Kolom Sri Nanti: THE POWER OF FOLLOWERS (2)

Mau mengelak gaya apapun, dalam model demokrasi langsung seperti sekarang ini, siapa yang punya masa akan punya nilai jual tinggi di hadapan para politikus. Sedapat mungkin akan dirangkul. Jadi, biasa saja sih menurut saya kalau DKI 1 dan JaBar 1 tampak condong ke kelompok itu.

Di situ kan basisnya.

Kalau JaTeng 1, JaTim 1 atau Bali 1 ikut-ikutan condong juga, itu baru lucu dan konyol. Emang mau disastria penghuni kandang banteng?

Apapun itu, inilah buah dari reformasi. Dulu ketika kepala daerah sampai presiden dipilih oleh wakil rakyat, calon kepala daerah main mata sama wakil rakyat supaya dipilih.
Nahhh, sekarang saat mereka dipilih langsung oleh rakyat ya main matanya sama rakyat dong.

Tapi kan kalau main matanya one on one, door to door ketemu rakyat satu-satu minta dukungan kan capek, Jum! Makanya cara instannya ya pegang aja tokoh sentralnya yang punya masa besar dan masanya itu militan eh manutan. Beres kan?

Jadi, wislah slow aja nggak usah terlalu kenceng nyalahin DKI 1 dan JaBar 1. Kalau ada pelanggaran hukum itu soal lain, harus ditindak dan diproses. Tapi, soal penggalangan masa untuk 2024, yang mereka lakukan itu realistis kok.

Walaupun nggak harus sih. Seandainya saja mereka punya kompetensi unggul yang bisa ditampilkan ke publik, mencari dukungan tidak harus dengan politik identitas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.