Kolom Boen Syafi’i: SEMUA HARAM — Kecuali Puncak

Menikah bagi Orang Jawa itu penuh dengan filosofis, termasuk rangkaian kembar mayang dan pisang setandan di depan tenda. Kembar mayang mengingatkan pernikahan itu tidak mudah, njelimet, ruwet dan penuh dengan kesulitan. Tetapi, jika mempelai berdua bisa melaluinya, niscaya kehidupan berumah tangga akan jadi indah, damai.

Seperti rangkaian kembar mayang yang meskipun sulit dirangkai, namun indah dilihat mata.

Pisang setandan juga menggambarkan, bahwa kematangan itu butuh proses, butuh kesabaran ekstra. Tidak serta merta hadir begitu saja. Belum lagi ritual-ritual lainnya yang pastinya penuh dengan berbagai filosofi baik di dalamnya.

Jadi, menikah bagi sejatinya orang Jawa itu adalah ritual yang sakral. Manusia bisa jadi baik atau bisa jadi buruk ke depannya. Bukan malah pernikahan hanya dipakai sebagai hobi saja. Cukup berdoa, sah, dan esoknya kenthu lagi dengan perempuan lainnya, berkedok perintah Tuhannya.

Kalau ngikut budaya luar, yo silahkan. Enak toh? Dianjurkan untuk ngelonin 4 perempuan. Tapi ya itu, banyak tokoh besar dahulu maupun kini, yang jatuh terjungkal. Keblangsak hidupnya gara-gara hobi memuja selangkangan selama hidupnya.

Kebanyakan dari mereka selalu apes dan menemui kesialan tak terhingga. Bahkan, di saat nyawa akan berpisah dari raga. Sejarah telah membuktikan. Tidak ada kebaikan sedikitpun, bagi mereka yang tega menyakiti hati pasangannya.

Ahsudahlah…. Kembar mayang dan budaya Jawa dikatakan haram. Tapi saat ada yang ngebom, menggorok leher umat agama lainnya dikatakan telah berjuang di jalan Tuhan. Ya Salaammm.. Andaikan pemikiran kayak gini bisa dituker sama gorengan, pasti penjual gorengan pada sambat (ngeluh) semua.

Kata penjual gorengan: “Tjoek, yang tukar gorenganku otaknya pada mengsle semua. Asoe asoe.” Ambyaarrr..

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.