Kolom Eko Kuntadhi: WASPADA, TERORIS DI SEKITARMU

Eko Kuntadhi 4Di Sibolga (Sumatera Utara), sebuah bom meledak. Awalnya polisi hendak menangkap seorang teroris. Entah gimana ceritanya, lalu bom meledak di sana. Seorang polisi dan warga menjadi korban. Untung gak sampai meninggal. Di Jogja lain lagi. Seorang lelaki menerobos markas polisi. Dia membawa tas. Isinya peluru. Beberapa senjata. Dan buku jihad.

Untung polisi langsung menangkap lelaki mencurigakan tersebut.

Gerombolan serigala ini tampaknya berusaha memanfaatkan momen Pilpres. Tujuannya membuat kekacauan. Mumpung publik Indonesia sedang terpecah dalam pilihan politik. Mereka berusaha mempertajam perpecahan itu. Kalau bisa saling bunuh sekalian.

Dari percik darah itulah mereka menemukan hidupnya. Dari teriakkan kesakitan dan penderitaan itulah libido perang mereka bangkit. Sebab, ideologi orang-orang jenis ini adalah ideologi mesiu. Ideologi kobaran api. Ideologi darah dan bau anyir bangkai manusia.

Tapi, teroris tidak berdiri sendiri. Di belakang mereka ada kondisi yang mendukung. Suasana yang panas. Masyarakat yang terbakar hoax. Itulah kondisi yang membantu teroris mencapai tujuannya.

Apa tujuannya? Konflik horisontal. Perang sipil. Perang saudara atau perang agama. Pokoknya saling bunuh diantara kita.

bom sibolga 2

Kebencian harus dibangun. Dengan cara apapun. Kebencian pada pemerimtah. Kebencian pada non-muslim. Kebencian pada muslim berbeda pilihan. Untuk sampai puncak kebencian hoax adalah jalan satu-satunya.

Sebagai contoh. RUU Penghapusan Kekerasan Seksual diajukan oleh DPR. Tujuannya agar melindungi perempuan dan anak-anak dari perilaku buruk. Semua fraksi di DPR setuju. Hanya PKS yang menentang.

Apa narasi yang dibangun? Katanya RUU itu akan melegalkan seks bebas dan LGBT. Mereka menuding Jokowi dengan narasi tersebut. Padahal gak ada satupun pasal dalam draft RUU yang terindikasi melegalkan seks bebas. Apalagi LGBT. Lagipula RUU diusulkan oleh DPR, bukan usulan pemerintah.

Kenapa Jokowi yang disalahkan?

Isu ini diplintir sedemikian rupa. Tujuannya agar rakyat tertipu. Mereka mengarang cerita bokep soal seks bebas dan LGBT. Lalu mengangkat diri jadi sebagai pahlawan. Penjaga moral. Atas nama partai Islam. Menentang RUU-PKS.

Entah moral apa yang mau diselamatkan dengan menentang aturan mengenai penghapusan kekerasan seksual. Artinya, mereka gak masalah dengan perilaku biadab dalam hubungan seks.

Gorengan tersebut tujuannya agar rakyat membenci Jokowi. Ditambah beredarnya kondom dibungkus foto pasangan Capres 01. Makin sempurnalah skenario kebencian itu. Atas nama agama. Ujung-ujungnya kalau bisa, saat dibutuhkan nanti, rakyat bodoh itu akqn ditumbalkan. Jadi kayu bakar kerusuhan.

bom sibolga 1

Permainan elit politiknya lain lagi. Elit-elit ini terus mendegradasi KPU. Menstigma KPU curang. Agar bisa memantik kerusuhan rakyat dengan alasan Pemilu yang gagal. Amien Rais adalah salah seorang yang memainkan peran tersebut.

Di bawah, kader-kader militan terus bergerak. Mengobarkan semangat kebencian. HTI ganti topeng. Organisasi baru. Isinya tetap. Tempat para tumbila khilafah berkumpul.

Bagi mereka, HTI cuma nama. Tujuan utamanya menghancurkan Indonesia. Jadi, soal ganti nama gampang saja.

Kampus dan mahasiswa banyak pengikut HTI. Semuanya bergaya sengak. Jika diibaratkan mereka kayak Rocky Gerung pakai jenggot panjang. Sok pinternya sama. Plus sok agamis. Lengkap sudah.

Yang paling ngehe, politisi kelas jagung rebus juga punya kepentingan jika Indonesia dilanda konflik. Politisi jenis ini sadar kemenangan hanya bisa diraih apabila rakyat Indonesia berkelahi. Rakyat yang berkelahi butuh bedil. Bukan pensil. Mereka butuh pelajaran pembunuh. Mereka gak butuh membaca sastra.

