Tanggapan atas JALAN TOL MEDAN BERASTAGI (Kebutuhan atau Keinginan?)

Oleh: Dr. Ir. Budi D. Sinulingga (Medan)

Tulisan ini adalah untuk menjawab tulisan di Sora Sirulo yang mempertanyakan “apakah jalan tol Medan–Berastagi merupakan keinginan atau kebutuhan”.

Lihat tulisannya di SINI

Jalan tol ini akan meningkatkakan parawisata Kawasan Utara Danau Toba dan sekaligus meningkatakan ekonomi Kabupaten-kabupaten Karo, Samosir, Dairi, Pak-pak Bharat dan kabupaten-kabupaten lain di Propinsi NAD (Nangru Aceh Darusalam) yaitu Aceh Singkil, Subulusalam, Aceh Tenggara dan Aceh Tengah dengan penduduk yang dilayani sebesar 2 juta orang. Jadi bukan Karo saja. Untuk menilai apakah itu kebutuhan atau keinginan maka kita lakukan kajian sederhana sebagai berikut.

Lalu lintas harian rata-rata Medan–Brastagi pada tahun 2018 diperkirakan adalah 23. 000/ hari dan pada waktu peak hours adalah 10% nya atau 2300/ jam.

Kapasitas jalan 2 lajur lebar 7 m adalah 1500 V/ jam. Kapasitas ini tidak akan tercapai di jalan Medan–Berastagi kalaupun sudah dibangun 2 jembatan di Sibolangit dan Bandar Baru karena medan yang lain juga tidak sepenuhnya sesuai standard. Mungkin hanya 1200 V/ jam. Walauoun sudah dibangun jembatan tersebut, kapasitasnya tidak dapat menampung arus lalu lintas dengan kondisi normal yang volumenya sudah 2300 V/ jam.

Andainya dibangun jalan alternatif Rawasaring, sesuai rencana Pempropsu 7 m, maka kapasitasnya adalah 1500 V/ jam. Kalau digabungkan dengan Medan–Berastagi jadi 2700 V/ jam. Sudah di atas LHR pada 2018 pada peak hours yaitu 2300 V/ jam. Tetapi, bukankah LHR akan bertambah terus 10% per tahun dengan menggalakkan pariwisata. Tidak sampai 5 tahun kemudian maka jalan Medan–Berastagi dan jalan alternatifnya akan padat lagi.

Kalau dibangun jalan tol 4 lajur lebar 15 m, maka kapasitas jalan tol itu adalah 6.000 V/ hari atau LHR adalah 60.000.

ikatan cendikiawan karo
Pertemuan ICK dengan Bupati Karo. Baca beritanya di Metro Online.

Apakah tidak terlalu cepat dibangun? Ini yang sedang menjadi kajian ICK (Ikatan Cendikiawan Karo). Akibat jalan tol itu menurut teori pertumbuhan baru bukan lagi linier tapi bisa exponential. Namun begitu, harus kita ingat pula, diusulkan pun belum tentu diterima, apalagi tidak diusulkan.

Mengenai jalan alternatif Rawasaring, sudah 5 tahun dibicarakan tidak ada kemajuan karena dipakai pola pinjaman. Begitu juga jalan alternatif lainnya tidak ada instansi yang menindaklanjuti dengan konkrit. Jadi, tidak jelas. Lain halnya dengan jalan tol, walaupun belum feasible sekarang ini, Presiden RI (Joko Widodo) sudah tertarik.

https://www.youtube.com/watch?v=gHQIh7QHask

Kalau penderitaan masyarakat ini sudah sampai ke tangan Pak Jokowi maka feasible atau tidak, pasti akan dibangun. Tetapi satu saat pasti feasible. Lihat contoh Papua. Maunya jangan ada suara-suara menentang seperti Wapres itu. ICK akan menulis surat kepada bapak Wapres.

Kesimpulannya, jalan tol Medan–Berastagi adalah kebutuhan, keinginan dan sekaligus strategi.

Salam


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.