Kolom Eko Kuntadhi: VAKSINASI DAN SELEKSI ALAM KADAL GURUN

Pada suatu hari, nenek berkisah: Sekian juta tahun tahun lalu ada hujan meteor merangsek ke bumi. Dinosaurus menganggap hujan meteor itu merupakan konspirasi global. Mereka gak menghindar. Malah menantang dengan tidak mematuhi protokol kesehatan. Sementara jenis hewan lain, seperti Komodo dan Buaya lebih cerdik. Mereka mematuhi protokol kesehatan.

Menghindari hujan meteor.

Dan yang pasti, memperkuat daya tahan tubuhnya terhadap semburan meteor itu. Mereka divaksin anti meteor. Akibatnya, Dinosaurus yang berbadan besar, tapi otaknya kosong dan sombong itu, punah. Buaya dan Komodo tetap hidup sampai sekarang.

Buaya dan Komodo masih bisa kita temui di kebun binatang. Sementara Dinosaurus hanya bisa kita lihat kerangkanya saja di museum.

Ya, sejarah alam membuktikan segerombolan mahluk bisa punah. Mereka tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Tubuhnya besar. Tapi isi kepalanya kosong.

Ketika nenek bercerita, mungkin ia baru saja buka HP. Membaca berita soal wabah Covid19. Juga nonton TV tentang Presiden Jokowi yang divaksin. Syukurlah vaksinasi Covid19 telah mulai dilakukan.

Nenek juga ingat kisah lain. Ketika wabah cacar melanda. Sebelum vaksin cacar dilaksanakan di Indonesia, kampung yang ditemukan ada yang terpapar cacar api akan diisolasi. Warganya tidak boleh keluar kampung.

Saat itu Belanda masih menguasai Indonesia. Tentara Belanda berjaga mengelilingi Kampung. Jika ada warga yang keluar langsung ditembak mati. Ketimbang beresiko menularkan kepada yang lain.

Setelah penduduk sekampung tuntas diterkam cacar. Kampung itu dibakar. Agar virus cacar mati bersama orangnya sekalian. Sekampung jadi abu. Bukan Abu Janda.

Sejak abad 16, cacar menjadi momok yang menakutkan dunia. Beruntung dunia punya orang bernama Edward Jenner. Pada 1798, Jenner berhasil menemukan metode vaksinasi untuk menumpas cacar.

Tapi, di abad 19 pun, cacar masih banyak berkembang. Juga di Indonesia. Hasil penemuan Jenner akhirnya digunakan juga di sini. Selama puluhan tahun, sejak awal Proklamasi, Pemerintah RI mulai melakukan vaksinasi cacar. Baru pada 1977 vaksinasi dihentikan karena virus cacar api dianggap bisa dikendalikan.

Penyakit polio juga disebabkan karena virus. Kita juga melakukan vaksinasi. Bahkan sampai sekarang. Sebab virus polio ternyata masih ada. Masih ditemukan sampai sekarang. Padahal, sejak 2014, Indonesia dianggap sudah bebas polio. Meski satu-dua orang kadang masih terjangkit.

Dari mulai awal tahap vaksinasi sampai virusnya benar-benar lenyap dibutuhkan waktu yang tidak sedikit. Tujuan vaksin adalah menciptakan kekebalan kelompok. Jadi, vaksinasi bisa membatasi perkembangan virus apabila minimal 70% anggota kelompok itu sudah melakukannya. Syukur-syukur bisa 100%.

Virus cacar baru hilang setelah hampir 300 tahun. Polio mungkin butuh waktu 100 tahun sejak vaksinnya ditemukan. Mereka yang gak sempat divaksin saat virus itu masih mengganas, mungkin terserang virus. Lalu innalillahi, seperti kampung yang disergap cacar pada jaman dulu.

Kini dunia sedang memulai vaksinasi Covid19. Baru saja dimulai kemarin. Kapan virus Covid19 bisa terkendali? Barangkali gak sampai 100 tahun. Sebab dunia sudah modern sekarang. Tapi kayaknya bukan setahun dua tahun juga.

