Tjahjo Kumolo, Ignatius Jonan dan KH Said Agil Sirodj Menjadi Pembicara Seminar Pendidikan di Medan

Tjahjo Kumolo: “Narkoba, korupsi, radikalisme, dan terorisme perlu segera dituntaskan.”

NATALIE SEMBIRING. MEDAN. Pembukaan Seminar Nasional Pendidikan Kebangsaan di Universitas Khatolik Santo Thomas, Jl. Setia Budi, Medan [Sabtu 16/9] langung diisi langsung oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, SH sebagai narasumber utama. Seminar ini kemudian menghadirkan beberapa narasumber lain yang diantaranya adalah Ketua Umum PBNU (Prof. DR. KH Said Agil Sirodj MA), Menteri ESDM (Ignatius Jonan), Yudi Latief PhD dari UKP-PIP serta Ketua Yayasan Santo Thomas (DR Cosmas Batubara).

Seminar dengan Thema “Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pendidikan-Pendidikan Nasional”, menjadi media perbaikan dan peningkatan kualitas karakter kebangsaan bagi pelaku-pelaku pendidikan di Indonesia.




Menteri Dalam Negeri (Tjahjo Kumolo) sebagai keynote speaker dalam seminar nasional tersebut memaparkan kondisi-kondisi yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini. Dalam paparannya, dikatakan oleh Tjahjo, ada banyak tantangan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, termasuk ketimpangan sosial di mana-mana, kesehatan dan pemenuhan kebutuhan sandang, pangan serta papan.

Namun, menurutnya, ada hal yang lebih penting untuk segera dihadapi dan dituntaskan, yaitu narkoba, korupsi, radikalisme, serta terorisme.

Trend angka korupsi oleh pejabat di tingkat pemerintahan daerah dalam 10 tahun terakhir meningkat tinggi. Belum lagi permasalahan paham radikalisme dan terorisme yang muncul di Indonesia. Menurut Tjahjo, persoalan paham radikalisme dan terorisme yang selama ini menjadi permasalahan pelik di Indonesia bukanlah serta merta hanya jadi tanggung jawab TNI, Polri semata, melainkan juga menjadi tanggungjawab seluruh bangsa Indonesia.

“Indonesia dengan kemajemukannya justru menjadi kekuatan tersendiri dalam menangkal semua paham-paham radikalisme dan terorisme yang coba merusak negara ini. Ingat, tanpa kemajemukan dan tanpa kebhinekaan, bangsa Indonesia tidak ada apa-apanya,” tegas Mendagri.

Untuk menangkal itu semua, Mendagri mengingatkan antara pemerintah dan masyarakat harus terjalin hubungan komunikasi yang erat dan sepaham dalam menjaga keutuhan NKRI.

“Apabila berjalan beriringan dalam satu Idiologi Pancasila, niscaya paham-paham radikalisme itu akan hilang dengan sendirinya,” sambungnya.

Kepada mahasiswa Unika Santo Thomas, dirinya berpesan agar mereka dapat memanfaatkan waktu belajar yang singkat dengan sebaik mungkin, karena setelahnya mahasiswa ini harus mampu segera turun ke masyarakat, mengorganisir untuk memajukan pola pikir masyarakat dalam mendukung kemajuan bangsa Indonesia di masa depan.




“Seperti yang pernah dikatakan oleh Bung Karno: setiap manusia harus mempunyai imajinasi-imajinasi, persepsi-persepsi agar dapat melaksanakan persepsi itu,” ujarnya pada akhir sambutanya.

Hadir dalam seminar tersebut Anggota DPD RI (Parlindungan Purba), Gubernur Sumatera Utara (T. Ery Nuradi), Ketua Yayasan Santo Thomas (Dr. Cosmas Batubara), Rektor Unika Santo Thomas (Dr. Frietz Tambunan).

Kegiatan diakhiri dengan pemukulan gong pembuka acara, penyerahan cendera mata dan penyematan ulos kepada Menteri Dalam Negeri, dilanjutkan dengan foto bersama civitas akademik.










Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.