Kolom M.U. Ginting: Berkat Pengetahuan, Gerakan Makar Digulung

 

Sepintas lalu, keluhan dan tangisan ‘putri proklamator’ Rachmawati di hadapan Wakil Ketua DPR Fadli Zon, dalam hati terlintas sangat mengharukan, memang. Terlihat juga penyesalan yang meminta belas kasihan. Tetapi, sayangnya atau betulnya memang begitu ialah bahwa hukum yang berlaku akan menetapkan keputusan semua ‘kegiatan makar’ itu. Hukum yang berlaku sekarang harus diterapkan, termasuk dalam soal makar, bagaimana bunyinya hukum itu, itulah yang akan diberlakukan.

Yang pasti masih bisa didiskusikan ialah bagaimana menerjemahkan ayat hukum itu. Kelihatannya persoalan akan sampai juga ke tingkat itu, sebelum bikin SP3, atau sebelum vonis dijatuhkan atas putri proklamator Rachmawati.

Kisah makar dari sejarah 1965, sangat dirasakan pilunya oleh ‘putri proklamator’ Rachmawati. Tidak sebatas dia saja, tetapi semua anak-anak Bung Karno dan Bung Karno sendiri. Apalagi rakyat Indonesia yang diinjak-injak selama 30 tahun kekuasaan makar itu.

Kalau tadinya Makar 212 itu berhasil, tentu yang ‘menangis tersedu-sedu’ bukan Rachmawati tetapi ‘putri Jokowi’ dan Jokowi sendiri walaupun diragukan kalau Jokowi atau anak-anaknya akan nangis tersedu-sedu. Rachmawati juga mengertilah soal ini. Mengingat juga bagaimana gagahnya beliau menampilkan diri di hadapan media menjelang aksi 212, berkebalikan dengan sikapnya sekarang.

Sejarah makar 1965 dibandingkan makar 212 sangat berlainan, terutama dari segi keberhasilannya. Komplotan Divide and Conquer (DC) internasional 1965 berhasil 100% memecah belah rakyat Indonesia dan berhasil menyingkirkan Soekarno. Makar 212 gagal dan tidak berhasil memecah-belah rakyat dan juga pimpinan NKRI, terutama karena kejituan taktik dan strategi aparat keamanan (Polri dan TNI) yang ternyata sudah tidak bisa dikutak-katikkan dan dipecah belah seperti 1965, atau seperti sebelumnya tahun 1958, dimana sempat mau dibangun negara lain yang dinamakan  PRRI/ PERMESTA.

Makar 1958 berhasil diatasi dan gerakan itu gulung tikar. Tetapi usaha DC terus saja, dan 1965 memanfaatkan kontradiksi kiri dan kanan ketika itu, berhasil menggulingkan Soekarno. Sim sallabim . . .  semua SDA dan triliunan dolarnya mengalir keluar ke pemilik DC tanpa digubris oleh rakyat Indonesia, persis seperti SDA Syria dan Irak belakangan yang menghasilkan miliard dolar tiap hari dari aliran minyak dua negara itu, tetapi orang Syria dan orang Irak lebih suka saling bunuh sesama mereka walaupun kehilangan SDAnya. Mereka sudah tak sempat menjaganya . . . itulah tujuan utama pentolan DC.

“Pengalaman 1965, saya berada di Istana dan saya tahu apa itu makar,” kata Rachmawati di detikNews.

Pengetahuan Rachmawati tentu sangat hidup, karena mengalami langsung. Itulah pengetahuan atau pengalaman sejarah, dalam memecah belah rakyat, merebut kekuasaan yang sah (makar), supaya bebas menjarahi SDA Indonesia yang bernilai triliunan dolar itu. Itulah tujuan utamanya. Kalau PKI mati, atau Nasionalis mati, Masyumi mati atau rakyat pada bermatian, tak ada arti apa-apa bagi gembong DC itu seperti di Irak/ Syria sekarang.




Lantas apa yang kita pelajari dari sejarah itu?

“We learn from history that we do not learn from history,” kata Hegel (1770-1831).

Wow . … menggelitik juga apa maksud Pakde Hegel. Atau maksudnya ialah bahwa kesimpulan pelajaran sejarah itu hanya berdasarkan kepentingan masing-masing atau kepentingan golongan masing-masing sekarang ini? Ha ha . . .  ini rasanya tidak bisa dibantah.

Mengapakah Divide and Conquer ini berhasil ketika 1965 itu tetapi gagal atau tidak berhasil lagi sekarang dalam gerakan 411 dan 212?

Jawabnya yang pasti ialah peningkatan PENGETAHUAN di kalangan publik dan juga aparat negara bersama pemerintahannya. Pengetahuan itu sudah cukup tinggi tak bisa ditipu atau dikotak-katikkan lagi oleh gerombolan DC dengan memanfaatkan gerakan 411 dan 212. Belakangan ditambah lagi dengan gerakan JP Morgan dan gerakan latihan militer FPI Lebak. Semua telah teratasi dengan gemilang berkat Pengetahuan tadi.  

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.