Oke-lah, kita asumsikan saja bisa hilang dalam 10 tahun. Nah, dari sekarang sampai 10 tahun ke depan orang-orang yang menolak vaksin itu berpeluang lebih besar diterkam Covid19. Syukur kalau dia selamat. Kalau kemudian lewat. Ya, nasibnya akan sama kayak Dinosaurus dalam kisah nenek tadi.

Mungkin sejarah Dinosaurus ini adalah sejarah tentang paduan kesombongan dan ketololan sekaligus. Meski badannya bongsor, kalau otaknya secuil. Sejarah membuktikan komunitas itu akan punah. Barangkali itu adalah cara alam juga untuk keberlangsungan mahluk lainnya di muka bumi.

Bayangin kalau mahluk ganas yang badannya segede pohon beringin ini masih hidup sampai sekarang. Ia kuat. Juga butuh makan banyak. Bisa habis manusia dilahapnya. Jadi, ras manusia diuntungkan dengan perilaku Dinosaurus. Karena ketidakmampuannya menyesuaikan diri, sampai sekarang kita masih nyaman main di kebun binatang.

aya membayangkan Dinosaurus itu mirip dengan orang-orang yang otaknya korslet sekarang. Ketika virus Covid19 sedang melanda dunia. Eh, saat ada vaksin yang bisa mencegahnya mereka malah menolak. Kayak Dinosaurus yang cuek terhadap hujan meteor.

Anak cucu Dinosaurus itu sekarang mungkin bermetamorfosis jadi sejenis Kadal Gurun. Yang sombongnya menyundul langit. Tapi otaknya melompong. Hanya suaranya saja yang menggelegar: takbir!

Mereka menolak vaksinasi dengan berbagai dalih yang aneh-aneh. Mereka mungkin merasa alam berpihak pada yang tolol. Padahal sejak dulu, alam membuktikan, mahluk yang relatif cerdas saja yang akan survive.

Kecerdasan dibuktikan dengan mau berpegang mengikuti bukti ilmiah. Bukan mengikuti pendakwah kurang literasi yang menolak bukti sains atas nama agama. Apalagi atas nama kedengkian. Mahluk cerdas pasti tidak mau tumpas seperti Dinosaurus.

Kita masih mau punya waktu buat anak dan cucu. Masih mau berbuat baik untuk kehidupan. Oleh sebab itu, kita memilih untuk divaksin. Itulah cara paling rasional terhindar dari virus Covid19 saat ini. Cara lainnya ya, tetap mematuhi protokol kesehatan.

Nah, Kira-kira 10 tahun mendatang adalah waktunya alam menemukan titik keseimbangan baru. Mahluk cuti nalar akan merasakan dampaknya. Mahluk cerdas akan merasakan manfaatnya.

Yang ogah divaksin, tunggu saja waktunya terpapar virus Covid19. Sementara pertahanan tubuh yang sudah divaksin jauh lebih mantap. Tuhan memang menciptakan bumi dan isinya untuk mereka yang berfikir.

Lantas, bagaimana dengan kelompok orang yang tetap kekeuh gak mau divaksin Covid19?

Biarkan saja. Kalau daya tahan tubuhnya kuat. Ya, mereka akan selamat. Kalau tubuhnya lemah dan terserang Covid19. Akan punah dengan sendirinya. Punya titel almarhum atau almarhumah.

Mungkin fenomena Covid19 saat ini adalah cara alam untuk menseleksi homo sapiens. Sapiens yang menjelma jadi kadal gurun akan mengikuti jejak nenek moyangnya –Dinosaurus. Mereka habis dengan sendirinya. Tanpa pemerintah harus repot dibubarkan organisasinya.

Benar kata Einstein. Tuhan tidak pernah bermain dadu. Segala yang terjadi di dunia pasti ada tujuannya.

“Mas, judi kan, haram. Emang Tuhan gak tahu?” sergah Abu Kumkum.

Mendengar omongan Kumkum. Nenek langsung berhenti bercerita.

“Ada ya, mahluk ngeyel tapi ngangenin kayak Kumkum ini?” Kata nenek dalam hati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.