Kolom Asaaro Lahagu: SETELAH JPO, INI MUSUH TERBESAR ANIES (Lebih Alot dan Kental)

Aksi Anies merobohkan musuh terbarunya yakni Jembatan Penyeberangan Orang Bundaharan Hotel Indonesia (JPO BHI), membuat keriuhan netizen. Kebijakan heboh Anies itu menuai pro-kontra. Mereka yang pro berpendapat bahwa, dengan adanya pelican crossing, menyeberang jalan di sekitar Bundaran HI kini lebih mudah. Lebih cepat dan menghemat tenaga. Namun, bagi mereka yang kontra berpendapat bahwa ide Anies itu ide gila. Mengapa gila?

Menyeberang pada malam hari kendatipun pada area pelican crossing, tentu tidak akan dikawal oleh petugas secara terus-menerus. Tanpa pengawalan petugas, maka nyawa para pengguna pelican crossing dalam bahaya. Lalulintas di area penyeberangan itu sangat ramai.

Pada siang hari, sudah pasti lalulintas di area itu tersendat karena adanya pelican crossing itu. Pun pada musim hujan, para penyeberang tidak dilindungi oleh atap seperti pada JPO. Inilah yang membuat polisi menyesali kebijakan Anies itu. Tetapi para pembisik di sekitar Anies menyarankan sebuah ide. Apa ide itu?

Saat Jokowi meninjau persiapan Asian Games di sekitar Bundaran HI, Anies disarankan membawa ibunya yang di atas kursi roda untuk menyeberang dengan menggunakan pelican crossing. Saran ini pun diikuti oleh Anies. Sambil mendampingi Jokowi, Anies mendorong sendiri kursi roda ibundanya menyeberang menggunakan pelican crossing.

Dengan aksi ini, Anies mengejek netizen bahwa lewat ide pelican crossingnya ada keberpihakan kepada mereka yang menggunakan kursi roda. Sementara lewat JPO para pengguna kursi roda sama sekali tidak diakomodasi. Senyum Anies bertambah lebar saat Jokowi memuji Anies dengan mengatakan bahwa kini di sekitar lokasi Bundaharan HI pemandangan jauh lebih cantik. Berkat pujian Jokowi itu, keriuhan netizen mendadak reda.

Anies jelas menang telak di JPO BHI dan sukses menebus kekalahannya di Kali Item. Lalu, setelah menang di JPO, apa musuh terbesar Anies selanjutnya? Musuhnya adalah sisi otaknya yang sering error. Anies paham bahwa ada banyak haternya di sosial media dan di dunia nyata. Namun sisi otak Anies yang sering error, membuat ia sering mengeluarkan kebijakan yang error. Dan ini jelas sulit dihancurkan oleh Anies.

Ketika ke-error-annya Anies bertemu dengan haternya, maka kloplah sudah. Keriuhan spektakuler terjadi. Artinya, kehebohan yang terjadi bukan semata-mata karena dihebohkan oleh hatersnya Anies tetapi karena ada ke-error-an Aneis dalam kebijakannya. Akibatnya mereka yang melakukan protes bukan hanya hatersnya Anies, tetapi juga warga yang netral.

Apa saja ke-error-an Anies itu? Mari kita runtut dari terbaru ke kejadian sebelumnya. Kasus Kali Item dan warna-warni marka jalan adalah contoh murni ke-error-an Anies terbaru. Artinya kebijakan Anies menutup Kali Item yang bau dengan kain waring, menuai cibiran. Cibiran netizen itu semakin menohok Anies ketika media luar negeri ikut mengolok-olok kebijakan menutup Kali Item itu.

Kemudian kebijakan Anies yang mengecat marka jalan dengan warna-warni. Nampak sekali ke-error-an Anies di sini. Ia sama sekali buta atas aturan pengecatan marka jalan secara internasional. Mungkin saja ada pegawai dekatnya yang memberi saran. Namun, karena dia jago penenun kata ditambah campuran ego professornya, ia mengabaikan saran itu. Ke-error-an Anies terlihat jelas ketika ia terpaksa mengecat kembali marka jalan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Kebijakan Anies melakukan pencopotan pejabat yang sebagian dilakukan lewat WA dan tanpa kesalahan yang jelas, juga buah dari ke-error-an sisi otak Anies. Tanpa BAP, tanpa peringatan, tanpa kesalahan yang jelas, Anies semena-mena memecat pejabat eselonnya. Dari sisi aturan yang ada, ada banyak hal yang ditabrak Anies. Tak heran jika Ombudusman dan Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) ikut meributkan kebijakan error Anies itu.

Masih terkait dengan pemecatan pejabat, Anies juga melakukan ke-error-an dengan mengangkat Kepala Badan Pajak dan Retribusi Daerah yang memang belum cukup pangkat. Anies pun terpaksa menelan kembali ludahnya dengan mengembalikan posisi pejabat baru itu ke posisi sebelumnya. Ini jelas memalukan dan secara jelas menunjukkan bukti errornya Anies.

Ke-error-an Anies terlihat juga pada kebijakannya pada alih-fungsi Jalan Jati Baru, Tanah Abang yang menabrak aturan yang ada. Banyak warga yang netral memprotes kebijakan ini karena mereka sangat dirugikan. Para supir angkot, warga sekitar berulang kali mendemo Anies. Bahkan ada warga melaporkan Anies ke aparat hukum terkait kebijakannya itu. Ini jelas murni hasil ke-error-an Anies.

Karena hanya jago pada olah kata dan bicara, maka ketika ada situasi yang membutuhkan action nyata yang lebih cepat, keluarlah errornya Anies. Acapkali Anies terlihat mengambil kebijakan parsial dan pintas untuk menyelesaikan sebuah masalah. Anies yang terbiasa dengan teori, kerap gagap ketika dipaksa melakukan eksekusi di lapangan. Hal itu terlihat jelas saat Anies mengatasi persoalan Kali Item.

Jika musuh nomor satu Ahok adalah mulutnya sendiri dan terbukti menyeretnya ke penjara, maka Anies memiliki musuh yang sama, yakni dirinya sendiri. Jika Ahok dengan mulutnya, maka Anies lebih parah, yakni otaknya sendiri yang kerap error.

Nah tentu saja Anies dengan sisi otak yang kerap error, sulit melawan sisi otaknya yang kerap error itu. Ke depan, sangat mungkin terjadi, warga Jakarta akan dihebohkan lagi kebijakan Anies yang aneh dan mengejutkan. Dan itu jelas muncul dari hasil olahan otaknya yang error.

Jika demikian, maka sisi otak Anies yang error adalah lawan terbesar Anies yang sulit ia kalahkan. Sisi otaknya yang error ini akan semakin alot kental dan sulit encer karena umur. Bisa jadi, lewat kebijakan errornya yang lahir dari sisi otaknya yang error, maka suatu ketika Anies akan jatuh terjerembab menghujam bumi.

Akankah Anies jatuh karena otaknya yang kerap error atau justru ke-error-annya akan semakin melambungkan namanya? Mari kita lihat kisah selanjutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.