Dilalah, Prabowo datang ke Cianjur. Ada insiden ia memarahi orang yang berlari di samping mobil yang ditumpanginya. Netizen kaget. Ternyata mobil yang ditumpangi Prabowo milik ketua GARIS, organisasi yang berafiliasi dengan Jemaah Ansarut Daulah (JAD). Nomor polisinya B 2 64RIS. Pemiliknya adalah Chep Hermawan.

Chep juga dikenal sebagai pendukung ISIS di Cianjur. Ia adalah penyandang dana untuk memberangkatkan WNI ke Suriah.

Lantas, apa hubungan gerombolan teroris biadab itu dengan Prabowo? Tidak jelas. Siapa yang memanfaatkan siapa.

“Mas, kalau orang suka makan anak tikus katanya jadi galak, ya?” ujar Abu Kumkum.

Saya tahu. Kumkum baru saja nonton video Capres yang memukul orang dari atas mobilnya. Galak bener…


One thought on “Kolom Eko Kuntadhi: WASPADA, TERORIS DI SEKITARMU

  1. Waspada, teroris sekitarmu.

    ‘Apa tujuannya? Konflik horisontal. Perang sipil. Perang saudara atau perang agama. Pokoknya saling bunuh diantara kita.’

    Teringat saling bunuh 1965, saling bunuh diantara kita. Sekitar 3 juta jiwa dikorbankan (Wikipedia), dan sim sallabim . . . . triliunan dolar SDA dikeruk selama setengah abad lebih oleh penggagas pecah belah itu (perusahaan neolib NWO). Apakah mungkin kita diajak dan digiring kesana lagi?

    Beda memang situasinya ketika itu dengan situasi sekarang dimana informasi dan pengetahuan mengalir cepat dan meluas ke semua publik dimana saja. Kalau dulu itu dipakai alat ‘komunisme’ sekarang dipakai alat ‘terorisme’ atau ‘radikalisme’. Berkat internet dan informasi cepat itu (dari semua untuk semua), sudah menjadi terang benderang bagi publik dunia bahwa komunisme adalah hoaks terbesar dalam sejarah kemanusiaan dan bahwa communism=NWO. Karena itu juga komunisme sudah tidak laku untuk dijadikan alat pecah-belah, alat divide and conquer yang sangat ampuh pada abad lalu.

    Memang masih ada juga yang pakai ‘komunisme’, misalnya menuduh Jokowi ‘komunis’, tetapi taktik ini semakin redup karena hanya dipakai untuk orang-orang yang pengetahuannya sangat jauh ketinggalan (ignorant) atau orang-orang yang tertipu oleh taktik brainwashing dan mind control. Brainwashing dan mind control selalu menggunakan false knowledge atau hoaks, seperti menggembar-gemborkan Jokowi komunis.

    ‘Terrorism made in USA’ kata prof Chossudovsky Ottawa University. Ini dikatakan oleh Chossudovsky ketika Obama di Gedung Putih, artinya ketika perwakilan the establishment (Obama) duduk di Gedung Putih.

    “For too long, a small group in our nation’s Capital has reaped the rewards of government while the people have borne the cost.
    The establishment protected itself, but not the citizens of our country.” kata Trump dalam pidato peresmiannya 2017.

    Setelah Trump (sangat keras anti the establishment) ke Gedung Putih, terorisme kucar-kacir, termasuk ISIS yang buatan Obama dan Clinton itu. Di Indonesia terorisme kecil-kecilan masih diteruskan karena belum ada alat divide and conquer yang lebih baik setelah alat komunisme redup. Situasi perpolitikan yang membagi dua publik Indonesia dalam pilpres 2019 memang sangat cocok untuk dimanfaatkan oleh penggagas perpecahan seperti 1965.

    Ayo seluruh bangsa ini, mari semua berpikir jernih, sadarlah bahwa perpecahan yang di’tawarkan’ kali ini bukan untuk kepentingan nasional negeri kita, tetapi untuk kepentingan pemecah belah internasional seperti terjadi 1965. Pengetahuan kita sudah cukup tinggi untuk tidak kembali digiring ke perpecahan 1965.

    Mari berdiskusi dan bermusyawarah menyelesaikan tiap soal, menuju kemajuan nation kita ini. Diskusi dan debat kepresidenan harus kita pakai untuk memajukan, bukan untuk saling bunuh seperti masa lalu dimana pengetahuan kita masih rendah sehingga gampang dikutak-katikkan oleh orang luar, oleh perusahaan/bankir internasional neolib NWO penggagas divide and conquer dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.