Kolom Edi Sembiring: TOLONG BERIKAN KAMI KEADILAN — Mereka Cincang Rumah Kami

Sura br Sembiring (63 tahun): Saat saya kecil, saat itu padi sudah menguning dan cabe berbuah, ditraktor oleh PTP. Lalu kami dipindahkan tahun 1964 itu ke seberangnya. Ada dibikin surat tulisan tangan. Tahun 1968 digusur kembali. Bapakku berontaklah. Tapi saya punya surat pegangan (atas tanah ini). Ditunjukkan Bapaklah surat pegangannya itu.

Perempuan yang dipanggil Nini Biring ini melanjutkan: Kemudian dibawanya Bapak saya ke Kutalimbaru dan ditahan 3 malam.

Kemudian datang lagi polisi itu. KamiĀ berlima di rumah. Perempuan limanya. “Turun ibu dari rumah,” katanya. Turunlah kami dari rumah (berpanggung). Kemudian dibukanya (dibongkar) dinding rumah orangtua saya. Naik dia ke atas, dicincangnya semua rumah itu.

Di malam ke tiga itu. Di situ, pak, udah nggak tahu lagi aku. Nggak ada kami laki-laki orang besar. Tinggal mamak ku sendiri. Kami beratapkan langit. Aku tak bisa tidur sangkin takutnya. Sedangkan rumah tetangga, 3 kilometer baru ada.

“Karena tetangga kami yang di sekitar sudah pergi karena dibentak-bentak,” tutur Nini Biring.

Jasa Surbakti (umur 70 tahun) menuturkan pula: Mulai tahun 1950, di situlah dikelola orangtua saya. Pihak perkebunan mengambil tanah orangtua saya, sehingga tanah yang mau kami ladangin pun tak ada lagi. Anak saya nomer 2 pun ditangkap dengan tidak ada bukti (kesalahan). Tak tahu lagi saya harus mengadu ke mana lagi, pak. Biarlah kami mendapatkan keadilan hidup demi anak dan cucu kami.

Petani Mencirim: Kami tidak tahu lagi harus melapor ke mana. Tidak ada keadilan sama sekali di tempat kami. Kami dari Sei Mencirim, tanah kami ada sertifikatnya. Ada 55 setifikat dan sebagian kami bawa saat ini. Itu ada gambar Garuda di dalamnya, pak. (Tapi) digusur secara paksa. Rumah hancur. Kami numpang-numpang saat ini.

Selengkapnya dapat ditonton di :

———

170 petani Simalingkar dan Mencirim telah berjalan kaki dari Medan sejak tanggal 25 Juni 2020 menuju Istana Negara, Jakarta, untuk menjumpai Presiden Joko Widodo untuk meminta keadilan karena tanah yang mereka tempati telah digusur paksa oleh korporasi PTPN II.

Kisah lengkap perjalan mereka sejak awal dapat dilihat di https://www.sorasirulo.com/category/kolom/edi-sembiring/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.