pendukung FPI.

Ke dua, memberi pesan secara implisit agar FPI mulai lagi bereaksi karena Ahok sudah mulai lagi bangkit dan masyarakat pelan-pelan simpati kepadanya. Anies mengharapkan agar FPI menjadi jembatan antara kubunya dengan kubu Agus dalam menggalang kekuatan untuk mengalahkan Ahok.

Ke tiga, untuk mengejek Ahok sekaligus Jokowi yang selama ini tidak mau merangkul pihak FPI. Namun seorang Anies, sang pemimpin sejati, mampu melakukannya. Begitulah kura-kura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.