Kolom Boen Syafi’i: BUKAN MUHRIM?

Kalimat inilah yang biasanya diucapkan oleh makhluk sok suci, sok relijiyes dan tentu pemuja Budaya Arab. Lalu, apa yang melatarbelakangi timbulnya kalimat bukan muhrim ini? Ya, ngatjeng timbul hasrat dari kaum laki-laki kepada kaum perempuannya. Dan, versi budaya Arab, kalimat bukan muhrim inilah yang dapat mencegah pemerkosaan dan tindakan asusila.

Pertinyiinyi, apa betul kalimat “sakti” bukan muhrim bisa mencegah adanya pemerkosaan?

Sedangkan kepada (maaf) sebagian TKW kita saja mereka perkosa dengan alasan budak halal untuk digenjot ria. Dobol njaran kan? Dan lagi, kalimat bukan muhrim itu sebenarnya tidak cocok diterapkan di Bumi Nusantara. Masak negeri yang berperadaban tinggi harus mencontoh ke bangsa yang peradaban nya barbar, dengan hobi pemerkosaan serta pembunuhan?

Dulu, leluhur kita sering mandi bareng di sungai, campur baur, bugil, kelihatan payudara dan bokong semoknya. Tapi ngatjeng kah mereka? Diperkosa kah? Tidak.

Buktinya, kalau ada pemerkosaan, tentu tradisi mandi bareng di sungai pasti akan berhenti. Nyatanya? Hingga saat ini, di beberapa daerah masih ada yang seperti itu.

Dulu, nenek kita keluar rumah juga sering pakai BH dan kain jarik saja. Buktinya, tidak pernah tertulis di dalam riwayat, bahwa leluhur Nusantara adalah pemerkosa ulung seperti halnya leluhurnya bangsa nganu.

Kenapa bisa begitu? Karena leluhur kita mempunyai budaya ngajeni (menghormati) dan memaklumi, tanpa pernah melihat apa yang dipakainya. Selain itu, dulu leluhur kita sangat percaya dengan yang namanya karma.

Karma jika yang ditanam adalah perilaku buruk (termasuk memperkosa) maka, yang bakal diterima oleh si pelaku bakal buruk juga.Bisa kena dirinya atau kena keluarga lebih lebih anak gadisnya.

Maka dari itu, leluhur kita sebisa mungkin berperilaku baik, supaya kelak dapat memanen kebaikan tersebut.Tentu saja hal tersebut sangat berbeda sekali dengan konsep “Tuhan mengampuni dosa besar sekalipun asal tidak murtad dan tetap menyembahNya”

Walhasil, perilaku korup masih subur terjadi di negeri ini. Wong seimin kok. Setelah mati pasti masuk syuurr gaaaaah. So, bukan muhrim? Dosa.Tetapi kalau menyakiti hati istri dengan praktek poligami dan ngelonin budak (pembantu) hukumnya halal.

Ah, bisa aja nih si peler onta..

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.